Sang Penakluk Konstantinopel yang Mewujudkan Janji Rasulullah

Kamis, 16 Juli 2020 - 05:00 WIB


Oleh karena itu, Muhammad al Fatih sangat merindukan agar dirinya menjadi orang yang mampu merealisasikan sabda Nabi tersebut. Hingga akhirnya pikiran Muhammad al-Fatih benar-benar dipenuhi dengan pemikiran bahwa memang dialah yang dimaksudkan dalam hadis ini.

Pantas saja, jika para ahli sejarah mengatakan bahwa Syaikh Syamsuddin itulah Sang Penakluk bagi konstantinopel (al Munyawi, 2012: 71).

Setelah memimpin Konstantinopel selama 19 tahun, pada bulan Rabiul Awal tahun 886 H/1481 M, Sultan Muhammad al-Fatih pergi dari Istanbul untuk berjihad, padahal ia sedang dalam kondisi tidak sehat. Dia berencana menaklukkan Roma.

Pada saat ingin melaksanakan cita-citanya itu, sakitnya kian parah. Ia pun wafat di tengah pasukannya pada hari Kamis, tanggal 4 Rabiul Awal 886 H/3 Mei 1481 M, dalam perjalanan jihad menuju pusat Imperium Romawi Barat di Roma, Italia. ( )

Saat itu Sultan Muhammad Al-Fatih berusia 52 tahun dan memerintah selama 31 tahun. Ada yang mengatakan wafatnya Sultan Muhammad al-Fatih karena diracuni oleh dokter pribadinya Ya’qub Basya.

Sebelum wafat, Muhammad al Fatih mewasiatkan kepada putra dan penerus tahtanya, Sultan Bayazid II agar senantiasa dekat dengan para ulama, berbuat adil, tidak tertipu dengan harta, dan benar-benar menjaga agama baik untuk pribadi, masyarakat, dan kerajaan. ( )
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah dan Abu Sa'id bahwa keduanya pernah menyaksikan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Tidaklah ada suatu kaum duduk sambil berdzikir kepada Allah, kecuali para Malaikat akan mengelilingi mereka, dan akan diselubungi rahmat, akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), dan Allah akan menyebut-nyebut orang-orang yang ada disisi-Nya.

(HR. Sunan Ibnu Majah No. 3781)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More