Al-Fatih Sebaik-Baik Pemimpin, Pasukannya Sebaik-baik Pasukan

Selasa, 21 Juli 2020 - 05:00 WIB
Wa Jihadi (jihadku); Adalah dengan jiwa raga dan harta benda.

Lalu apa makna dunia setelah ketaatan kepada perintah Allah?

Wa Asywaqi (kerinduanku); dan perang ratusan ribu kali untuk mendapatkan ridha Allah.

Wa Rajai (harapanku); Adalah pertolongan Allah, dan kemenangan negara ini atas musuh-musuh Allah.”



Tatkala Sultan Muhammad Al-Fatih ingin menaklukkan kota Trabzon yang dipimpin oleh seorang Nasrani, dia ingin memperdayakannya. Untuk itu sultan segera mempersiapkan segalanya. Dia disertai sejumlah tentara dan pasukan khusus yang bertugas menebang pohon penghalang dan meretas jalan dalam perjalanannya, Sultan Muhammad Al-Fatih banyak menghadapi kendala karena adanya gunung-gunung yang menjulang tinggi.

Dia pun segera turun dari pelana kudanya, dan naik bebukitan dengan kedua tangan dan kakinya, layaknya para tentara. Saat itu ada ibu Hasan Uzun pemimpin Turkman, yang datang khusus untuk melakukan ishlah (perbaikan) antara Sultan dan anaknya. Maka berkatalah perempuan itu, “Kenapa kau harus bersusah-payah melakukan ini, wahai anakku. Apakah Trabzon berhak untuk kau perjuangkan dengan cara seperti ini?”

Sultan Muhammad Al-Fatih menjawab, “Wahai ibu, sesungguhnya Allah telah meletakkan pedang di tangan saya untuk berjihad di jalan-Nya. Maka jika saya tidak mampu untuk bersabar dalam menghadapi kesulitan-kesulitan ini, dan tidak saya lakukan kewajibanku dengan pedang ini, maka sangat tidak pantas bagiku untuk mendapatkan gelar Al-Ghazi yang saya sandang ini. Lalu bagaimana saya akan menemui Allah pada Hari Kiamat nanti?” ( )

Demikian pulalah sikap sebagian besar tentara, berkat pendidikan keimanan yang dalam dan mantap. Pasukan Muhammad Al-Fatih tatkala melakukan pengepungan berada dalam kondisi akidah yang sangat baik, dan ibadah yang demikian mapan, serta mampu meninggikan syiar-syiar agama Allah dan rasa ketundukan terhadap Tuhan alam semesta.

Para sejarawan menyebutkan banyak faktor penyebab takluknya Konstantinopel, seperti lemahnya Imperium Byzantium, terjadinya perseteruan teologi di internal bangsa Byzantium, dan adanya persaingan antara Negara-negara Eropa sendiri, dalam masa yang sangat panjang. (Baca juga: Sejarah Hagia Sophia, antara Katedral Kristen Ortodoks dan Masjid )
(mhy)
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
فَلَمَّا نَسُوۡا مَا ذُكِّرُوۡا بِهٖ فَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ اَبۡوَابَ كُلِّ شَىۡءٍ ؕ حَتّٰٓى اِذَا فَرِحُوۡا بِمَاۤ اُوۡتُوۡۤا اَخَذۡنٰهُمۡ بَغۡتَةً فَاِذَا هُمۡ مُّبۡلِسُوۡنَ
Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.

(QS. Al-An'am Ayat 44)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More