Jejak Kekejaman Israel: Kisah Pembersihan Orang-Orang Arab dari Bumi Palestina
Rabu, 11 Oktober 2023 - 08:40 WIB
Baca Juga
Ayah Moshe Dayan, Shmuel, yang juga seorang anggota Knesset, mengatakan bahwa dia menentang setiap usaha untuk kembali "bahkan jika dipertukarkan dengan perdamaian. Apa yang akan diberikan oleh perdamaian resmi itu pada kita?"
Pada awal Maret 1948, komando militer Israel telah menghasilkan Rencana Dalet, yang bertujuan merebut daerah-daerah di Galilee dan antara Jerusalem dan Tel Aviv yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembagian PBB untuk negara Palestina.
Dalam kata-kata ahli sejarah Morris dalam The Birth of the Palestinian Refugee Problem: "Rencana Dalet bertujuan untuk menaklukkan dan menduduki secara permanen, atau meratakan dengan tanah, desa-desa dan kota-kota kecil Arab. Di situ diinstruksikan bahwa... jika terjadi perlawanan, pasukan bersenjata [Arab] di desa-desa itu harus dihancurkan dan para penduduk harus diusir dari negara."
Ahli sejarah Israel Simha Flapan dalam The Birth of Israel mencatat bahwa "rencana itu mengemukakan secara rinci upaya 'pengusiran penduduk Arab setempat ke luar perbatasan'... Jika ditengok kembali, dapat dilihat bahwa tujuan dari rencana itu adalah pencaplokan --penghancuran desa-desa Arab harus diikuti dengan didirikannya desa-desa Yahudi untuk menggantikannya."
Flapan menyimpulkan: "Beratus-ratus ribu [orang Palestina], yang diintimidasi dan diteror, lari dengan panik, dan yang lain-lainnya diusir oleh angkatan bersenjata Yahudi, yang, di bawah kepemimpinan [David] Ben-Gurion, merencanakan dan melaksanakan pengusiran itu segera setelah adanya Rencana Pembagian PBB."
Satu operasi untuk merebut Galilee dinamakan Matateh (Sapu), dan komandan Yahudi Yigal Allon berbicara secara terbuka tentang perlunya "membersihkan Galilee Atas."
Ben-Gurion meyakinkan para koleganya bahwa serangan atas Galilee akan mengakibatkan wilayah itu menjadi "bersih" dari orang-orang Arab. Sebagaimana dikatakannya: "Tanah dengan orang-orang Arab di atasnya dan tanah tanpa orang-orang Arab di atasnya adalah dua jenis tanah yang berbeda."
Flapan menulis: "Bahwa tujuan utama Ben-Gurion adalah mengevakuasi sebanyak mungkin penduduk Arab dari negara Yahudi hampir tidak mungkin diragukan lagi."
Paul Findley mengatakan jelaslah bahwa larinya orang-orang Israel bukanlah, sebagaimana dikatakan oleh presiden pertama Israel, Chaim Weizman, "suatu penyederhanaan yang ajaib" dari masalah demografi Israel.
Sebaliknya, itu adalah pembuktian yang mengerikan dari ramalan sang pendiri gerakan Zionis, Theodor Herzl, meskipun yang ada dalam benaknya adalah gambaran yang tidak begitu kejam: "Kita akan mendorong penduduk miskin [Palestina] agar melintasi perbatasan dengan menawarkan pekerjaan bagi mereka di negeri-negeri yang dilintasi, sementara meniadakannya di negeri kita sendiri."
(mhy)