Kisah Umar bin Khattab Minta Dikuburkan di Samping Makam Rasulullah dan Abu Bakar
Rabu, 20 Desember 2023 - 11:40 WIB
Saat Khalifah Umar bin Khattab mengimami salat subuh , Abu Lu'lu'ah Fairuz, budak al-Mugirah menikamnya. Tikaman itu mengenai bawah pusarnya memutuskan lapisan kulit bagian dalam dan usus lambung. Peristiwa itu terjadi pada hari Rabu tanggal 4 Zulhijah tahun ke-23 Hijri.
Pada saat menjelang ajal , Umar mengarahkan pikirannya pada yang menjadi harapannya sesudah mati. "Keinginannya yang besar sekali agar ia dimakamkan di samping kedua sahabatnya, Rasulullah dan Abu Bakar , di rumah Aisyah ," tulis Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987)..
Sebelum itu ia memang sudah meminta izin dari Aisyah dan sudah diizinkan. Menjelang kematiannya itu ia berkata: "Kalau saya mati, mintakanlah izin kepadanya, kalau tidak diizinkan biarlah, sebab saya khawatir dia mengizinkan hanya karena kedudukan saya."
Sebuah sumber menyebutkan, bahwa setelah ditikam itu Umar berpesan kepada anaknya: "Abdullah, pergilah kepada Aisyah Ummulmukminin dan katakan kepadanya: Umar berkirim salam, dan janganlah katakan Amirulmukminin; sekarang saya sudah bukan lagi amir atas mereka."
Ia (Abdullah) bertanya: "Dapat Ummulmukminin mengizinkan ia dimakamkan di samping kedua sahabatnya itu?"
Abdullah bin Umar datang mengunjunginya dan dilihatnya ia sedang duduk menangis. Abdullah memberi salam dan berkata: "Umar bin Khattab meminta izin untuk dikuburkan di samping kedua sahabatnya itu."
Aisyah menjawab: "Sebenarnya saya menginginkannya untuk saya sendiri. Tetapi hari ini saya lebih mengutamakannya daripada saya sendiri!"
Setelah Abdullah kembali dan menyampaikan kepada Umar bahwa Aisyah mengizinkan ia berkata: "Tak ada yang lebih penting bagiku selain dari tempat berbaring itu. Abdullah bin Umar, perhatikanlah, kalau saya mati bawalah saya ke tempat tidurku, dan berdirilah di pintu, katakanlah: Umar bin Khattab meminta izin, jika diizinkan, masukkanlah aku, kalau tidak diizinkan kuburkanlah aku di pekuburan Muslimin."
Pada saat menjelang ajal , Umar mengarahkan pikirannya pada yang menjadi harapannya sesudah mati. "Keinginannya yang besar sekali agar ia dimakamkan di samping kedua sahabatnya, Rasulullah dan Abu Bakar , di rumah Aisyah ," tulis Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987)..
Sebelum itu ia memang sudah meminta izin dari Aisyah dan sudah diizinkan. Menjelang kematiannya itu ia berkata: "Kalau saya mati, mintakanlah izin kepadanya, kalau tidak diizinkan biarlah, sebab saya khawatir dia mengizinkan hanya karena kedudukan saya."
Sebuah sumber menyebutkan, bahwa setelah ditikam itu Umar berpesan kepada anaknya: "Abdullah, pergilah kepada Aisyah Ummulmukminin dan katakan kepadanya: Umar berkirim salam, dan janganlah katakan Amirulmukminin; sekarang saya sudah bukan lagi amir atas mereka."
Ia (Abdullah) bertanya: "Dapat Ummulmukminin mengizinkan ia dimakamkan di samping kedua sahabatnya itu?"
Abdullah bin Umar datang mengunjunginya dan dilihatnya ia sedang duduk menangis. Abdullah memberi salam dan berkata: "Umar bin Khattab meminta izin untuk dikuburkan di samping kedua sahabatnya itu."
Aisyah menjawab: "Sebenarnya saya menginginkannya untuk saya sendiri. Tetapi hari ini saya lebih mengutamakannya daripada saya sendiri!"
Setelah Abdullah kembali dan menyampaikan kepada Umar bahwa Aisyah mengizinkan ia berkata: "Tak ada yang lebih penting bagiku selain dari tempat berbaring itu. Abdullah bin Umar, perhatikanlah, kalau saya mati bawalah saya ke tempat tidurku, dan berdirilah di pintu, katakanlah: Umar bin Khattab meminta izin, jika diizinkan, masukkanlah aku, kalau tidak diizinkan kuburkanlah aku di pekuburan Muslimin."
(mhy)