Hal-hal Penting yang Harus Diperhatikan saat Berpuasa
Senin, 29 Januari 2024 - 11:15 WIB
Saat berpuasa baik puasa wajib atau puasa sunnah, ada hal-hal yang harus diperhatikan agar puasa yang sedang kita jalani benar-benar mendapat ganjaran dari Allah SWT.
Setidaknya ada 3 perkara yang hendaknya diperhatikan bagi orang yang berpuasa tersebut, yakni lillah (ikhlas), billah (minta pertolongan kepada Allah) dan fillah (berpuasa sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya).
Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc, dalam kajian sunnah-nya menjelaskan setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih. Dalam masalah dunia, kita ingin sesuatu yang lebih. Perihal kendaraan, pasti kita ingin kendaraan yang nyaman. Kalau perkara rumah, kita ingin rumah yang bagus. Maka kita juga harus mempunyai keinginan itu di dalam ibadah kita. Kita harus berusaha bagaimana kita mendapatkan sesuatu yang lebih didalam ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
"Dalam puasa misalnya, kita harus berfikir bagaimana caranya puasa kita mempunyai kelebihan. Tentu cara yang pertama adalah dengan memaksimalkan waktu kita dengan hal-hal yang sifatnya ibadah. Terutama membaca Al-Qur’an, berzikir, mengkaji ayat-ayat Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak menghabiskan waktu kita untuk hal-hal yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala amal ibadah kita,"ujar pimpinan Kajian Sunnah tersebut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thabrani)
Tentu orang yang hanya mendapatkan lapar dan dahaga ini adalah orang yang sangat merugi. Kenapa hal ini bisa terjadi? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah cinta kepada seorang hamba yang apabila ia melakukan pekerjaan, ia lakukan betul-betul dengan profesional“. Maka ketika kita bekerja dan melakukan dengan penuh profesionalisme, ini akan mendatangkan cinta Allah kepada kita.
Kita juga harus memasang target yang jelas. Misalnya dalam hal ini adalah kita memasang target harus membaca enam juz dalam satu hari. Berarti diperkirakan setiap lima hari khatam satu kali. Tentu ini adalah kenikmatan. Oleh karena itu kita harus berfikir bagaimana agar enam juz ini bisa kita baca dalam satu hari. Kita tentukan waktu-waktunya. Dengan seperti itu puasa kita bisa maksimal.
Kita diberi kekuatan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Namun ketika niat kita kurang kuat dan tekad kita kurang bulat, biasanya dalam mengamalkannya pun setengah-setengah.
Dibulan ramadhan ini, syahwat kita dilemahkan dengan adanya puasa tersebut. Dengan kita lapar, syahwat kita menjadi lemah dan keinginan berbuat maksiat pun menjadi lemah.
a. Membaca Al-Qur’an
Bahwa mereka fokus membaca Al-Qur’an. Imam Malik bin Anas, apabila datang bulan ramadhan beliau tinggalkan majelis haditsnya dan beliau fokus dengan membaca Al-Qur’an saja.
b. Sedekah
Ada lagi contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang meningkatkan sedekahnya. Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu anhuma berkata :
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan dengan kebaikan, dan lebih dermawan lagi pada bulan ramadhan ketika Jibril Alaihissallam bertemu dengannya. Jibril menemuinya setiap malam ramadhan untuk menyimak bacaan al-Qur’annya. Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dermawan dari pada angin yang berhembus.”
Maka dari itu kita harus berusaha semaksimal mungkin bagaimana agar kita bisa sedekah dibulan ramadhan ini.
c. Memberi makan orang yang berbuka puasa
Misalnya disebuah masjid dilakukan buka puasa secara rutin, maka kita berusaha membuat apa yang dapat kita berikan sesuai dengan kemampuan kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Siapa yang memberi makan kepada orang berpuasa yang sedang berbuka, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan hakikat puasa adalah:
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu(sia-sia) dan rofats (ucapan yang tidak baik).”
Oleh karena itu hendaknya kita berusaha untuk menjauhi perdebatan. Sebab ini bisa tidak hanya bermanfaat, bahkan bisa mengurangi pahala puasa kita nantinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila ada orang yang mencaci makinya atau mengajak bertengkar, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’” (Muttafaq ‘alaihi)
Ada juga orang yang ingin agar laparnya tidak terasa dan waktu berlalu dengan cepat. Lalu dia menghabiskan waktunya dengan bermain game. Dengan cara seperti itu dia tidak merasakan lapar. Tentu ini tidak akan memberikan manfaat sama sekali. Itu semua adalah hal yang sia-sia. Padahal jika kita perhatikan, ada sebuah kaidah yang mengatakan, “amal ibadah itu semakin terasa berat, maka semakin besar pahalanya”. Maka semakin terasa laparnya, semakin terasa susah payahnya kita menghadapi kesulitan dalam puasa kita, sebetulnya semakin membesarkan pahala kita disisi Allah subhanahu wa ta’ala.
Wallahu A'lam
Setidaknya ada 3 perkara yang hendaknya diperhatikan bagi orang yang berpuasa tersebut, yakni lillah (ikhlas), billah (minta pertolongan kepada Allah) dan fillah (berpuasa sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya).
Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc, dalam kajian sunnah-nya menjelaskan setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih. Dalam masalah dunia, kita ingin sesuatu yang lebih. Perihal kendaraan, pasti kita ingin kendaraan yang nyaman. Kalau perkara rumah, kita ingin rumah yang bagus. Maka kita juga harus mempunyai keinginan itu di dalam ibadah kita. Kita harus berusaha bagaimana kita mendapatkan sesuatu yang lebih didalam ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
"Dalam puasa misalnya, kita harus berfikir bagaimana caranya puasa kita mempunyai kelebihan. Tentu cara yang pertama adalah dengan memaksimalkan waktu kita dengan hal-hal yang sifatnya ibadah. Terutama membaca Al-Qur’an, berzikir, mengkaji ayat-ayat Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak menghabiskan waktu kita untuk hal-hal yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala amal ibadah kita,"ujar pimpinan Kajian Sunnah tersebut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thabrani)
Tentu orang yang hanya mendapatkan lapar dan dahaga ini adalah orang yang sangat merugi. Kenapa hal ini bisa terjadi? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari).
Tips agar Puasa lebih Bernilai:
1. Manfaatkan waktu dan pasang target
Tipsnya adalah kita harus mempunyai tekat yang kuat tentang bagaimana agar waktu-waktu kita, kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Bagi yang misalnya bekerja di sebuah kantor, hendaknya berfikir bagaimana pergi ke kantor namun tetap mendapatkan pahala. Yaitu dengan meniatkan untuk mencari nafkah dan berusaha untuk menjunjung profesionalisme dalam bekerja. Hal itu semua mendatangkan cinta Allah subhanahu wa ta’ala kepada kita.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah cinta kepada seorang hamba yang apabila ia melakukan pekerjaan, ia lakukan betul-betul dengan profesional“. Maka ketika kita bekerja dan melakukan dengan penuh profesionalisme, ini akan mendatangkan cinta Allah kepada kita.
Kita juga harus memasang target yang jelas. Misalnya dalam hal ini adalah kita memasang target harus membaca enam juz dalam satu hari. Berarti diperkirakan setiap lima hari khatam satu kali. Tentu ini adalah kenikmatan. Oleh karena itu kita harus berfikir bagaimana agar enam juz ini bisa kita baca dalam satu hari. Kita tentukan waktu-waktunya. Dengan seperti itu puasa kita bisa maksimal.
Kita diberi kekuatan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Namun ketika niat kita kurang kuat dan tekad kita kurang bulat, biasanya dalam mengamalkannya pun setengah-setengah.
2. Meminimalkan maksiat
Di zaman sekarang ini, tentu sulit untuk benar-benar lepas dari maksiat. Terutama maksiat pandangan kepada aurat-aurat yang bertebaran di jalan dan yang lainnya. Dalam hal ini maka ada baiknya kita berusaha untuk tidak banyak keluar rumah. Menahan diri dari pandangan yang membuat kita bermaksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.Dibulan ramadhan ini, syahwat kita dilemahkan dengan adanya puasa tersebut. Dengan kita lapar, syahwat kita menjadi lemah dan keinginan berbuat maksiat pun menjadi lemah.
3. Kerjakan amal shaleh
Caranya adalah dengan mencari amal yang paling baik. Lalu mencari amal yang utama dari setiap amal yang paling utama. Kita harus tahu amalan yang paling dianjurkan dibulan ramadhan. Yaitu apa yang dikabarkan dalam hadits-hadits dan perbuatan salafush shalih.a. Membaca Al-Qur’an
Bahwa mereka fokus membaca Al-Qur’an. Imam Malik bin Anas, apabila datang bulan ramadhan beliau tinggalkan majelis haditsnya dan beliau fokus dengan membaca Al-Qur’an saja.
b. Sedekah
Ada lagi contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang meningkatkan sedekahnya. Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu anhuma berkata :
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَأَجْوَدُ مَا يَـكُوْنُ فِـيْ رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ ، وَكَانَ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَلْقَاهُ فِـيْ كُـّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَـيُـدَارِسُهُ الْـقُـرْآنَ ، فَلَرَسُوْلُ اللّٰـهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْـخَيْـرِ مِنَ الِرّيْحِ الْـمُرْسَلَةِ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan dengan kebaikan, dan lebih dermawan lagi pada bulan ramadhan ketika Jibril Alaihissallam bertemu dengannya. Jibril menemuinya setiap malam ramadhan untuk menyimak bacaan al-Qur’annya. Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dermawan dari pada angin yang berhembus.”
Maka dari itu kita harus berusaha semaksimal mungkin bagaimana agar kita bisa sedekah dibulan ramadhan ini.
c. Memberi makan orang yang berbuka puasa
Misalnya disebuah masjid dilakukan buka puasa secara rutin, maka kita berusaha membuat apa yang dapat kita berikan sesuai dengan kemampuan kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Siapa yang memberi makan kepada orang berpuasa yang sedang berbuka, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
4. Hindari perbuatan yang sia-sia
Ini adalah perbuatan yang tidak bernilai pahala dan tidak pula bernilai dosa. Ini ibarat orang yang sekolah lalu ketika penerimaan raportnya dia menemukan raportnya tidak diberi nilai. Tentu sebetulnya ini adalah kerugian.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan hakikat puasa adalah:
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu(sia-sia) dan rofats (ucapan yang tidak baik).”
Oleh karena itu hendaknya kita berusaha untuk menjauhi perdebatan. Sebab ini bisa tidak hanya bermanfaat, bahkan bisa mengurangi pahala puasa kita nantinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ
“Apabila ada orang yang mencaci makinya atau mengajak bertengkar, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’” (Muttafaq ‘alaihi)
Ada juga orang yang ingin agar laparnya tidak terasa dan waktu berlalu dengan cepat. Lalu dia menghabiskan waktunya dengan bermain game. Dengan cara seperti itu dia tidak merasakan lapar. Tentu ini tidak akan memberikan manfaat sama sekali. Itu semua adalah hal yang sia-sia. Padahal jika kita perhatikan, ada sebuah kaidah yang mengatakan, “amal ibadah itu semakin terasa berat, maka semakin besar pahalanya”. Maka semakin terasa laparnya, semakin terasa susah payahnya kita menghadapi kesulitan dalam puasa kita, sebetulnya semakin membesarkan pahala kita disisi Allah subhanahu wa ta’ala.
Wallahu A'lam
(wid)