Jelang Ajal, Nizhamul Mulk Mengampuni Pembunuhnya

Jum'at, 21 Agustus 2020 - 09:50 WIB
Beliau adalah wazir atau perdana menteri Kesultanan Seljuk dan cendekiawan keturunan Persia. Nama aslinya Abu Ali al-Husain bin Ali bin Ishaq bin al-Abbas at-Thusi. Ia menjabat wazir pada masa pemerintahan Alip Arselan dan Malik Syah. Beliau lahir 10 April 1018 dan wafat 14 Oktober 1092.



Pada masa Nizham al-Mulk inilah aliran Asy'ariyah menjadi kuat berkembang karena dijadikan aliran resmi negara, dan keilmuan Imam Al-Ghazali mendapat dukungan penuh darinya. Ia memegang kekuasaan selama 20 tahun semenjak meninggalnya Alip Arslan pada tahun 1072.

Menurut Imam Adz-Dzahabi, beliau dikenal sebagai seorang yang cerdas, seorang ahli politik, seorang ahli medan, berperangai baik, seorang yang sangat pemalu. “Dia selalu meramaikan majelisnya dengan para qurra’ dan fukaha'. Dia telah mendirikan universitas yang besar di Baghdad, Naisabur, dan Thus. Dia dikenal sebagai sosok yang sangat menyenangi ilmu pengetahuan, selalu berinteraksi dengan para mahasiswa, dan selalu mendiktekan hadis.”



Keadaan ini terus berlangsung hingga dia diangkat menteri oleh Alib Arselan, kemudian masa kementeriannya ini terus berlangsung hingga masa pemerintahan anaknya yang bernama Malik Syah.

Di masa pemerintahan ini dia telah mengatur masalah negara dengan cara yang sebaik-baiknya. Dia telah berhasil meminimalkan tindak kejahatan, bersikap kasih pada rakyat, mampu membangun wakaf sehingga banyak orang-orang besar yang dekat dengannya.

Dia menasehati Malik Syah untuk mengangkat para komandan perang dan pejabat-pejabat penting dari orang-orang yang bermoral, relijius, memiliki keberanian. Dampak kebijakan ini tampak pada sikap dan perilaku para jenderal yang dipilih. Seperti yang terjadi pada Aaq Sanqar, kakek dari Nuruddin Mahmud yang menguasai Aleppo, Diyar Bakir dan Semenanjung Arabia.



lbnu Katsir berkata, “Dia adalah raja yang memiliki perjalanan hidup yang demikian indah. Sedangkan anaknya yang bernama Imaduddin Zanki merupakan orang yang pertama kali memulai perang melawan orang-orang Salib dan setelah itu dilanjutkan oleh Nuruddin Mahmud. Keluarga inilah yang telah meletakkan pondasi dan bibit kemenangan Shalahuddin, Zhahir Bibris, dan Qalawun dalam melawan pasukan Salib. Dan pada saat itu juga dibuka masa penyatuan dan kesatuan di dunia Islam.”



Aaq Sanqar Al-Barsaqi juga merupakan salah seorang komandan pasukan Saljuk, selain menjabat sebagai kepala pemerintahan di Mushal. Dia dikenal sebagai orang yang gencar melakukan jihad melawan orang-orang Salib. Pada tahun 520 H dia dibunuh oleh seorang penganut aliran kebatinan saat sedang menunaikan salat di Masjid Jami’ Mushal.

lbnu Atsir berkata, “Dia adalah anak seorang mantan budak yang berasal dari Turki yang dikenal sangat baik. Dia sangat senang pada orang-orang alim dan orang saleh, memandang keadilan, lalu mempraktikkannya. Dikenal sebagai seorang gubernur yang sangat baik, menjaga salat tepat pada waktunya, dan selalu melakukan salat Tahajjud di malam hari.” (

Seorang sejarawan Abu Syamah menceritakan pada kita tentang dampak pemerintahan Saljuk, khususnya di zaman Nizhamul Mulk. Dia berkata, “Tatkala orang-orang Saljuk berkuasa, mereka berhasil mengembalikan citra dan kharisma Khilafah Abbasiyah, khususnya saat Nizhamul Mulk menjadi Perdana Menteri. Dia berhasil mengembalikan hukum secara proporsional dan mampu mengembalikan wibawa khilafah pada posisi terbaiknya.” (Bersambung)
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman, yakni:  Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya.  Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah.  Dan dia benci kembali kepada kekufuran, seperti dia benci bila dilempar ke neraka

(HR. Bukhari No. 15)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More