Syaikh Imran Nazar Hosein: Umat Kristen Layak Mendapatkan Pertolongan Tuhan
Kamis, 18 April 2024 - 13:50 WIB
Syaikh Imran Nazar Hosein beranggapan bahwa ketika kata Rûm termasuk dalam bagian dari salah satu surat dalam Al-Qur'an , maka hal tersebut sebagai bentuk pengakuan Allah terhadap Rûm yang menjadi umat Kristen yang layak mendapatkan pertolongan Tuhan.
"Mustahil bagi Rûm menjadi suatu kaum yang menelantarkan agama yang dibawa Yesus as . Rûm merupakan orang-orang religius yang menaati ajaran Yesus as," jelas Syaikh Imran dalam buku yang diterjemahkan Yanti Sumara berjudul "Konstantinopel Dalam Al-Qur’an" (Eskatopedia, 2020).
Dalam surat ini, Rûm sebagai sebagai umat atau pengikut Yesus as. Syaikh Imran menyatakan bahwasanya Rûm merupakan Ahli Kitab . Ahli Kitab merupakan sebutan terhadap komunitas yang percaya dan berpegang pada agama yang memiliki kitab suci yang berasal dari Allah selain Al-Qur'an.
Artinya: Alif Lām Mīm. Bangsa Romawi telah dikalahkan, di negeri yang terdekat dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang dalam beberapa tahun (lagi). Milik Allahlah urusan sebelum dan setelah (mereka menang). Pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang mukmin karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dia Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Itulah) janji Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia, sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai. ( QS al-Rûm/30 : 1- 7)
Imran Nazar Hosein dalam buku berjudul "The Qur’an, the Great War, and the West" menerjemahkan ayat tersebut sebagai berikut:
Alif Lām Mīm. Rūm was defeated in a land located close by; yet, notwithstanding this defeat which they have experienced, they will soon be victorious, - with victory coming within just a few years. Victory will take place twice in consequence of Allah’s command, both previously as well as to come; and on that day when Rūm is victorious the believers will rejoice in Allah’s assistance through which he delivered victory. He helps in this way whomever He chooses to help, since He alone is Almighty and Kind. Let the world take notice of Allah’s promise of victory for Rūm on two occasions, and remember that Allah never fails to fulfill His promise, but most people know it not. Rather they have knowledge of only the contemporary external phenomena of the life of this world, whereas they are ignorant of the events that will occur at the end (i.e., in the End-time).
Selanjutnya Awaluddin menerjemahkan dalam buku karya Syaikh Imran itu menjadi berjudul "Al-Qur'an, Perang Besar & Dunia Barat" (Eskatopedia, 2020) sebagai berikut:
(Alif Laam Mim. Rum telah dikalahkan di sebuah negeri yang dekat; namun, terlepas dari kekalahan yang mereka alami ini, mereka akan segera meraih kemenangan, dengan kemenangan yang akan tiba hanya dalam beberapa tahun lagi. Kemenangan akan terjadi dua kali atas kehendak Allah, baik sebelum maupun yang mendatang; dan pada hari Ketika Rum menang orang-orang beriman akan bersukacita menyambut pertolongan Allah yang dengannya Allah menurunkan kemenangan. Dia menolong di jalan ini siapa saja yang Dia kehendaki untuk ditolong, karena Dia lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Biarkan dunia memperhatikan janji Allah akan kemenangan bagi bangsa Rum dalam dua kesempatan, dan ingatlah bahwa Allah tidak pernah luput dalam menepati janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Melainkan mereka hanya punya pengetahuan tentang penampakan luaran yang kekinian saja, sedangkan terhadap rangkaian peristiwa yang akan terjadi pada akhir zaman (yakni penghujung masa), mereka lalai.)
Kemenangan Dua Kali
Syaikh Imran menyatakan kemenangan dua kali bangsa Rûm. Ia menganggap kebanyakan dari penafsir Al-Qur'an setuju bahwa ayat ini memberitahukan kita akan adanya dua kemenangan, tetapi kebanyakan mereka menyimpulkan bahwa yang kedua dari dua kemenangan tersebut terjadi ketika kaum Muslim memenangkan perang melawan kaum Quraisy di Perang Badar .
Masalahnya, pendapat yang mengatakan kemenangan kedua yang ada dalam Al-Qur'an adalah kemenangan umat Islam di Perang Badar melawan kaum Quraisy dianggap tidak pas oleh Syaikh Imran terhadap konteks kata sebelum dan sesudah dalam ayat ini.
Kalimat sebelum dan sesudah pada ayat tersebut menjadi titik berat Syaikh Imran dalam menyatakan pandangannya terhadap ayat ini. Analisisnya terhadap kata tersebut menganggap perlunya jawaban atas pertanyaan sebelum dan sesudah, yaitu sebelum apa? dan sesudah apa?
Syaikh Imran dalam "Constantinople In The Qur'an" (Trinidad and Tobago: Imran N. Hosein Publications, 2018), menganggap Al-Qur'an menunjukkan sesuatu di antara kata sebelum dan sesudah. Sehingga dengan merujuk terhadap kata yang terkandung di antara keduanya, barulah kata-kata sebelum dan sesudah dapat dipahami.
Menurutnya, konteks ayat ini mewajibkan kita untuk memahami bahwa kata sebelum dan sesudah ini berkaitan dengan Rûm, sehingga merujuk pada peristiwa yang menentukan dalam sejarah Rûm.
Rekayasa Dajjal
Berkenaan dengan peristiwa tersebut, ia menentukan kemenangan Rûm yang pertama terjadi sebelum dan kemenangan yang kedua akan terjadi setelah peristiwa tersebut.
Peristiwa yang dianggap Syaikh Imran berkaitan dengan bangsa Rûm dan sesuai dengan kata sebelum dan sesudah dalam surah al-Rûm yaitu perpecahan besar antara Timur dan Barat, yang terjadi sekitar empat ratus tahun kemudian pada tahun 1054 ketika Dajjal merekayasa perpecahan Rûm menjadi dua.
Satu bagian dari Rûm tetap tinggal di Konstantinopel yang menjadi ibu kotanya, yang bertahan untuk melestarikan kepercayaan Ortodoks dalam Kekristenan yang dikenal sebagai Kekristenan Ortodoks.
Sedangkan bagian lainnya yaitu bagian barat dari Rûm menganut epistemologi "mata satu" Dajjal yang melahirkan sekularisme pertama dan materialisme, dan kemudian peradaban yang dikenal sebagai peradaban Barat modern.
Ini adalah peradaban yang mempunyai kata Kâfir (yakni orang kafir) yang terdapat di keningnya, di antara kedua matanya.
Terpisahnya antara gereja Barat dan Timur dapat dikatakan sebagai sebuah peristiwa besar yang tidak dapat dihapus dari sejarah gereja.
Peristiwa ini sangatlah besar karena berubahnya kondisi kekristenan yang pengaruhnya masih terasa sampai sekarang.
Efek dari keterpisahan ini yaitu munculnya dua sisi mata uang logam yang berbeda dan menjadi titik awal penyebaran agama Kristen dengan dua sudut pandang yang begitu berbeda bahkan bertolak belakang. Barat lebih menekankan pada rasional, sedangkan Timur lebih menekankan kepada yang mistis.
Keterpisahan inilah yang menjadi titik awal konflik di antara gereja barat dan gereja timur. Peristiwa nyata yang menyebabkan perpecahan ini terjadi ketika Paus Leo IX menyerang Michael Cerularius dan para pengikutnya dengan sanksi pengucilan, dan Patriark Konstantinopel membalas dengan sanksi eks komunikasi yang sama juga.
Konstantin melakukan bakti yang luar biasa bagi Kekristenan ketika dia mengadakan konferensi di Nicea (Turki) untuk menyelesaikan perdebatan teologis tentang pernyataan keimanan orang Kristen.
Dewan Nicaea setuju dengan pernyataan keimanan Nicaea yang dianut oleh kebanyakan umat Kristen sampai saat ini. Secara khusus, pernyataan itu mengatakan:
* … Saya mengimani Ruh Kudus, Tuhan, sang Pemberi kehidupan,
* Yang berasal dari Sang Bapak dan Sang Putra.
* Yang bersama-sama dengan Sang Bapak dan Sang Putra dicintai dan diagungkan,
* Yang berbicara melalui para Nabi...
Inti dari perpecahan ini yaitu keputusan Gereja Barat untuk "mengedit" pernyataan keimanan Nicaea tanpa mendapatkan persetujuan dari Gereja Timur. Gereja Barat memutuskan untuk menambahkan kata-kata dan Sang Putra dalam teks pernyataan keimanan tadi.
Dalam konsep tritunggal Ketuhanan, Rûm Konstantinopel memutuskan untuk memberikan keutamaan yang lebih besar kepada Sang Bapak, sedangkan Rûm Barat memutuskan untuk meninggikan Sang Putra dalam konsep tritunggal Ketuhanan ke posisi yang setara dengan Sang Bapak. Sehingga, perpecahan antara Timur dan Barat ini muncul karena persoalan-persoalan yang berkaitan langsung dengan perjuangan kebenaran, terutama dengan konsep ketuhanan.
Syaikh Imran pun berkesimpulan ketika Al-Qur'an menggunakan kata-kata sebelum dan sesudah untuk menubuatkan dua kemenangan Rûm dalam Al-Qur'an yang merujuk pada kemenangan sebelum perpecahan besar, dan kemenangan yang lain akan terjadi sesudah Perpecahan Besar yang mana umat Islam akan bergembira pada dua kemenangan Rûm tersebut.
Kemenangan pertama yang terjadi di masa hidup Nabi Muhammad SAW dan beliau pun merayakannya serta menyadari kemenangan tersebut diperoleh karena pertolongan Allah.
Hal ini menunjukkan bahwa Allah dan Nabi Muhammad mengakui Rûm di masa itu sebagai umat dari Yesus as dan arti dari pengakuan tersebut diberikan tidak terlepas pada kenyataan Rûm yang menyembah Tuhan Tri Tunggal.
Pada saat itu keimanan mereka kepada Yesus as sebagai anak Tuhan, penyembahan kepada Yesus sebagai orang ketiga dari tuhan Trinitas, tidak menjadi penghalang bagi umat Islam untuk merayakan kemenangan tersebut.
Hal ini tidak menjadi penghalang pula bagi Allah untuk menolong umat Kristen tersebut dalam mencapai kemenangan.
Dampak dari analisis tersebut meyakinkan Syaikh Imran akan kemenangan kedua di masa yang akan datang, yang diberikan Allah kepada salah satu kaum Rûm yang muncul setelah perpecahan besar antara Rûm Barat dan Rûm Timur kepada kaum yang diakui tuhan sebagai umat Yesus yang menyembah Tuhan Tri Tunggal.
Ajaran resmi tentang Trinitas terus dirumuskan sejak pertemuan para uskup pada Konsili Nicea (325 M) dan Konsili Konstantinopel I (381 M) ataupun Konsili Efesus (413 M).
Hal ini menunjukkan sudah adanya ajaran Trinitas yang di anut Bangsa Rûm sebelum kemenangan Bangsa Rûm melawan Persia pada tahun 622 M.
Banyak orang mengakui adanya perpecahan atau skisma besar antara Timur dan Barat pada tahun 1054 tersebut. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya mengenai adanya perpecahan besar antara Rûm Barat dan Rûm Timur, Syaikh Imran mencoba untuk mencari petunjuk dalam Al-Qur'an yang berkenaan dengan topik ini.
"Mustahil bagi Rûm menjadi suatu kaum yang menelantarkan agama yang dibawa Yesus as . Rûm merupakan orang-orang religius yang menaati ajaran Yesus as," jelas Syaikh Imran dalam buku yang diterjemahkan Yanti Sumara berjudul "Konstantinopel Dalam Al-Qur’an" (Eskatopedia, 2020).
Dalam surat ini, Rûm sebagai sebagai umat atau pengikut Yesus as. Syaikh Imran menyatakan bahwasanya Rûm merupakan Ahli Kitab . Ahli Kitab merupakan sebutan terhadap komunitas yang percaya dan berpegang pada agama yang memiliki kitab suci yang berasal dari Allah selain Al-Qur'an.
الٓمّٓ
غُلِبَتِ الرُّوۡمُۙ
فِىۡۤ اَدۡنَى الۡاَرۡضِ وَهُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ غَلَبِهِمۡ سَيَغۡلِبُوۡنَۙ
فِىۡ بِضۡعِ سِنِيۡنَ ؕ لِلّٰهِ الۡاَمۡرُ مِنۡ قَبۡلُ وَمِنۡۢ بَعۡدُ ؕ وَيَوۡمَٮِٕذٍ يَّفۡرَحُ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ
بِنَصۡرِ اللّٰهِؕ يَنۡصُرُ مَنۡ يَّشَآءُ ؕ وَهُوَ الۡعَزِيۡزُ الرَّحِيۡمُۙ
وَعۡدَ اللّٰهِؕ لَا يُخۡلِفُ اللّٰهُ وَعۡدَهٗ وَلٰـكِنَّ اَكۡثَرَ النَّاسِ لَا يَعۡلَمُوۡنَ
يَعۡلَمُوۡنَ ظَاهِرًا مِّنَ الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا ۖۚ وَهُمۡ عَنِ الۡاٰخِرَةِ هُمۡ غٰفِلُوۡنَ
غُلِبَتِ الرُّوۡمُۙ
فِىۡۤ اَدۡنَى الۡاَرۡضِ وَهُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ غَلَبِهِمۡ سَيَغۡلِبُوۡنَۙ
فِىۡ بِضۡعِ سِنِيۡنَ ؕ لِلّٰهِ الۡاَمۡرُ مِنۡ قَبۡلُ وَمِنۡۢ بَعۡدُ ؕ وَيَوۡمَٮِٕذٍ يَّفۡرَحُ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ
بِنَصۡرِ اللّٰهِؕ يَنۡصُرُ مَنۡ يَّشَآءُ ؕ وَهُوَ الۡعَزِيۡزُ الرَّحِيۡمُۙ
وَعۡدَ اللّٰهِؕ لَا يُخۡلِفُ اللّٰهُ وَعۡدَهٗ وَلٰـكِنَّ اَكۡثَرَ النَّاسِ لَا يَعۡلَمُوۡنَ
يَعۡلَمُوۡنَ ظَاهِرًا مِّنَ الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا ۖۚ وَهُمۡ عَنِ الۡاٰخِرَةِ هُمۡ غٰفِلُوۡنَ
Artinya: Alif Lām Mīm. Bangsa Romawi telah dikalahkan, di negeri yang terdekat dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang dalam beberapa tahun (lagi). Milik Allahlah urusan sebelum dan setelah (mereka menang). Pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang mukmin karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dia Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Itulah) janji Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia, sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai. ( QS al-Rûm/30 : 1- 7)
Imran Nazar Hosein dalam buku berjudul "The Qur’an, the Great War, and the West" menerjemahkan ayat tersebut sebagai berikut:
Alif Lām Mīm. Rūm was defeated in a land located close by; yet, notwithstanding this defeat which they have experienced, they will soon be victorious, - with victory coming within just a few years. Victory will take place twice in consequence of Allah’s command, both previously as well as to come; and on that day when Rūm is victorious the believers will rejoice in Allah’s assistance through which he delivered victory. He helps in this way whomever He chooses to help, since He alone is Almighty and Kind. Let the world take notice of Allah’s promise of victory for Rūm on two occasions, and remember that Allah never fails to fulfill His promise, but most people know it not. Rather they have knowledge of only the contemporary external phenomena of the life of this world, whereas they are ignorant of the events that will occur at the end (i.e., in the End-time).
Baca Juga
Selanjutnya Awaluddin menerjemahkan dalam buku karya Syaikh Imran itu menjadi berjudul "Al-Qur'an, Perang Besar & Dunia Barat" (Eskatopedia, 2020) sebagai berikut:
(Alif Laam Mim. Rum telah dikalahkan di sebuah negeri yang dekat; namun, terlepas dari kekalahan yang mereka alami ini, mereka akan segera meraih kemenangan, dengan kemenangan yang akan tiba hanya dalam beberapa tahun lagi. Kemenangan akan terjadi dua kali atas kehendak Allah, baik sebelum maupun yang mendatang; dan pada hari Ketika Rum menang orang-orang beriman akan bersukacita menyambut pertolongan Allah yang dengannya Allah menurunkan kemenangan. Dia menolong di jalan ini siapa saja yang Dia kehendaki untuk ditolong, karena Dia lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Biarkan dunia memperhatikan janji Allah akan kemenangan bagi bangsa Rum dalam dua kesempatan, dan ingatlah bahwa Allah tidak pernah luput dalam menepati janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Melainkan mereka hanya punya pengetahuan tentang penampakan luaran yang kekinian saja, sedangkan terhadap rangkaian peristiwa yang akan terjadi pada akhir zaman (yakni penghujung masa), mereka lalai.)
Kemenangan Dua Kali
Syaikh Imran menyatakan kemenangan dua kali bangsa Rûm. Ia menganggap kebanyakan dari penafsir Al-Qur'an setuju bahwa ayat ini memberitahukan kita akan adanya dua kemenangan, tetapi kebanyakan mereka menyimpulkan bahwa yang kedua dari dua kemenangan tersebut terjadi ketika kaum Muslim memenangkan perang melawan kaum Quraisy di Perang Badar .
Masalahnya, pendapat yang mengatakan kemenangan kedua yang ada dalam Al-Qur'an adalah kemenangan umat Islam di Perang Badar melawan kaum Quraisy dianggap tidak pas oleh Syaikh Imran terhadap konteks kata sebelum dan sesudah dalam ayat ini.
Kalimat sebelum dan sesudah pada ayat tersebut menjadi titik berat Syaikh Imran dalam menyatakan pandangannya terhadap ayat ini. Analisisnya terhadap kata tersebut menganggap perlunya jawaban atas pertanyaan sebelum dan sesudah, yaitu sebelum apa? dan sesudah apa?
Syaikh Imran dalam "Constantinople In The Qur'an" (Trinidad and Tobago: Imran N. Hosein Publications, 2018), menganggap Al-Qur'an menunjukkan sesuatu di antara kata sebelum dan sesudah. Sehingga dengan merujuk terhadap kata yang terkandung di antara keduanya, barulah kata-kata sebelum dan sesudah dapat dipahami.
Menurutnya, konteks ayat ini mewajibkan kita untuk memahami bahwa kata sebelum dan sesudah ini berkaitan dengan Rûm, sehingga merujuk pada peristiwa yang menentukan dalam sejarah Rûm.
Rekayasa Dajjal
Berkenaan dengan peristiwa tersebut, ia menentukan kemenangan Rûm yang pertama terjadi sebelum dan kemenangan yang kedua akan terjadi setelah peristiwa tersebut.
Peristiwa yang dianggap Syaikh Imran berkaitan dengan bangsa Rûm dan sesuai dengan kata sebelum dan sesudah dalam surah al-Rûm yaitu perpecahan besar antara Timur dan Barat, yang terjadi sekitar empat ratus tahun kemudian pada tahun 1054 ketika Dajjal merekayasa perpecahan Rûm menjadi dua.
Satu bagian dari Rûm tetap tinggal di Konstantinopel yang menjadi ibu kotanya, yang bertahan untuk melestarikan kepercayaan Ortodoks dalam Kekristenan yang dikenal sebagai Kekristenan Ortodoks.
Sedangkan bagian lainnya yaitu bagian barat dari Rûm menganut epistemologi "mata satu" Dajjal yang melahirkan sekularisme pertama dan materialisme, dan kemudian peradaban yang dikenal sebagai peradaban Barat modern.
Ini adalah peradaban yang mempunyai kata Kâfir (yakni orang kafir) yang terdapat di keningnya, di antara kedua matanya.
Terpisahnya antara gereja Barat dan Timur dapat dikatakan sebagai sebuah peristiwa besar yang tidak dapat dihapus dari sejarah gereja.
Peristiwa ini sangatlah besar karena berubahnya kondisi kekristenan yang pengaruhnya masih terasa sampai sekarang.
Efek dari keterpisahan ini yaitu munculnya dua sisi mata uang logam yang berbeda dan menjadi titik awal penyebaran agama Kristen dengan dua sudut pandang yang begitu berbeda bahkan bertolak belakang. Barat lebih menekankan pada rasional, sedangkan Timur lebih menekankan kepada yang mistis.
Keterpisahan inilah yang menjadi titik awal konflik di antara gereja barat dan gereja timur. Peristiwa nyata yang menyebabkan perpecahan ini terjadi ketika Paus Leo IX menyerang Michael Cerularius dan para pengikutnya dengan sanksi pengucilan, dan Patriark Konstantinopel membalas dengan sanksi eks komunikasi yang sama juga.
Konstantin melakukan bakti yang luar biasa bagi Kekristenan ketika dia mengadakan konferensi di Nicea (Turki) untuk menyelesaikan perdebatan teologis tentang pernyataan keimanan orang Kristen.
Dewan Nicaea setuju dengan pernyataan keimanan Nicaea yang dianut oleh kebanyakan umat Kristen sampai saat ini. Secara khusus, pernyataan itu mengatakan:
* … Saya mengimani Ruh Kudus, Tuhan, sang Pemberi kehidupan,
* Yang berasal dari Sang Bapak dan Sang Putra.
* Yang bersama-sama dengan Sang Bapak dan Sang Putra dicintai dan diagungkan,
* Yang berbicara melalui para Nabi...
Inti dari perpecahan ini yaitu keputusan Gereja Barat untuk "mengedit" pernyataan keimanan Nicaea tanpa mendapatkan persetujuan dari Gereja Timur. Gereja Barat memutuskan untuk menambahkan kata-kata dan Sang Putra dalam teks pernyataan keimanan tadi.
Dalam konsep tritunggal Ketuhanan, Rûm Konstantinopel memutuskan untuk memberikan keutamaan yang lebih besar kepada Sang Bapak, sedangkan Rûm Barat memutuskan untuk meninggikan Sang Putra dalam konsep tritunggal Ketuhanan ke posisi yang setara dengan Sang Bapak. Sehingga, perpecahan antara Timur dan Barat ini muncul karena persoalan-persoalan yang berkaitan langsung dengan perjuangan kebenaran, terutama dengan konsep ketuhanan.
Syaikh Imran pun berkesimpulan ketika Al-Qur'an menggunakan kata-kata sebelum dan sesudah untuk menubuatkan dua kemenangan Rûm dalam Al-Qur'an yang merujuk pada kemenangan sebelum perpecahan besar, dan kemenangan yang lain akan terjadi sesudah Perpecahan Besar yang mana umat Islam akan bergembira pada dua kemenangan Rûm tersebut.
Kemenangan pertama yang terjadi di masa hidup Nabi Muhammad SAW dan beliau pun merayakannya serta menyadari kemenangan tersebut diperoleh karena pertolongan Allah.
Hal ini menunjukkan bahwa Allah dan Nabi Muhammad mengakui Rûm di masa itu sebagai umat dari Yesus as dan arti dari pengakuan tersebut diberikan tidak terlepas pada kenyataan Rûm yang menyembah Tuhan Tri Tunggal.
Pada saat itu keimanan mereka kepada Yesus as sebagai anak Tuhan, penyembahan kepada Yesus sebagai orang ketiga dari tuhan Trinitas, tidak menjadi penghalang bagi umat Islam untuk merayakan kemenangan tersebut.
Hal ini tidak menjadi penghalang pula bagi Allah untuk menolong umat Kristen tersebut dalam mencapai kemenangan.
Dampak dari analisis tersebut meyakinkan Syaikh Imran akan kemenangan kedua di masa yang akan datang, yang diberikan Allah kepada salah satu kaum Rûm yang muncul setelah perpecahan besar antara Rûm Barat dan Rûm Timur kepada kaum yang diakui tuhan sebagai umat Yesus yang menyembah Tuhan Tri Tunggal.
Ajaran resmi tentang Trinitas terus dirumuskan sejak pertemuan para uskup pada Konsili Nicea (325 M) dan Konsili Konstantinopel I (381 M) ataupun Konsili Efesus (413 M).
Hal ini menunjukkan sudah adanya ajaran Trinitas yang di anut Bangsa Rûm sebelum kemenangan Bangsa Rûm melawan Persia pada tahun 622 M.
Banyak orang mengakui adanya perpecahan atau skisma besar antara Timur dan Barat pada tahun 1054 tersebut. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya mengenai adanya perpecahan besar antara Rûm Barat dan Rûm Timur, Syaikh Imran mencoba untuk mencari petunjuk dalam Al-Qur'an yang berkenaan dengan topik ini.
(mhy)
Lihat Juga :