Kisah Ternodanya Perjanjian Umar bin Khattab: 372 tahun Yerusalem Damai di Bawah Islam

Selasa, 23 Juli 2024 - 13:02 WIB
Selama 372 tahun Yerusalem benar-benar merasakan kedamaian karena menjalankan Perjanjian Umar. Ilustrasi: art station
Selama 372 tahun Yerusalem benar-benar merasakan kedamaian karena menjalankan Perjanjian Umar bin Khattab . Umat Islam, Kristen , dan Yahudi hidup berdampingan dengan damai di bawah pemerintahan Islam. Begitu Perjanjian Umar ternoda konflik pun pecah.

Kekuasaan Islam atas Yerusalem terjadi setelah meletusnya perang Yarmuk yang dimenangkan umat Muhammad pada bulan Agustus 636.

Jati Pamungkas, S.Hum, M.A. dalam bukunya berjudul "Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa" menceritakan setelah menaklukkan Damaskus, pasukan Islam di bawah komando Abu Ubaidah berperang dengan pasukan Byzantium dalam jumlah besar yang dikirim oleh Heraklius , Kaisar Byzantium.



Perang tersebut dinamakan Perang Yarmuk karena terjadi di sekitaran Sungai Yarmuk. Posisi Islam yang semakin kuat di Syam, membuat Raja Heraklius di Konstantinopel mengirim pasukan dalam jumlah yang besar, yaitu sekitar 150 ribu tentara; sedangkan pasukan Islam pada waktu itu berjumlah 20 ribu tentara.

Mental dan moral pasukan Islam dengan “hidup mulia dan mati syahid” menjadikan pasukan dengan 20 ribu tentara itu memenangkan pertempuran selama enam hari di Yarmuk.

Spencer Tucker dalam bukunya berjudul "Battles that Changed History: An Encyclopedia of World Conflict" menyebut kemenangan Islam di Perang Yarmuk tercatat dalam sejarah, yaitu kemenangan penting dalam sejarah dunia.

Kekalahan di Yarmuk membuat Byzantium tidak dapat melakukan invasi lagi di Syam. Kemenangan Islam di Yarmuk terjadi di bulan Agustus 636. Komandan perang pasukan Byzantium di Yarmuk adalah Theodor Trithirius dan pasukan Islam dipimpin oleh Khalid bin Walid; walaupun secara legalitas posisi jenderal utama adalah Abu Ubaidah.

Dalam perang besar tersebut, Khalid tetap dipercaya sebagai penyusun strategi utama.



Pada bulan November 636 pasukan Islam sampai di Yerusalem. Yerusalem yang berstatus kota suci menjadikan pengamanan Yerusalem tidak sekuat Damaskus, namun tetap dijaga oleh tentara Byzantium.

Kemenangan di Yarmuk membuat Sophronius, pemimpin agama Kristen di Yerusalem, menyusun strategi bertahan. Komandan perang pada saat itu adalah Abu Ubaidah, yang mengedepankan perdamaian. Strategi dalam menaklukkan Yerusalem adalah pengepungan kota.

Pengepungan tersebut akhirnya mendesak Sophronius untuk menyerahkan Yerusalem pada pasukan Islam. Empat bulan setelah pengepungan, Sophronius menyerahkan Yerusalem dan bersedia membayar jizyah.

Penyerahan Yerusalem sangat penting bagi Islam karena berkaitan dengan peristiwa Isra Mikraj Rasulullah di Yerusalem, tepatnya di area Masjid al-Aqsa .

Abu Ubaidah menulis surat kepada Khalifah Umar yang tujuannya adalah penyerahan Yerusalem harus diterima langsung oleh khalifah sebagai pemimpin tertinggi Islam.

Adnan Khan dalam "100 Years of the Middle East" menyebut Khalifah Umar akhirnya sampai di Yerusalem pada bulan April 637. Sebelum menyerahkan Yerusalem, Sophronius meminta kepada Khalifah Umar agar umat Kristen dilindungi dalam beribadah dan dijamin hak-haknya sebagai manusia. Khalifah Umar menyanggupi dan membuat perjanjian damai yang terkenal dengan al-Uhdah al-Umariah atau Perjanjian Umar.

Inti dari perjanjian tersebut adalah Yerusalem merupakan kota yang damai dan setiap orang bebas meyakini dan melaksanakan ritual keagamaannya masing-masing, baik Islam, Kristen, maupun Yahudi.



Perjanjian Umar tetap terjaga hingga Yerusalem dikuasai oleh Kekhalifahan Fatimiyah pada masa Khalifah Abu Manshur al-Aziz Billah.

Selama 372 tahun, Yerusalem tetap menjunjung tinggi Perjanjian Umar. Umat Islam, Kristen, dan Yahudi hidup berdampingan dengan damai di bawah pemerintahan Islam.

Pemerintahan Kekhalifahan Rasyidin berakhir pada tahun 661 dan digantikan Kekhalifahan Umayah yang berpusat di Damaskus. Pemerintahan baru Islam di Damaskus dipimpin oleh Muawiyah bin Abu Sufyan.

Dekatnya jarak Yerusalem dengan Damaskus membuat pengawasan Islam di Yerusalem lebih optimal. Praktis selama pemerintahan Kekhalifahan Umayah hingga tahun 750, Yerusalem tetap di bawah kontrol Islam. Tidak ada usaha Byzantium untuk berusaha kembali lagi merebut Yerusalem karena kehidupan beragama berjalan dengan baik dan damai.

Kristen dan Yahudi sebagai minoritas penduduk juga diakui hak-haknya, memperoleh keamanan dan kebebasan hidup selama tidak ada pergerakan melawan pemerintahan di Damaskus. Islam di Yerusalem semakin agung karena Khalifah Abdul Malik membangun sebuah bangunan monumental, yaitu Qubat al-Shakhrah yang diselesaikan pada tahun 691.



Bangunan tersebut dibangun berdekatan dengan Masjid al-Aqsa dan dibangun untuk melindungi batu yang diyakini tempat Mikraj Rasulullah, atau perjalanan Rasulullah menuju Sidrat alMuntaha.

Pasca 750, politik Islam tidak stabil karena terjadi perpindahan pusat politik dari Damaskus ke Irak. Kekhalifahan Umayah telah runtuh karena dikalahkan saingannya sesama orang Arab yang akhirnya mendirikan Kekhalifahan Abbasiyah.

Kondisi politik yang tidak stabil memengaruhi kehidupan politik di Yerusalem, namun tidak terlalu memengaruhi kehidupan beragama di kota suci tersebut. Yerusalem tidak di bawah Kekhalifahan Umayah lagi, namun dipimpin kekhalifahan baru yang berpusat di Bagdad.

Pusat pemerintahan yang semakin jauh menjadikan Yerusalem lebih merdeka secara kontrol politik.

Pada akhir abad ke-10 Yerusalem dikuasai oleh Kekhalifahan Fatimiyah yang merupakan musuh Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad. Kekhalifahan Fatimiyah pada waktu itu berpusat di Kairo.



Kekacauan kehidupan beragama di Yerusalem mulai terusik ketika Khalifah Fatimiyah pengganti alAziz, Abu Ali Manshur al-Hakim bi-Amrillah, pada tahun 1009 menyerang umat Kristen dan Yahudi di Yerusalem.

Sejak itulah al-Uhdah al-Umariyah yang selama 372 berhasil mewujudkan perdamaian sesuai dengan namanya, Yerusalem atau kota damai, ternoda.
(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Anas radhiyallahu 'anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terbiasa membaca doa: YA MUQALLIBAL QULUUB TSABBIT QALBII 'ALAA DIINIKA (Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku berada di atas agamamu). Kemudian aku pun bertanya, Wahai Rasulullah, kami beriman kepadamu dan kepada apa yang anda bawa. Lalu apakah anda masih khawatir kepada kami? Beliau menjawab: Ya, karena sesungguhnya hati manusia berada di antara dua genggaman tangan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Dia bolak-balikkan menurut yang dikehendaki-Nya.

(HR. Tirmidzi No. 2066)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More