Kontroversi Kitab Qasidah Barzanji: Nur Muhammad SAW Berpindah-pindah
Senin, 16 September 2024 - 18:09 WIB
PADA bulan Rabiul Awal ini umat Islam memperingati Maulid Nabi . Lazimnya pada peringatan lahirnya Nabi Muhammad SAW masjid-masjid di Indonesia banyak menggelar barzanjen, yakni acara membaca kitab Barzanji.
Isi sebagian kitab Qashidah Barzanji ini sejauh ini masih mengundang perdebatan. Salah satunya adalah perihal Nur Muhammad . Konon kepercayaan semacam ini bersumber dari riwayat palsu alias hoaks. Bernarkan?
Kitab Barzanji ditulis oleh Ja’far al-Barjanzi al-Madani. Dia adalah khathib di Masjidilharam dan seorang mufti dari kalangan Syaf’iyyah. Wafat di Madinah pada tahun 1177H/1763 M.
Sebagai seorang penganut paham tasawuf yang bermazhab Syiah , Ja’far al-Barjanzi sangat mengkultuskan keluarga, keturunan dan Nabi Muhammad SAW. Ini dibuktikan dalam doanya “Dan berilah taufik kepada apa yang Engkau ridai pada setiap kondisi bagi para pemimpin dari keturunan az-Zahrâ di bumi Nu’man”.
Dia menyakini tentang Nur Muhammad, sebagaimana yang terungkap dalam syairnya:
Nur Mustafa (Muhammad) terus berpindah-pindah dari sulbi yang bersih kepada yang sulbi suci nan murni.
Di kalangan sufi, Nur Muhammad bukan barang asing. Abu Abdullah Husain bin Mansur al-Hallaj atau Al-Hallaj, ulama sufi asal Iran, mengatakan, “Nabi SAW memiliki cahaya yang kekal abadi dan terdahulu keberadaannya sebelum diciptakan dunia. Semua cabang ilmu dan pengetahuan di ambil dari cahaya tersebut dan para Nabi sebelum Muhammad SAW menimba ilmu dari cahaya tersebut."
Demikian juga perkataan Ibnul Arabi Attha'i bahwa semua Nabi sejak Nabi Adam as hingga Nabi terakhir mengambil ilmu dari cahaya kenabian Muhammad SAW yaitu penutup para Nabi.
Memicu Polemik
Konsep Nur Muhammad ini memang kerap memicu polemik di tengah umat Islam. Sebagian orang menolaknya karena konsep ini bertentangan dengan konsep penciptaan manusia dalam Al-Qur’an. Sebagian orang lainnya menolak karena konsep terpengaruh oleh doktrin salah satu sekte dalam Islam, yaitu Syiah.
Adapun sebagian kelompok lainnya menolak karena konsep ini membuka lebar pemikiran yang ditengarai oleh kosmologi sufisme yang dianggap berlebihan dan melewati batas.
Sebagian orang Islam lainnya menolak konsep Nur Muhammad karena membuka jalan pada paham wahdatul wujud. Paham sufisme yang berkembang di Nusantara menyebutnya kurang lebih martabat lima atau martabat tujuh.
Sedangkan sebagian orang menolak pijakan konsep Nur Muhammad ini melalui kritik hadis.
Qashidah Barzanji menyebut konsep Nur Muhammad sebagai berikut:
“Aku mengucap selawat dan salam untuk cahaya yang bersifat terdahulu dan awal”
Bukan Qadim
Perihal masalah ini, Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantan i, menjelaskan konsep Nur Muhammad tidak sulit untuk dipahami dan tidak perlu dibikin ruwet.
Status Nur Muhammad bukan qadim sebagaimana keqadiman sifat Allah. Nur Muhammad adalah makhluk yang pertama kali Allah ciptakan sebelum Dia menciptakan makhluk lainnya.
“(Aku mengucap selawat) aku memohon sholawatullah, yaitu rahmat Allah (dan) aku memohon (salam) Allah, yaitu penghormatan-Nya (untuk) yang empunya (cahaya yang bersifat terdahulu) sebelum segala makhluk (dan awal) yang entitasnya lebih awal dalam kaitannya dengan semua makhluk,” tulis Syekh M Nawawi Banten dalam kitab "Madarijus Shu‘ud ila Iktisa’il Burud".
Syaikh Nawawi juga membawa hadis riwayat Jabir yang menjadi salah satu dasar konsep Nur Muhammad di samping beberapa riwayat hadits lainnya.
Ketika ditanya perihal makhluk pertama yang diciptakan Allah, Rasulullah SAW menjawab, "Sungguh, Allah menciptakan nur nabimu sebelum segala sesuatu."
Allah menjadikan nur itu beredar dengan kuasa Allah sesuai kehendak-Nya. Saat itu belum ada lauh, qalam, surga, neraka, malaikat, manusia, jin, bumi, langit, matahari, dan bulan. Atas dasar ini, nur itu adalah substansi, bukan aksiden.
Riwayat lain yang mengungkapkan Nur Muhammad, menurut Syaikh Nawawi an-Bantani, adalah hadis riwayat Imam Bukhari dari sahabat Maysarah RA yang bertanya, “Wahai Rasulullah, kapan kau menjadi nabi?”
“Saat Adam AS di antara roh dan jasad,” jawab Rasulullah SAW.
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani (470-561 H) dalam kitabnya "Sirrul Asror" juga menjelaskan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan adalah "Nur Muhammad" dari cahaya suci Keindahan-Nya.
Empat ribu tahun setelah diciptakan Nur Muhammad, Allah baru menciptakan 'Arasy dari cahaya mata Muhammad. Kemudian Allah ciptakan makhluk yang lain dari 'Arasy.
Kata Syaikh Abdul Qadir, semua ilmu di alam dunia ini memerlukan pengetahuan yang datangnya dari alam ghaib sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:
"....Dan Kami telah ajarkan kepadanya satu ilmu dari sisi Kami (ilmu Laduni)." ( QS Al-Kahfi : 65).
Dalam buku "Nur Muhammad dan Berita dari Alam Ghaib" karya Aqil bil-Qisti juga disebutkan Allah menciptakan sebuah pohon Yakin yang mempunyai empat cabang. Kemudian Allah menciptakan Nur Muhammad dari sebuah intan putih serupa burung merak, lalu burung merak itu membaca tasbih selama 70.000 tahun.
Kemudian Allah menciptakan cermin kehidupan dan diletakkan di depan burung merak, lalu burung merak menatap cermin tersebut. Burung merak itu lalu merasa malu dan meneteskan keringat enam tetes; dari tetes pertama Allah menciptakan Abu Bakar, tetes kedua Umar bin Khathab, tetes ketiga Usman bin Affan, tetes keempat Ali bin Abi Thalib, tetes kelima bunga mawar dan tetes keenam padi.
Menurut buku ini, adanya semua makhluk berasal dari Nur Muhammad, sampai Nabi Adam pun di dahinya ada Nur Muhammad.
Yusuf Ismail an-Nabhani dalam "Al-Anwar al-Muhammadiyyah" menjelaskan makna istilah ini dengan berkata, “Ketahuilah, bahwasannya tatkala kehendak al-Haq (Allah) berhubungan dengan penciptaan para makhluk-Nya, Allah telah menampakkan haqiqat Muhammad dari cahaya-cahaya-Nya, kemudian dengan sebabnya tersingkaplah seluruh alam dari atas hingga bawahnya …….kemudian terpancarlah darinya sumber roh-roh, sedangkan dia (Muhammad) merupakan jenis (ruh) yang paling tinggi di atas segala jenis dan sebagai induk terbesar bagi seluruh makhluk yang ada.”
Ini mengandung pengertian bahwasanya Allah SWT menciptakan Muhammad dari cahaya-Nya dan bahwa Dia menciptakannya sebelum penciptaan Adam, bahkan sebelum menciptakan seluruh alam. Dan bahwa segala sesuatu diciptakan dari cahaya Muhammad.
Berita Palsu
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (1912-1999) dalam "Fatawa Nur ‘ala ad-Darb" mengatakan sehubungan dengan perkataan sebagian manusia dan khurofi, serta kalangan Sufi bahwa ‘beliau (Nabi Muhammad SAW) diciptakan dari cahaya’ atau ‘yang pertama kali diciptakan adalah cahaya Muhammad SAW, ini semua kabar (riwayat) yang tidak ada asalnya, seluruhnya kebatilan, merupakan berita palsu yang tidak ada dasarnya (sama sekali) sebagaimana telah disebutkan di muka”.
Beliau mengatakan, pernyataan bahwa dunia diciptakan karena (Nabi) Muhammad SAW, kalau tidak ada Muhammad SAW maka dunia tidak akan pernah ada, juga tidak akan diciptakan makhluk (lainnya), ini merupakan kebatilan, tidak ada asalnya, ini perkataan yang rusak.
Menurut Syaikh Abdul Aziz, Allah menciptakan dunia agar Dia dikenal, diketahui dan diibadahi (oleh makhluk, manusia). Allah menciptakan dunia dan seluruh makhluk agar dikenal melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya, kekuasaan dan ilmu-Nya, agar ibadahi, tidak ada sekutu bagi-nya, bukan karena Muhammad SAW, Nuh as, ataupun Isa as maupun karena nabi lainnya. Allah menciptakan seluruh makhluk agar mereka beribadah kepada-Nya. Allah berfirman:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku ( QS ad-Dzariyat/51 :56)
Di sini, Allah SWT menjelaskan bahwa Dia menciptakan mereka agar beribadah kepada-Nya, bukan karena Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW termasuk dalam kandungan ayat di atas, diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:
Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) ( QS al-Hijr/15 :99)
Allah SWT berfirman:
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allâh berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allâh Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu ( QS ath-Thalâq/65 :12)
Allah Taala berfirman:
Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah ( QS Shad/38 :27)”
Isi sebagian kitab Qashidah Barzanji ini sejauh ini masih mengundang perdebatan. Salah satunya adalah perihal Nur Muhammad . Konon kepercayaan semacam ini bersumber dari riwayat palsu alias hoaks. Bernarkan?
Kitab Barzanji ditulis oleh Ja’far al-Barjanzi al-Madani. Dia adalah khathib di Masjidilharam dan seorang mufti dari kalangan Syaf’iyyah. Wafat di Madinah pada tahun 1177H/1763 M.
Sebagai seorang penganut paham tasawuf yang bermazhab Syiah , Ja’far al-Barjanzi sangat mengkultuskan keluarga, keturunan dan Nabi Muhammad SAW. Ini dibuktikan dalam doanya “Dan berilah taufik kepada apa yang Engkau ridai pada setiap kondisi bagi para pemimpin dari keturunan az-Zahrâ di bumi Nu’man”.
Dia menyakini tentang Nur Muhammad, sebagaimana yang terungkap dalam syairnya:
وَماَ زَالَ نُوْرُ الْمُصْطَفَى مُتْنَقِلاً مِنَ الطَّيِّبِ اْلأَتْقَي لِطاَهِرِ أَرْدَانٍ
Nur Mustafa (Muhammad) terus berpindah-pindah dari sulbi yang bersih kepada yang sulbi suci nan murni.
Di kalangan sufi, Nur Muhammad bukan barang asing. Abu Abdullah Husain bin Mansur al-Hallaj atau Al-Hallaj, ulama sufi asal Iran, mengatakan, “Nabi SAW memiliki cahaya yang kekal abadi dan terdahulu keberadaannya sebelum diciptakan dunia. Semua cabang ilmu dan pengetahuan di ambil dari cahaya tersebut dan para Nabi sebelum Muhammad SAW menimba ilmu dari cahaya tersebut."
Demikian juga perkataan Ibnul Arabi Attha'i bahwa semua Nabi sejak Nabi Adam as hingga Nabi terakhir mengambil ilmu dari cahaya kenabian Muhammad SAW yaitu penutup para Nabi.
Memicu Polemik
Konsep Nur Muhammad ini memang kerap memicu polemik di tengah umat Islam. Sebagian orang menolaknya karena konsep ini bertentangan dengan konsep penciptaan manusia dalam Al-Qur’an. Sebagian orang lainnya menolak karena konsep terpengaruh oleh doktrin salah satu sekte dalam Islam, yaitu Syiah.
Adapun sebagian kelompok lainnya menolak karena konsep ini membuka lebar pemikiran yang ditengarai oleh kosmologi sufisme yang dianggap berlebihan dan melewati batas.
Sebagian orang Islam lainnya menolak konsep Nur Muhammad karena membuka jalan pada paham wahdatul wujud. Paham sufisme yang berkembang di Nusantara menyebutnya kurang lebih martabat lima atau martabat tujuh.
Sedangkan sebagian orang menolak pijakan konsep Nur Muhammad ini melalui kritik hadis.
Qashidah Barzanji menyebut konsep Nur Muhammad sebagai berikut:
أصلي وأسلم على النور الموصوف بالتقدم والأوليه
“Aku mengucap selawat dan salam untuk cahaya yang bersifat terdahulu dan awal”
Bukan Qadim
Perihal masalah ini, Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantan i, menjelaskan konsep Nur Muhammad tidak sulit untuk dipahami dan tidak perlu dibikin ruwet.
Status Nur Muhammad bukan qadim sebagaimana keqadiman sifat Allah. Nur Muhammad adalah makhluk yang pertama kali Allah ciptakan sebelum Dia menciptakan makhluk lainnya.
“(Aku mengucap selawat) aku memohon sholawatullah, yaitu rahmat Allah (dan) aku memohon (salam) Allah, yaitu penghormatan-Nya (untuk) yang empunya (cahaya yang bersifat terdahulu) sebelum segala makhluk (dan awal) yang entitasnya lebih awal dalam kaitannya dengan semua makhluk,” tulis Syekh M Nawawi Banten dalam kitab "Madarijus Shu‘ud ila Iktisa’il Burud".
Syaikh Nawawi juga membawa hadis riwayat Jabir yang menjadi salah satu dasar konsep Nur Muhammad di samping beberapa riwayat hadits lainnya.
Ketika ditanya perihal makhluk pertama yang diciptakan Allah, Rasulullah SAW menjawab, "Sungguh, Allah menciptakan nur nabimu sebelum segala sesuatu."
Allah menjadikan nur itu beredar dengan kuasa Allah sesuai kehendak-Nya. Saat itu belum ada lauh, qalam, surga, neraka, malaikat, manusia, jin, bumi, langit, matahari, dan bulan. Atas dasar ini, nur itu adalah substansi, bukan aksiden.
Riwayat lain yang mengungkapkan Nur Muhammad, menurut Syaikh Nawawi an-Bantani, adalah hadis riwayat Imam Bukhari dari sahabat Maysarah RA yang bertanya, “Wahai Rasulullah, kapan kau menjadi nabi?”
“Saat Adam AS di antara roh dan jasad,” jawab Rasulullah SAW.
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani (470-561 H) dalam kitabnya "Sirrul Asror" juga menjelaskan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan adalah "Nur Muhammad" dari cahaya suci Keindahan-Nya.
Empat ribu tahun setelah diciptakan Nur Muhammad, Allah baru menciptakan 'Arasy dari cahaya mata Muhammad. Kemudian Allah ciptakan makhluk yang lain dari 'Arasy.
Kata Syaikh Abdul Qadir, semua ilmu di alam dunia ini memerlukan pengetahuan yang datangnya dari alam ghaib sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:
وَعَلَّمنٰهُ مِن لَدُنّا عِلمًا
"....Dan Kami telah ajarkan kepadanya satu ilmu dari sisi Kami (ilmu Laduni)." ( QS Al-Kahfi : 65).
Dalam buku "Nur Muhammad dan Berita dari Alam Ghaib" karya Aqil bil-Qisti juga disebutkan Allah menciptakan sebuah pohon Yakin yang mempunyai empat cabang. Kemudian Allah menciptakan Nur Muhammad dari sebuah intan putih serupa burung merak, lalu burung merak itu membaca tasbih selama 70.000 tahun.
Kemudian Allah menciptakan cermin kehidupan dan diletakkan di depan burung merak, lalu burung merak menatap cermin tersebut. Burung merak itu lalu merasa malu dan meneteskan keringat enam tetes; dari tetes pertama Allah menciptakan Abu Bakar, tetes kedua Umar bin Khathab, tetes ketiga Usman bin Affan, tetes keempat Ali bin Abi Thalib, tetes kelima bunga mawar dan tetes keenam padi.
Menurut buku ini, adanya semua makhluk berasal dari Nur Muhammad, sampai Nabi Adam pun di dahinya ada Nur Muhammad.
Yusuf Ismail an-Nabhani dalam "Al-Anwar al-Muhammadiyyah" menjelaskan makna istilah ini dengan berkata, “Ketahuilah, bahwasannya tatkala kehendak al-Haq (Allah) berhubungan dengan penciptaan para makhluk-Nya, Allah telah menampakkan haqiqat Muhammad dari cahaya-cahaya-Nya, kemudian dengan sebabnya tersingkaplah seluruh alam dari atas hingga bawahnya …….kemudian terpancarlah darinya sumber roh-roh, sedangkan dia (Muhammad) merupakan jenis (ruh) yang paling tinggi di atas segala jenis dan sebagai induk terbesar bagi seluruh makhluk yang ada.”
Ini mengandung pengertian bahwasanya Allah SWT menciptakan Muhammad dari cahaya-Nya dan bahwa Dia menciptakannya sebelum penciptaan Adam, bahkan sebelum menciptakan seluruh alam. Dan bahwa segala sesuatu diciptakan dari cahaya Muhammad.
Berita Palsu
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (1912-1999) dalam "Fatawa Nur ‘ala ad-Darb" mengatakan sehubungan dengan perkataan sebagian manusia dan khurofi, serta kalangan Sufi bahwa ‘beliau (Nabi Muhammad SAW) diciptakan dari cahaya’ atau ‘yang pertama kali diciptakan adalah cahaya Muhammad SAW, ini semua kabar (riwayat) yang tidak ada asalnya, seluruhnya kebatilan, merupakan berita palsu yang tidak ada dasarnya (sama sekali) sebagaimana telah disebutkan di muka”.
Baca Juga
Beliau mengatakan, pernyataan bahwa dunia diciptakan karena (Nabi) Muhammad SAW, kalau tidak ada Muhammad SAW maka dunia tidak akan pernah ada, juga tidak akan diciptakan makhluk (lainnya), ini merupakan kebatilan, tidak ada asalnya, ini perkataan yang rusak.
Menurut Syaikh Abdul Aziz, Allah menciptakan dunia agar Dia dikenal, diketahui dan diibadahi (oleh makhluk, manusia). Allah menciptakan dunia dan seluruh makhluk agar dikenal melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya, kekuasaan dan ilmu-Nya, agar ibadahi, tidak ada sekutu bagi-nya, bukan karena Muhammad SAW, Nuh as, ataupun Isa as maupun karena nabi lainnya. Allah menciptakan seluruh makhluk agar mereka beribadah kepada-Nya. Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku ( QS ad-Dzariyat/51 :56)
Di sini, Allah SWT menjelaskan bahwa Dia menciptakan mereka agar beribadah kepada-Nya, bukan karena Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW termasuk dalam kandungan ayat di atas, diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) ( QS al-Hijr/15 :99)
Allah SWT berfirman:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allâh berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allâh Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu ( QS ath-Thalâq/65 :12)
Allah Taala berfirman:
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا
Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah ( QS Shad/38 :27)”
(mhy)