Hidup Ini, Baik Panjang atau Singkat, Tercipta dari Sekelumit Napas
Selasa, 01 September 2020 - 06:38 WIB
Tiada obat pencegah maut selain menatapnya senantiasa dengan berani. Kita semua dilahirkan untuk mati; hidup tak akan tinggal bersama kita; kita harus tunduk. Bahkan dia yang menguasai dunia di bawah cap cincinnya, kini hanya merupakan barang tambang dalam tanah.
Isa dan Kendi Berisi Air
Isa minum air dari sebuah sungai jernih yang rasanya lebih nyaman dari embun pada bunga mawar. Salah seorang pengikutnya mengisi kendi dengan air sungai itu, dan mereka pun pergi meneruskan perjalanan. Karena haus, Isa minum seteguk air dari kendi itu, tetapi air itu terasa pahit, dan ia tertegun heran, lalu berdoa, "O Tuhan, air sungai dan air dalam kendi ini sama. Tetapi mengapakah yang satu lebih manis dari madu dan yang lain begitu pahit?"
Lalu kendi itu pun bicara, dan katanya pada Isa, "Aku sudah amat tua, dan bentukku sudah diubah-ubah seribu kali di bawah bentangan kubah yang sembilan ini -- kadang sebagai jambangan, kadang sebagai kendi dan kadang sebagai bejana. Bentuk apa pun yang ada padaku, selalu kumiliki dalam diriku kepahitan maut. Aku dibuat sedemikian rupa sehingga air yang kusimpan akan selalu ikut mengandung kepahitan itu."
O makhluk yang masa bodoh! Berusahalah memahami arti kendi itu. Berusahalah menemukan rahasia itu sebelum kau mati. Jika selagi kau hidup, kau tak dapat menemukan dirimu sendiri, mengenal dirimu sendiri, bagaimana kau akan dapat memahami rahasia hidupmu bila kau mati? Kau ikut serta dalam kehidupan makhluk, namun kau hanya makhluk semu.
Socrates Kepada Murid-Muridnya
Ketika Socrates hampir meninggal, salah seorang muridnya berkata padanya, "Guru, setelah Guru kami mandikan dan kami selubungi kain kafan, di manakah Guru ingin kami kuburkan?"
Socrates menjawab? "Jika kautemukan diriku, muridku tercinta, kuburkan aku di mana kau suka, dan selamat malam! Mengingat bahwa dalam hidupku selama ini aku tak menemukan diriku sendiri, bagaimana kau akan menemukan diriku waktu aku mati? Aku telah hidup dengan laku sedemikian rupa sehingga pada saat ini aku hanya tahu bahwa sejemput pengetahuan tentang diriku sendiri tidaklah jelas."
Isa dan Kendi Berisi Air
Isa minum air dari sebuah sungai jernih yang rasanya lebih nyaman dari embun pada bunga mawar. Salah seorang pengikutnya mengisi kendi dengan air sungai itu, dan mereka pun pergi meneruskan perjalanan. Karena haus, Isa minum seteguk air dari kendi itu, tetapi air itu terasa pahit, dan ia tertegun heran, lalu berdoa, "O Tuhan, air sungai dan air dalam kendi ini sama. Tetapi mengapakah yang satu lebih manis dari madu dan yang lain begitu pahit?"
Lalu kendi itu pun bicara, dan katanya pada Isa, "Aku sudah amat tua, dan bentukku sudah diubah-ubah seribu kali di bawah bentangan kubah yang sembilan ini -- kadang sebagai jambangan, kadang sebagai kendi dan kadang sebagai bejana. Bentuk apa pun yang ada padaku, selalu kumiliki dalam diriku kepahitan maut. Aku dibuat sedemikian rupa sehingga air yang kusimpan akan selalu ikut mengandung kepahitan itu."
O makhluk yang masa bodoh! Berusahalah memahami arti kendi itu. Berusahalah menemukan rahasia itu sebelum kau mati. Jika selagi kau hidup, kau tak dapat menemukan dirimu sendiri, mengenal dirimu sendiri, bagaimana kau akan dapat memahami rahasia hidupmu bila kau mati? Kau ikut serta dalam kehidupan makhluk, namun kau hanya makhluk semu.
Socrates Kepada Murid-Muridnya
Ketika Socrates hampir meninggal, salah seorang muridnya berkata padanya, "Guru, setelah Guru kami mandikan dan kami selubungi kain kafan, di manakah Guru ingin kami kuburkan?"
Socrates menjawab? "Jika kautemukan diriku, muridku tercinta, kuburkan aku di mana kau suka, dan selamat malam! Mengingat bahwa dalam hidupku selama ini aku tak menemukan diriku sendiri, bagaimana kau akan menemukan diriku waktu aku mati? Aku telah hidup dengan laku sedemikian rupa sehingga pada saat ini aku hanya tahu bahwa sejemput pengetahuan tentang diriku sendiri tidaklah jelas."
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)