Kisah Dzakhwan bin Kaisan Lepas dari Jebakan Rezim

Selasa, 08 September 2020 - 11:07 WIB
Orang itupun dibawa masuk kemudian ditanya, “Dari golongan manakah engkau?”

Dia menjawab, “Saya adalah satu di antara kaum muslimin.”

Hajjaj berkata, “Bukan itu yang aku tanyakan, saya bertanya dari negeri mana engkau berasal?”

Dia menjawab, “Saya penduduk Yaman.”

Hajjaj berkata, “Bagaimana keadaan gubernurku yang di sana?”

Dia menjawab, “Waktu saya pergi, beliau dalam keadaan gemuk, kuat, dan segar bugar.”

Hajjaj berkata, “Bukan itu yang aku maksud.”

Dia bertanya, “Lalu dalam hal apa?”

Hajjaj berkata, “Bagaimana perlakuannya terhadap kalian?”

Dia menjawab, “Waktu saya pergi, beliau adalah seorang yang zalim dan jahat, taat kepada makhluk dan membangkang terhadap sang Khaliq.”




Wajah Hajjaj merah padam karena malu mendengar perkataan orang tersebut. Lalu dia berkata, “Bagaimana engkau bisa mengatakan demikian sedangkan engkau tahu kedudukan dia di sisiku (yakni saudaranya)?”

Dia menjawab, “Apakah Anda mengira bahwa kedudukan dia di sisi Anda lebih mulia daripada kedudukan saya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala? Sedangkan saya bertamu di rumah-Nya sebagai haji, saya beriman kepada nabi-Nya, dan saya melaksanakan agama-Nya.”

Hajjaj bin Yusuf pun bungkam, tak mampu bicara apa-apa.




Kemudian orang itu beranjak dan pergi tanpa minta izin. Thawus bangun mengikutinya sambil bergumam, “Dia adalah orang yang shalih. Aku akan mengikutinya, sebelum dia lenyap di tengah kerumunan orang banyak…”

Thawus mendapatkan dia mendekati kain penutup Ka’bah dan menempelkan pipinya di dindingnya seraya berdoa: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dan di sisi-Mu-lah aku menyandarkan diri. Ya Allah berilah aku ketetapan hati atas kemurahan-Mu dan kerelaan atas jaminan-Mu yang lebih luas dari sikap-sikap kikir. Berilah aku kekayaan dari apa yang berada di tangan orang-orang kikir yang suka mengutamakan dirinya. Ya Allah aku meminta jalan keluar dari segala kesulitan dengan kebijaksanaan-Mu yang sejak dulu dan kelanggengan kebaikan-Mu, ya Rabb-ul Alamin.”




Sayang, akhirnya dia terbawa arus manusia dan lenyap dari pandangan Thawus. “Aku merasa yakin tak punya harapan lagi untuk bertemu dengannya,” ujar Thawus berkisah.

Namun, senja di hari Arafah (hari wukuf di Arafah), ia melihat orang itu yang tengah berbaur bersama orang-orang. Aku mendekat dan mendengar dia tengah berdoa, “Ya Allah jika Engkau tidak menerima hajiku dengan segala jerih payah dan kelelahanku, maka jangan pula Kau haramkan aku dari pahala atas musibahku dengan menelantarkan diriku…”
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا فِى الۡبِلَادِؕ (١٩٦) مَتَاعٌ قَلِيۡلٌ ثُمَّ مَاۡوٰٮهُمۡ جَهَنَّمُ‌ؕ وَ بِئۡسَ الۡمِهَادُ (١٩٧)
Jangan sekali-kali kamu teperdaya oleh kegiatan orang-orang kafir (yang bergerak) di seluruh negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat kembali mereka ialah neraka Jahanam. Jahanam itu seburuk-buruk tempat tinggal.

(QS. Ali 'Imran Ayat 196-197)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More