Spekulasi Mengapa Umar bin Khattab Habisi Karir Militer Khalid bin Walid

Kamis, 10 September 2020 - 15:36 WIB
Peristiwa itu sudah berlalu dua tahun silam setelah Umar menjabat Khalifah, dan selama dalam dua tahun ini kehebatan Khalid dalam pimpinan militer mencapai puncaknya. Peranannya dalam perang Yamamah dan perang Irak sudah menjadi buah bibir semua orang di seluruh Semenanjung, di Persia dan di Rumawi.



“Menurut hemat saya, Umar memecat Khalid karena krisis kepercayaan antara kedua orang ini. Sejak sebelum Umar menjadi Khalifah sampai selama ia dalam jabatan itu kepercayaan ini memang sudah tidak ada,” lanjut Haekal.

“Yang saya maksudkan bukan kepercayaan Umar kepada kejeniusan Khalid, atau kepercayaan Khalid akan keadilan Umar. Tetapi yang saya maksudkan kepercayaan orang yang berpandangan bijaksana terhadap temannya. Karena itu ia menutup mata atas segala kekurangannya, sehingga segala perbuatannya yang baik dapat dua kali lipat menghapus kejahatannya,” tambahnya.

Umar melihat Khalid begitu sombong sehingga ia serba tergesa-gesa, kendati ketergesaan ini bukan alasan lalu boleh melanggar perintah atasan. Karena kesombongan dan main tergesa-gesa itu juga maka ketika dalam pembebasan Makkah dulu ia melakukan pembunuhan, padahal Nabi sudah melarang pembunuhan. Begitu juga ketika ia pergi ke tempat Banu Tamim, ia membunuh Malik bin Nuwairah tanpa

izin dari Abu Bakar.



Khalid menuduh Umar yang mendorong Khalifah pertama itu menimpakan segala kesalahan kepadanya, sehingga tatkala Khalifah Abu Bakar memerintahkan ia meninggalkan Irak pergi ke Syam ia berkata: "Ini perbuatan si kidal anak Um Sakhlah, dia dengki kepada saya karena saya yang membebaskan Irak."

Jika kepercayaan antara kedua orang itu sudah hilang sedemikian rupa, kerja sama pun sudah tidak akan mungkin, terutama jika yang seorang kepala negara dan yang seorang lagi pemimpin militer dan panglimanya. Jadi tidak heran Umar memecat Khalid. Maksudnya supaya antara keduanya jangan ada hubungan langsung. Malah ia meminta Abu Ubaidah untuk menjadi atasan Khalid dan mengeluarkan segala instruksi kepadanya. Persahabatan antara Khalid dengan Abu Ubaidah sangat akrab dan baik

sekali.



Haekal menyadari kadang ada yang berkeberatan dengan pendapat kita ini, karena Khalifah tidak mengurus masalah negara untuk kepentingan dirinya, melainkan untuk kepentingan umat. Oleh karena itu Umar harus melupakan segala persoalan dengan Khalid, dan membiarkan Saifullah berjalan tanpa diamati, dengan mengambil contoh dari Khalifah Abu Bakar, dan apa yang dikerjakannya menjadi contoh pula bagi kaum Muslimin dalam menilai pekerjaan orang, dan penilaian ini berada di atas segala pertimbangan dan kecenderungan pribadi.

Sudah tentu menurut teori logika keberatan ini ada nilainya juga, tetapi dalam kenyataan hidup nilai ini menjadi hilang sama sekali. “Kita umat manusia tak dapat bertindak sendiri menghadapi masalah-masalah kehidupan ini menurut pertimbangan akal kita saja; perasaan kita juga sering sekali mempengaruhi kita. Baik yang kita isyaratkan itu khusus mengenai persoalan kita sendiri atau mengenai persoalan orang lain yang diwakilkan kepada kita. Seperti dengan pikiran kita, kita terpengaruh ketika tindakan itu kita lakukan dengan perasaan kita,” tutur Haekal.



Dalam kecenderungan kita, tambah Haekal, adakalanya pengaruh perasaan itu lebih besar daripada pengaruh pikiran kita. Suatu hal yang mustahil kita dapat membuat tabir pemisa antara kekuatan perasaan dengan kekuatan akal pikiran.

Memang benar, ada orang yang lebih banyak terpengaruh oleh perasaan, ada pula yang lebih banyak terpengaruh oleh pikirannya. Tetapi perbedaan jumlah tidak akan mengubah perpaduan perasaan dengan akal pikiran itu dalam menjalankan keputusan-keputusan kita.

“Sudah tentu, Umar juga terpengaruh oleh perasaannya sendiri terhadap Khalid. Barangkali juga ia menduga bahwa Khalid mendengkinya dalam soal kekhalifahan, seperti halnya dengan Khalid dulu yang mengira Umar mendengkinya dalam soal pembebasan Irak,” ujar Haekal lagi.

Kedua orang ini luar biasa kuatnya dalam bidangnya masing-masing. Jika dua perasaan ini saling bertemu dalam keadaan demikian, dikhawatirkan akan terjadi perbenturan, dan perbenturan ini akan membawa akibat yang buruk sekali terhadap negara dan masa depannya. Oleh karena itu Umar segera mengambil langkah tegas yang tak kenal ampun. Yang dilihatnya bukan segi keadilan, tetapi segi ketertiban umum dan keselamatan negara.

Tetapi dari pihaknya tindakan Umar memecat Khalid tidak aneh, sekalipun ini yang pertama dalam bentuknya. Bahkan inilah politiknya yang dijalankan terhadap para wakil dan gubernurnya selama pemerintahannya itu.

Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
وَلَا تَكُوۡنُوۡا كَالَّذِيۡنَ تَفَرَّقُوۡا وَاخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ الۡبَيِّنٰتُ‌ؕ وَاُولٰٓٮِٕكَ لَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيۡمٌۙ
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat,

(QS. Ali 'Imran Ayat 105)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More