Teguran Syaikh Abdul Qadir al-Jilani: Dib-Dib yang Mengerikan
Selasa, 27 Oktober 2020 - 06:29 WIB
Mendengar suara sedemikian, orang tua gila itu melompat dari tempat tidurnya dan menangkap Faqih yang ketakutan dengan tangannya.
"Apa yang kau kerjakan, laki-laki terhormat dan terpelajar, di tengah malam, mengintip orang baik-baik melalui jendela?" seru dia melengking.
"Baik, tetapi perempuan malang," suara si Faqih terputus-putus. "Aku mendengar engkau berbicara tentang Dib-Dib yang mengerikan, dan sekarang aku khawatir bahwa hal itu telah mencengkeram hatiku seperti mencengkeram milikmu, dan bahwa aku, secara-fisik dan spiritual, lenyap ..."
"Engkau luar biasa bodoh," lengking perempuan tua itu, "memikirkan bahwa untuk seluruh tahun-tahun tersebut, aku telah menghormatimu sebagai seorang alim dan bijak. Engkau mendengar orang berkata 'Dib-Dib' dan kau membayangkan bahwa hal itu akan membunuhmu! Lihat, nun di sudut sana, dan lihat apa Dib-Dib yang mengerikan itu sesungguhnya!"
Dan dia menunjuk kepada keran yang airnya menetes, yang mana sang Faqih segera menyadari bahwa kebocoran tersebut menimbulkan suara dib-dib-dib ...
Tetapi firasat (dari langit) memiliki daya pegas. Tidak lama kemudian dia telah merasa dirinya sendiri menjadi baik secara menakjubkan dan mampu mengatasi persoalan dirinya, dan segera kembali ke rumah pencuri, karena dia harus bekerja.
"Pergilah," gerutu si pencuri, "karena engkau telah meninggalkanku dalam keadaan membutuhkan, dan ketika melihat dengan wajah demikian tertekan menawarkan sedikit jaminan rnengenai keadaan masa depanku ... "
Si Faqih menyelanya:
"Orang hina yang tidak tahu terimakasih! Apakah kau pikir bahwa seorang lelaki yang memiliki kesalehan dan pengetahuan, akan meninggalkan suatu keadaan serupa ini tidak terselesaikan? Perhatikan, kemudian cermatilah kata-kata dan perbuatanku. Dan aku akan memperlihatkan kepadamu bagaimana aku telah bekerja tak kenal lelah, berkait dengan mandat dari langit, terhadap keselamatan dan 'penyembuhari'-mu."
Kata 'penyembuhari' dengan segera menjadi pusat perhatian pencuri dan istrinya atas kemuliaan yang mengesankan dari orang bijak tersebut.
Dia mengambil air dan mengucapkan kata-kata tertentu atasnya. Kemudian dia meminta si pencuri untuk tidak pernah mencuri lagi. Akhirnya, dia memercikkan air yang telah dipersiapkan di atas kepala pencuri dengan banyak kata-kata yang terdiri dari banyak suku kata dan sikap tubuh, berakhir dengan:
"Terbanglah, Dib-Dib yang menjijikkan dan jahanam, ke tempat asal kau pertama kali datang, jangan pernah kembali mengganggu orang yang malang ini!"
Si pencuri bangun dan sembuh.
Semenjak hari itu, pencuri tersebut tidak pernah mencuri lagi. Juga tidak pernah mengatakan kepada orang lain tentang penyembuhan yang menakjubkan itu, karena kendatipun demikian, dia tetap tidak menyukai orang bijak tersebut dan gagasan-gagasannya. Dan si perempuan tua, lazimnya sebuah gosip, tidak menyebarkan tentang tindakan bodoh si Faqih. Perempuan tua itu akhirnya bermaksud memetik manfaat secara baik; barangkali suatu kesempatan yang tepat akan muncul.
Dan, tentu saja si Faqih... baik, si Faqih tidak bermaksud menceritakan secara rinci peristiwa tersebut. Tetapi sebagaimana kebiasaan orang, masing-masing orang yang terlibat telah bercerita menurut versi mereka sendiri-sendiri, dalam keyakinan yang sempurna sudah tentu, kepada orang lain. Dan itulah sebabnya mengapa engkau dapat mengetahui 'seluruh' cerita tentang perempuan tua, pencuri, pemuka agama, dan Dib-Dib yang mengerikan.
"Apa yang kau kerjakan, laki-laki terhormat dan terpelajar, di tengah malam, mengintip orang baik-baik melalui jendela?" seru dia melengking.
"Baik, tetapi perempuan malang," suara si Faqih terputus-putus. "Aku mendengar engkau berbicara tentang Dib-Dib yang mengerikan, dan sekarang aku khawatir bahwa hal itu telah mencengkeram hatiku seperti mencengkeram milikmu, dan bahwa aku, secara-fisik dan spiritual, lenyap ..."
"Engkau luar biasa bodoh," lengking perempuan tua itu, "memikirkan bahwa untuk seluruh tahun-tahun tersebut, aku telah menghormatimu sebagai seorang alim dan bijak. Engkau mendengar orang berkata 'Dib-Dib' dan kau membayangkan bahwa hal itu akan membunuhmu! Lihat, nun di sudut sana, dan lihat apa Dib-Dib yang mengerikan itu sesungguhnya!"
Dan dia menunjuk kepada keran yang airnya menetes, yang mana sang Faqih segera menyadari bahwa kebocoran tersebut menimbulkan suara dib-dib-dib ...
Tetapi firasat (dari langit) memiliki daya pegas. Tidak lama kemudian dia telah merasa dirinya sendiri menjadi baik secara menakjubkan dan mampu mengatasi persoalan dirinya, dan segera kembali ke rumah pencuri, karena dia harus bekerja.
"Pergilah," gerutu si pencuri, "karena engkau telah meninggalkanku dalam keadaan membutuhkan, dan ketika melihat dengan wajah demikian tertekan menawarkan sedikit jaminan rnengenai keadaan masa depanku ... "
Si Faqih menyelanya:
"Orang hina yang tidak tahu terimakasih! Apakah kau pikir bahwa seorang lelaki yang memiliki kesalehan dan pengetahuan, akan meninggalkan suatu keadaan serupa ini tidak terselesaikan? Perhatikan, kemudian cermatilah kata-kata dan perbuatanku. Dan aku akan memperlihatkan kepadamu bagaimana aku telah bekerja tak kenal lelah, berkait dengan mandat dari langit, terhadap keselamatan dan 'penyembuhari'-mu."
Kata 'penyembuhari' dengan segera menjadi pusat perhatian pencuri dan istrinya atas kemuliaan yang mengesankan dari orang bijak tersebut.
Dia mengambil air dan mengucapkan kata-kata tertentu atasnya. Kemudian dia meminta si pencuri untuk tidak pernah mencuri lagi. Akhirnya, dia memercikkan air yang telah dipersiapkan di atas kepala pencuri dengan banyak kata-kata yang terdiri dari banyak suku kata dan sikap tubuh, berakhir dengan:
"Terbanglah, Dib-Dib yang menjijikkan dan jahanam, ke tempat asal kau pertama kali datang, jangan pernah kembali mengganggu orang yang malang ini!"
Si pencuri bangun dan sembuh.
Semenjak hari itu, pencuri tersebut tidak pernah mencuri lagi. Juga tidak pernah mengatakan kepada orang lain tentang penyembuhan yang menakjubkan itu, karena kendatipun demikian, dia tetap tidak menyukai orang bijak tersebut dan gagasan-gagasannya. Dan si perempuan tua, lazimnya sebuah gosip, tidak menyebarkan tentang tindakan bodoh si Faqih. Perempuan tua itu akhirnya bermaksud memetik manfaat secara baik; barangkali suatu kesempatan yang tepat akan muncul.
Dan, tentu saja si Faqih... baik, si Faqih tidak bermaksud menceritakan secara rinci peristiwa tersebut. Tetapi sebagaimana kebiasaan orang, masing-masing orang yang terlibat telah bercerita menurut versi mereka sendiri-sendiri, dalam keyakinan yang sempurna sudah tentu, kepada orang lain. Dan itulah sebabnya mengapa engkau dapat mengetahui 'seluruh' cerita tentang perempuan tua, pencuri, pemuka agama, dan Dib-Dib yang mengerikan.
(mhy)
Lihat Juga :