Kisah Sunan Gresik: Ketika Kakek Bantal Menaklukkan Dewa Hujan
Senin, 28 Desember 2020 - 14:05 WIB
“Ya, hanya dengan mengorbankan gadis itu kepada Dewa Hujan maka kami akan mendapat air,” sahut sang pendeta.
“Sudah berapa kali acara seperti ini dilakukan?” tanyanya lagi.
Sang pendeta tidak segera menjawab. Dia tidak suka urusannya dicampuri orang lain. Maka ia segera memberi isyarat agar kedua orang kaki tangannya yang bertubuh kekar untuk mengusir Sunan Gresik.
Dua orang bertubuh kekar segera menghunus goloknya masing-masing lalu menghampiri Sunan Gresik. Tanpa basa-basi mereka langsung mengayunkan goloknya untuk membelah kepala Sunan Gresik.
Namun sungguh aneh. Saat keduanya mengangkat golok, tiba-tiba gerakannya terhenti. Mereka berdiri kaku dengan golok di tangan sedang terangkat tinggi-tinggi. Sang pendeta terbelalak menyaksikan hal itu.
Namun ia tak mau rencananya berantakan. Segera ditikamnya belati yang dipegangnya ke jantung si gadis cantik. Namun ia berteriak kaget. Tangannya tak dapat digerakkan untuk meluncurkan belati itu ke dada si gadis.
“Mau apa kau mengganggu jalannya upacara ini?” sergahnya.
Sunan Gresik dan kelima muridnya maju ke tengah arena. “Maaf kisanak, sudah berapa kali kau korbankan gadis-gadis suci itu kepada Dewa Hujan?” tanya Sunan Gresik.
“Sudah dua kali!” jawab pendeta dengan sengit.
“Apakah dengan mengorbankan kedua gadis tadi hujan sudah turun ke desa ini?” tanya Sunan Gresik.
Pendeta tua tidak segera menjawab, tetapi orang yang berkerumun tanpa dapat dicegah lagi menjawab dengan serentak, “Belum …… “
Wajah sang pendeta nampak jadi beringas mendengar jawaban orang-orang desa itu. Dengan lantang ia berkata, “Hujan belum turun karena pengorbanan baru dilakukan dua kali. Dewa Hujan akan menerima pengorbanan yang dipersembahkan tiga kali. Barulah sesudah itu hujan akan diturunkan!”
“Bagaimana jika pengorbanan dilakukan ketiga kalinya tetapi hujan belum turun juga?" tanya Sunan Gresik.
Merah padam wajah sang pendeta. Dia memberi isyarat kepada dua lelaki kekar di belakangnya untuk meringkus Sunan Gresik yang dianggapnya sebagai pengacau.
Dua lelaki itu, yang agaknya adalah pengikut setia sang pendeta segera bergerak maju. Mereka bermaksud menghajar Sunan Gresik. Tapi sungguh aneh, sepasang kaki mereka tiba-tiba terasa kejang tanpa ada sebabnya. Keduanya melolong kesakitan sembari memegangi pahanya.
“Kau bermaksud menentang kami hai orang asing!” bentak pendeta tua. ”Kau sengaja mengganggu upacara kami!”
“Aku tidak bermaksud mengganggu," ujar Sunan Gresik. “Aku dan kelima muridku bermaksud menolong orang-orang desa ini.”
”Apa yang dapat kau berikan kepada warga desa ini?” balas sang pendeta.
“Apa yang kalian inginkan dari kami?” Sunan Gresik balik bertanya.
“Hujan! Kami minta hujan!” jawab para penduduk desa serentak.
“Sudah berapa kali acara seperti ini dilakukan?” tanyanya lagi.
Sang pendeta tidak segera menjawab. Dia tidak suka urusannya dicampuri orang lain. Maka ia segera memberi isyarat agar kedua orang kaki tangannya yang bertubuh kekar untuk mengusir Sunan Gresik.
Dua orang bertubuh kekar segera menghunus goloknya masing-masing lalu menghampiri Sunan Gresik. Tanpa basa-basi mereka langsung mengayunkan goloknya untuk membelah kepala Sunan Gresik.
Namun sungguh aneh. Saat keduanya mengangkat golok, tiba-tiba gerakannya terhenti. Mereka berdiri kaku dengan golok di tangan sedang terangkat tinggi-tinggi. Sang pendeta terbelalak menyaksikan hal itu.
Namun ia tak mau rencananya berantakan. Segera ditikamnya belati yang dipegangnya ke jantung si gadis cantik. Namun ia berteriak kaget. Tangannya tak dapat digerakkan untuk meluncurkan belati itu ke dada si gadis.
“Mau apa kau mengganggu jalannya upacara ini?” sergahnya.
Sunan Gresik dan kelima muridnya maju ke tengah arena. “Maaf kisanak, sudah berapa kali kau korbankan gadis-gadis suci itu kepada Dewa Hujan?” tanya Sunan Gresik.
“Sudah dua kali!” jawab pendeta dengan sengit.
“Apakah dengan mengorbankan kedua gadis tadi hujan sudah turun ke desa ini?” tanya Sunan Gresik.
Pendeta tua tidak segera menjawab, tetapi orang yang berkerumun tanpa dapat dicegah lagi menjawab dengan serentak, “Belum …… “
Wajah sang pendeta nampak jadi beringas mendengar jawaban orang-orang desa itu. Dengan lantang ia berkata, “Hujan belum turun karena pengorbanan baru dilakukan dua kali. Dewa Hujan akan menerima pengorbanan yang dipersembahkan tiga kali. Barulah sesudah itu hujan akan diturunkan!”
“Bagaimana jika pengorbanan dilakukan ketiga kalinya tetapi hujan belum turun juga?" tanya Sunan Gresik.
Merah padam wajah sang pendeta. Dia memberi isyarat kepada dua lelaki kekar di belakangnya untuk meringkus Sunan Gresik yang dianggapnya sebagai pengacau.
Dua lelaki itu, yang agaknya adalah pengikut setia sang pendeta segera bergerak maju. Mereka bermaksud menghajar Sunan Gresik. Tapi sungguh aneh, sepasang kaki mereka tiba-tiba terasa kejang tanpa ada sebabnya. Keduanya melolong kesakitan sembari memegangi pahanya.
“Kau bermaksud menentang kami hai orang asing!” bentak pendeta tua. ”Kau sengaja mengganggu upacara kami!”
“Aku tidak bermaksud mengganggu," ujar Sunan Gresik. “Aku dan kelima muridku bermaksud menolong orang-orang desa ini.”
”Apa yang dapat kau berikan kepada warga desa ini?” balas sang pendeta.
“Apa yang kalian inginkan dari kami?” Sunan Gresik balik bertanya.
“Hujan! Kami minta hujan!” jawab para penduduk desa serentak.