Kisah Keluarga Fakir Miskin dan Kedelai Rebus

Selasa, 12 Januari 2021 - 15:21 WIB
Seorang laki-laki fakir miskin seketika bertobat mensyukuri nikmat Allah setelah melihat keadaan lelaki tua. Foto/Ilustrasi
Sampai kapan engkau sibuk dengan kelezatan, sedangkan engkau akan ditanya tentang semua yang kau lakukan? Demikian nasihat sederhana Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki dalam satu tausiyahnya.

Sekilas sederhana tapi maknanya sangat mengena hati. Betapa pentingnya bersyukur dan ridha atas setiap keadaan sehingga hati tidak lagi sibuk mencari kepuasan.

(Baca Juga: Inilah Balasan Bagi yang Pandai Bersyukur)

As-Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani (1944-2004) adalah seorang ulama besar yang nasabnya bersambung kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Beliau merupakan pewaris keluarga Al-Maliki Al-Hasani di Makkah melalui cucunya Imam Al-Hasan bin Ali radhiyallahu 'anhum.

Selain Da'i, pengajar, penceramah, beliau juga dikenal sebagai penulis hebat. Tidak kurang dari 100 kitab yang telah dikarangnya, semuanya beredar di seluruh dunia dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis, Urdu, Indonesia dan sebagainya.

Setiap ceramah dan nasihatnya selalu mengena di hati pendengarnya. Dalam berdakwah beliau sering menyampaikan kisah-kisah hikmah yang sarat dengan hikmah dan pelajaran.

Seperti kisah fakir miskin dan kedelai rebus. Alkisah, ada seorang laki-laki fakir miskin melewati jalan Madinah. Di sepanjang jalan, dia sering melihat orang-orang makan Daging. Diapun merasa sedih karena jarang sekali bisa makan daging.

Dia pulang ke rumahnya dengan hati mendongkol. Sesampai di rumah, istrinya menyuguhkan kedelai rebus. Dengan hati terpaksa, dia memakan kedelai itu seraya membuang kupasan kulitnya ke luar jendela.

Dia sangat bosan dengan kedelai. Dia bilang kepada istrinya "Bagaimana hidup kita ini? Orang-orang makan Daging, kita masih makan kedelai."

Tak lama kemudian, dia keluar ke jalan di pinggir rumahnya. Alangkah terkejut, dia melihat seorang lelaki tua duduk di bawah jendela rumahnya sambil memungut kulit-kulit kedelai yang tadi ia buang dan memakannya seraya bergumam:

الحمدلله الذي رزقني من غير حول مني ولا قوة

"Segala puji bagi Allah yang telah memberiku rezeki tanpa harus mengeluarkan tenaga."

Mendengar ucapan lelaki tua itu, dia pun menitikkan air mata, seraya bergumam:

رضيت يا رب

"Radhiitu Ya Rabb. Sejak detik ini, aku rela dengan apapun yang Engkau berikan, ya Allah."

(Baca Juga: Kisah Kedermawanan Ulama Besar Makkah Sayyid Alawi Al-Maliki)

Rejeki itu yang penting mengalir. Besar atau kecil yang penting ada alirannya. Jangan harap mengalir seperti banjir. Kalau tak bisa berenang bisa tenggelam.

ﺇﻟﻰ ﻣﺘﻰ ﺃﻧﺖ ﺑﺎﻟﻠﺬﺍﺕ ﻣﺸﻐﻮﻝ

ﻭﺃﻧﺖ ﻋﻦ ﻛﻞ ﻣﺎ ﻗﺪﻣﺖ ﻣﺴﺌﻮﻝ

"Sampai kapan engkau sibuk dengan kelezatan? Sedangkan engkau akan ditanya tentang semua yang kau lakukan."

Kalam Sayyidina Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah:

ﻣﻦ ﻛﺎﻧﺖ ﻫﻤّﺘﻪ ﻣﺎ ﻳﺪﺧﻞ ﻓﻲ ﺑﻄﻨﻪ ﻛﺎﻧﺖ ﻗﻴﻤﺘﻪ ﻣﺎ ﻳﺨﺮﺝ ﻣﻨﻪ

"Barang siapa perhatiannya hanya pada apa yang masuk ke perutnya, maka nilai seseorang itu tidak lebih dari apa yang keluar dari perutnya".

Subhanallah, kisah ini seakan-akan menjadi tamparan bagi jiwa yang selalu mencari kepuasan dan kelezatan dunia. Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya agar kita termasuk orang-orang yang ridha-bersyukur atas setiap keadaan.

(Baca Juga: Dari Banyak Rezeki Ternyata Ini Paling Sempurna, Apakah Itu?)

Wallahu A'lam
(rhs)
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَيۡلٌ لِّـكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةِ (١) اۨلَّذِىۡ جَمَعَ مَالًا وَّعَدَّدَهٗ (٢) يَحۡسَبُ اَنَّ مَالَهٗۤ اَخۡلَدَهٗ‌ (٣) كَلَّا‌ لَيُنۡۢبَذَنَّ فِى الۡحُطَمَةِ (٤) وَمَاۤ اَدۡرٰٮكَ مَا الۡحُطَمَةُ (٥) نَارُ اللّٰهِ الۡمُوۡقَدَةُ (٦) الَّتِىۡ تَطَّلِعُ عَلَى الۡاَفۡـــِٕدَةِ (٧) اِنَّهَا عَلَيۡهِمۡ مُّؤۡصَدَةٌ (٨) فِىۡ عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ (٩)
Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dilemparkan ke dalam (neraka) Hutamah. Dan tahukah kamu apakah (neraka) Hutamah itu? (Yaitu) api (azab) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sungguh, api itu ditutup rapat atas (diri) mereka, (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.

(QS. Al-Humazah)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More