Mereka Memprediksi Kapan Terjadinya Kiamat dengan Telaah Huruf-Huruf dalam Al-Qur'an
Kamis, 04 Februari 2021 - 12:26 WIB
SUDAH sejak dulu banyak orang yang mengklaim terjadinya kiamat pada tanggal-tanggal tertentu. Beberapa ulama masa silam, juga ada yang sempat membicarakan waktu kapan terjadinya kiamat bahkan mereka memiliki kitab tersendiri yang membahas hal itu. Sampai-sampai ada di antara mereka mengatakan bahwa dunia ini akan fana (binasa) setelah lima ratus tahun dari masa diutusnya Nabi Muhammad .
Namun setelah lima ratus Hijriyah, kiamat pun tidak terjadi dan ini sebagai bukti kelirunya sangkaan mereka.
Imam As-Suyuthi salah satu ulama besar yang memprediksi kiamat. Beliau bahkan membahas pada juz tersendiri yang dinamakan “Al-Kasyfu (Mengungkap Terjadinya Hari Kiamat)”.
As-Suyuthi menentukan tahun tertentu. Namun waktu yang ia perkirakan ternyata telah berlalu dan tidak terjadi kiamat sama sekali, bahkan belum juga muncul tanda-tandanya.
Begitu pula As-Suhailiy. Ia memprediksi datangnya hari kiamat dengan menghitung-hitung huruf muqatha’ah (seperti alif laam miim dan haammiim) yang berada di awal-awal surat dalam Al-Quran.
Beliau memprediksikan bahwa kiamat akan terjadi 703 tahun setelah diutusnya Nabi, atau setelah Nabi berhijrah atau dihitung setelah Nabi wafat. (Lihat ‘Umdah Al-Qari Syarh Shahih Al-Bukhari, Badaruddin Al-‘Ainiy Al-Hanafiy, 7:424, Multaqa Ahli Al-Hadits, Asy-Syamilah).
Hasil prediksi As-Suhailiy pun meleset jauh. Sudah ratusan tahun berlalu, belum juga terjadi kiamat. Begitu pula yang belakangan meneliti hal serupa adalah Dr Baha’i. Beliau mengklaim bahwa kiamat akan terjadi pada tahun 1710 H.
Beliau melakukan perhitungan dari huruf-huruf muqatha’ah yang terdapat di awal-awal surat sebagaimana yang dilakukan sebelumnya oleh As-Suhailiy.
Anehnya walaupun dari cara yang sama, hasil perhitungan keduanya berbeda jauh.
Baca juga: 9 Peristiwa yang Akan Dialami Manusia Setelah Hari Kiamat
Metode Keliru
Dr Umar Sulaiman Al-Asyqar mengatakan, “Ini adalah suatu metode yang benar-benar keliru. Orang-orang sebelum dia ada yang menggunakan metode yang sama melalui hitungan huruf-huruf muqatha’ah. Namun hasil perhitungan orang-orang sebelum Dr Baha’i tidaklah sama dengannya. Mereka memiliki cara perhitungan yang sama, tetapi hasil perhitungannya jauh berbeda. Inilah yang menunjukkan kelirunya cara mereka dan menunjukkan pula tidak terbuktinya penelitian mereka.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ah Al-Fatawa juga memiliki bantahan terhadap orang-orang semacam Dr Baha’i dan yang sepemikiran dengannya.
Beliau mengatakan, “Siapa saja yang menyibukkan diri memprediksi terjadinya kiamat pada tahun tertentu; di antaranya yang menulis kitab “Ad-Durra Al-Munazzam Fii Ma’rifah Al-A’zham” (dalam kitab tersebut disebutkan sepuluh dalil yang menunjukkan kapan terjadinya kiamat), begitu pula ada yang memprediksi dalam kitab “Huruful Mu’jam”, atau dalam kitab ‘Anqo’ Mughrib, atau orang-orang lain yang melakukan prediksi yang sama; walaupun itu dianggap suatu hal yang menakjubkan oleh pengikutnya, namun perlu diketahui bahwa mayoritas mereka adalah pendusta, yang telah tertipu, dan telah terbukti bahwa mereka hanya berbicara tanpa dasar ilmu. Sungguh mereka telah mengklaim dan mengungkap suatu yang gaib tanpa dasar ilmu sama sekali. Padahal Allah SW berfirman,
قُلْ إنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”.” (QS. Al-A’raf: 33)”.
Ibnul Qayyim dalam I’lamul Muwaqi’in ketika menjelaskan ayat di atas mengatakan, “Allah mengurutkan keharaman menjadi empat tingkatan. Allah memulai dengan menyebutkan tingkatan dosa yang lebih ringan yaitu al-fawaahisy (perbuatan keji, biasa merujuk pada zina). Kemudian Allah menyebutkan keharaman yang lebih dari itu, yaitu melanggar hak manusia tanpa jalan yang benar. Kemudian Allah beralih lagi menyebutkan dosa yang lebih besar lagi yaitu berbuat syirik kepada Allah. Lalu terakhir Allah menyebutkan dosa yang lebih besar dari itu semua yaitu berbicara tentang Allah tanpa ilmu. Larangan berbicara tentang Allah tanpa ilmu ini mencakup berbicara tentang nama dan shifat Allah, perbuatan-Nya, agama dan syari’at-Nya.”
Muhammad Abduh Tuasikal dalam bukunya berjudul Prediksi Akhir Zaman mengingatkan hati-hatilah berbicara tentang kapan terjadinya kiamat tanpa dasar ilmu. Yang mengetahui hal tersebut hanyalah Allah. Prediksi apapun baik dengan penelitian ilmiah ataupun melalui perhitungan-perhitungan akurat, tidak bisa memastikan kapan terjadinya kiamat. Cukuplah kita menutup mulut dan menjaga lisan dari berbicara mengenai perkara gaib semacam ini.
Namun setelah lima ratus Hijriyah, kiamat pun tidak terjadi dan ini sebagai bukti kelirunya sangkaan mereka.
Imam As-Suyuthi salah satu ulama besar yang memprediksi kiamat. Beliau bahkan membahas pada juz tersendiri yang dinamakan “Al-Kasyfu (Mengungkap Terjadinya Hari Kiamat)”.
As-Suyuthi menentukan tahun tertentu. Namun waktu yang ia perkirakan ternyata telah berlalu dan tidak terjadi kiamat sama sekali, bahkan belum juga muncul tanda-tandanya.
Begitu pula As-Suhailiy. Ia memprediksi datangnya hari kiamat dengan menghitung-hitung huruf muqatha’ah (seperti alif laam miim dan haammiim) yang berada di awal-awal surat dalam Al-Quran.
Beliau memprediksikan bahwa kiamat akan terjadi 703 tahun setelah diutusnya Nabi, atau setelah Nabi berhijrah atau dihitung setelah Nabi wafat. (Lihat ‘Umdah Al-Qari Syarh Shahih Al-Bukhari, Badaruddin Al-‘Ainiy Al-Hanafiy, 7:424, Multaqa Ahli Al-Hadits, Asy-Syamilah).
Hasil prediksi As-Suhailiy pun meleset jauh. Sudah ratusan tahun berlalu, belum juga terjadi kiamat. Begitu pula yang belakangan meneliti hal serupa adalah Dr Baha’i. Beliau mengklaim bahwa kiamat akan terjadi pada tahun 1710 H.
Beliau melakukan perhitungan dari huruf-huruf muqatha’ah yang terdapat di awal-awal surat sebagaimana yang dilakukan sebelumnya oleh As-Suhailiy.
Anehnya walaupun dari cara yang sama, hasil perhitungan keduanya berbeda jauh.
Baca juga: 9 Peristiwa yang Akan Dialami Manusia Setelah Hari Kiamat
Metode Keliru
Dr Umar Sulaiman Al-Asyqar mengatakan, “Ini adalah suatu metode yang benar-benar keliru. Orang-orang sebelum dia ada yang menggunakan metode yang sama melalui hitungan huruf-huruf muqatha’ah. Namun hasil perhitungan orang-orang sebelum Dr Baha’i tidaklah sama dengannya. Mereka memiliki cara perhitungan yang sama, tetapi hasil perhitungannya jauh berbeda. Inilah yang menunjukkan kelirunya cara mereka dan menunjukkan pula tidak terbuktinya penelitian mereka.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ah Al-Fatawa juga memiliki bantahan terhadap orang-orang semacam Dr Baha’i dan yang sepemikiran dengannya.
Beliau mengatakan, “Siapa saja yang menyibukkan diri memprediksi terjadinya kiamat pada tahun tertentu; di antaranya yang menulis kitab “Ad-Durra Al-Munazzam Fii Ma’rifah Al-A’zham” (dalam kitab tersebut disebutkan sepuluh dalil yang menunjukkan kapan terjadinya kiamat), begitu pula ada yang memprediksi dalam kitab “Huruful Mu’jam”, atau dalam kitab ‘Anqo’ Mughrib, atau orang-orang lain yang melakukan prediksi yang sama; walaupun itu dianggap suatu hal yang menakjubkan oleh pengikutnya, namun perlu diketahui bahwa mayoritas mereka adalah pendusta, yang telah tertipu, dan telah terbukti bahwa mereka hanya berbicara tanpa dasar ilmu. Sungguh mereka telah mengklaim dan mengungkap suatu yang gaib tanpa dasar ilmu sama sekali. Padahal Allah SW berfirman,
قُلْ إنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”.” (QS. Al-A’raf: 33)”.
Ibnul Qayyim dalam I’lamul Muwaqi’in ketika menjelaskan ayat di atas mengatakan, “Allah mengurutkan keharaman menjadi empat tingkatan. Allah memulai dengan menyebutkan tingkatan dosa yang lebih ringan yaitu al-fawaahisy (perbuatan keji, biasa merujuk pada zina). Kemudian Allah menyebutkan keharaman yang lebih dari itu, yaitu melanggar hak manusia tanpa jalan yang benar. Kemudian Allah beralih lagi menyebutkan dosa yang lebih besar lagi yaitu berbuat syirik kepada Allah. Lalu terakhir Allah menyebutkan dosa yang lebih besar dari itu semua yaitu berbicara tentang Allah tanpa ilmu. Larangan berbicara tentang Allah tanpa ilmu ini mencakup berbicara tentang nama dan shifat Allah, perbuatan-Nya, agama dan syari’at-Nya.”
Muhammad Abduh Tuasikal dalam bukunya berjudul Prediksi Akhir Zaman mengingatkan hati-hatilah berbicara tentang kapan terjadinya kiamat tanpa dasar ilmu. Yang mengetahui hal tersebut hanyalah Allah. Prediksi apapun baik dengan penelitian ilmiah ataupun melalui perhitungan-perhitungan akurat, tidak bisa memastikan kapan terjadinya kiamat. Cukuplah kita menutup mulut dan menjaga lisan dari berbicara mengenai perkara gaib semacam ini.
(mhy)