Ini Mengapa Kisah Tsa'labah Ingkar Membayar Zakat Diragukan Kebenarannya
Senin, 22 Maret 2021 - 17:59 WIB
KISAH yang amat masyhur menceritakan bahwa Tsalabah Ibn Hathib al-Anshari adalah contoh orang yang gagal menjaga sikap istiqamahnya. Dia membuat Allah geram atas sifat kikirnya. Empat ayat diturunkan Allah untuk mengingatkannya dan mengingatkan umat Muslim lainnya di seluruh penjuru dunia.
Suatu hari Tsa'labah dikisahkan datang menghadap Rasulullah SAW . Tanpa basa-basi dia minta Rasulullah untuk memohon kepada Allah supaya dia dianugerahi rezeki . Namun, Rasulullah menolak permintaan tersebut.
Meskipun demikian, Tsa'labah tidak bosan-bosannya mendesak Rasulullah untuk memenuhi maunya. Doakanlah kepada Allah agar Dia memberiku harta kekayaan, pinta Tsa'labah.
Meski kerap ditolak, Tsa'labah memohon sekali lagi. Namun, kali ini pun Rasulullah menolak kembali. Apakah kamu tidak senang menjadi manusia seperti Nabi Allah? Demi Zat yang menguasai diriku, andaikan aku ingin agar gunung itu berjalan di sampingku sebagai emas dan perak, niscaya ia melakukannya," tutur Rasulullah.
Untuk meluruhkan hati Rasulullah, Tsa'labah kemudian mengucapkan sumpahnya. "Demi Zat yang telah mengutusmu dengan hak. Jika engkau memohon kepada Allah, lalu Dia memberiku harta kekayaan, niscaya aku akan memberikan hak kepada setiap orang yang berhak menerimanya,"ujarnya.
Rasullulah memegang janji Tsa'labah. Dia akhirnya mengamini keinginan Tsa'labah dan berdoa untuk Tsa'labah agar Allah memberikannya rezeki dan memberkahinya. "Ya Allah, anugerahkanlah harta kekayaan kepada Tsa'labah, ujar Nabi.
Allah memenuhi doa Rasulullah, sehingga akhirnya Tsa'labah mendapatkan seekor unta dan domba.Tsa'labah sangat senang. Setiap hari dia berusaha menggemukkan ternaknya, membuat ternaknya bisa menghasilkan susu yang banyak untuk bisa dijual. Tsa'labah masih teguh bersikap istiqamah saat memenuhi panggilan jihad pada Perang Badar.
Seusai perang, dia kembali pada ternaknya. Dia menggembalakannya, menggemukkan yang kurus, dan membesarkan yang kecil. Harinya semakin sibuk seiring bertambahnya jumlah ternak yang dimilikinya. Mereka beranak pinak bak belatung hingga Madinah menjadi penuh sesak.
Akibatnya, dia dan ternaknya menyingkir dan tinggal di sebuah lembah dekat Madinah sehingga dia masih bisa salat Zhuhur dan Ashar dengan berjamaah. Sedangkan, salat lainnya dilakukannya sendirian.
Ternaknya terus bertambah dan dia menjadi sangat sibuk. Akhirnya, Tsa'labah mulai meninggalkan salat Jumat. Dia hanya menemui orang-orang yang lewat padang gembalaannya untuk menuju salat Jumat di Masjid Madinah dan hanya untuk menanyakan kabar.
Saat itu, Rasulullah menangkap ada hal yang aneh dari Tsa'labah. Dia pun bertanya kepada dua pengendara unta yang ditemuinya. Apa yang dilakukan oleh Tsa'labah? Mereka menceritakan soal ternak Tsa'labah kepada Nabi. Rasul terkejut dan bersabda.
ﻭَﻳْﺤَﻚَ ﻳَﺎ ﺛَﻌْﻠَﺒَﺔُ ! ﻗَﻠِﻴْﻞٌ ﺗُﺆَﺩِّﻱْ ﺷُﻜْﺮَﻩُ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﻛَﺜِﻴْﺮٍ ﻻَ ﺗُﻄِﻴْﻘُﻪُ
“Celaka dirimu wahai Tsa’labah, sedikit tapi kamu syukuri itu lebih baik daripada banyak tapi engkau tidak sanggup untuk mengembannya.”
Tsa'labah juga bersikap kikir. Dia menghindari kewajiban berzakat. "Ini hanyalah pajak, ini adalah semacam pajak. Aku tidak tahu, apa ini? Pergilah sehingga selesai tugasmu, nanti kembali lagi kepadaku," elak Tsa'labah kepada utusan Rasulullah.
Kabar ini sampai ke telinga Nabi dan membuatnya gusar. Maka, Allah kembali menurunkan firmannya dalam surah at-Taubah ayat 75-77 yang berisi sindiran kepada orang-orang yang sebelumnya berikrar akan menyedekahkan sebagian hartanya jika dikaruniai oleh Allah berupa kekayaan, tetapi setelah diberi kekayaan mereka justru menjadi kikir dan berpaling. Karena sikap seperti itu, Allah kemudian menanamkan kemunafikan pada hati mereka sampai tiba ajal sebab mereka telah memungkiri ikrar dan berdusta.
Ketika ayat itu disampaikan Rasulullah kepada para sahabatnya, ada salah seorang kerabat Tsa'labah yang ikut mendengar dan kemudian menyampaikan hal itu kepada Tsa'labah yang menjadi kalang kabut. Dia pun pergi menemui Nabi dan memohon agar beliau mau menerima zakat darinya.
Namun, Nabi tak mau menerimanya. Sesungguhnya Allah melarangku untuk menerima zakatmu. Kemudian, Tsa'labah yang sangat menyesal melaburi kepalanya dengan tanah. Lalu, Rasulullah berkata kepadanya, Inilah amalanmu. Aku telah memerintahkan sesuatu kepadamu, tetapi engkau tidak mau mematuhiku. Hingga Rasulullah dan para khalifah tidak menerima sedikit pun zakatnya.
Suatu hari Tsa'labah dikisahkan datang menghadap Rasulullah SAW . Tanpa basa-basi dia minta Rasulullah untuk memohon kepada Allah supaya dia dianugerahi rezeki . Namun, Rasulullah menolak permintaan tersebut.
Meskipun demikian, Tsa'labah tidak bosan-bosannya mendesak Rasulullah untuk memenuhi maunya. Doakanlah kepada Allah agar Dia memberiku harta kekayaan, pinta Tsa'labah.
Meski kerap ditolak, Tsa'labah memohon sekali lagi. Namun, kali ini pun Rasulullah menolak kembali. Apakah kamu tidak senang menjadi manusia seperti Nabi Allah? Demi Zat yang menguasai diriku, andaikan aku ingin agar gunung itu berjalan di sampingku sebagai emas dan perak, niscaya ia melakukannya," tutur Rasulullah.
Untuk meluruhkan hati Rasulullah, Tsa'labah kemudian mengucapkan sumpahnya. "Demi Zat yang telah mengutusmu dengan hak. Jika engkau memohon kepada Allah, lalu Dia memberiku harta kekayaan, niscaya aku akan memberikan hak kepada setiap orang yang berhak menerimanya,"ujarnya.
Rasullulah memegang janji Tsa'labah. Dia akhirnya mengamini keinginan Tsa'labah dan berdoa untuk Tsa'labah agar Allah memberikannya rezeki dan memberkahinya. "Ya Allah, anugerahkanlah harta kekayaan kepada Tsa'labah, ujar Nabi.
Allah memenuhi doa Rasulullah, sehingga akhirnya Tsa'labah mendapatkan seekor unta dan domba.Tsa'labah sangat senang. Setiap hari dia berusaha menggemukkan ternaknya, membuat ternaknya bisa menghasilkan susu yang banyak untuk bisa dijual. Tsa'labah masih teguh bersikap istiqamah saat memenuhi panggilan jihad pada Perang Badar.
Seusai perang, dia kembali pada ternaknya. Dia menggembalakannya, menggemukkan yang kurus, dan membesarkan yang kecil. Harinya semakin sibuk seiring bertambahnya jumlah ternak yang dimilikinya. Mereka beranak pinak bak belatung hingga Madinah menjadi penuh sesak.
Akibatnya, dia dan ternaknya menyingkir dan tinggal di sebuah lembah dekat Madinah sehingga dia masih bisa salat Zhuhur dan Ashar dengan berjamaah. Sedangkan, salat lainnya dilakukannya sendirian.
Ternaknya terus bertambah dan dia menjadi sangat sibuk. Akhirnya, Tsa'labah mulai meninggalkan salat Jumat. Dia hanya menemui orang-orang yang lewat padang gembalaannya untuk menuju salat Jumat di Masjid Madinah dan hanya untuk menanyakan kabar.
Saat itu, Rasulullah menangkap ada hal yang aneh dari Tsa'labah. Dia pun bertanya kepada dua pengendara unta yang ditemuinya. Apa yang dilakukan oleh Tsa'labah? Mereka menceritakan soal ternak Tsa'labah kepada Nabi. Rasul terkejut dan bersabda.
ﻭَﻳْﺤَﻚَ ﻳَﺎ ﺛَﻌْﻠَﺒَﺔُ ! ﻗَﻠِﻴْﻞٌ ﺗُﺆَﺩِّﻱْ ﺷُﻜْﺮَﻩُ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﻛَﺜِﻴْﺮٍ ﻻَ ﺗُﻄِﻴْﻘُﻪُ
“Celaka dirimu wahai Tsa’labah, sedikit tapi kamu syukuri itu lebih baik daripada banyak tapi engkau tidak sanggup untuk mengembannya.”
Tsa'labah juga bersikap kikir. Dia menghindari kewajiban berzakat. "Ini hanyalah pajak, ini adalah semacam pajak. Aku tidak tahu, apa ini? Pergilah sehingga selesai tugasmu, nanti kembali lagi kepadaku," elak Tsa'labah kepada utusan Rasulullah.
Kabar ini sampai ke telinga Nabi dan membuatnya gusar. Maka, Allah kembali menurunkan firmannya dalam surah at-Taubah ayat 75-77 yang berisi sindiran kepada orang-orang yang sebelumnya berikrar akan menyedekahkan sebagian hartanya jika dikaruniai oleh Allah berupa kekayaan, tetapi setelah diberi kekayaan mereka justru menjadi kikir dan berpaling. Karena sikap seperti itu, Allah kemudian menanamkan kemunafikan pada hati mereka sampai tiba ajal sebab mereka telah memungkiri ikrar dan berdusta.
Ketika ayat itu disampaikan Rasulullah kepada para sahabatnya, ada salah seorang kerabat Tsa'labah yang ikut mendengar dan kemudian menyampaikan hal itu kepada Tsa'labah yang menjadi kalang kabut. Dia pun pergi menemui Nabi dan memohon agar beliau mau menerima zakat darinya.
Namun, Nabi tak mau menerimanya. Sesungguhnya Allah melarangku untuk menerima zakatmu. Kemudian, Tsa'labah yang sangat menyesal melaburi kepalanya dengan tanah. Lalu, Rasulullah berkata kepadanya, Inilah amalanmu. Aku telah memerintahkan sesuatu kepadamu, tetapi engkau tidak mau mematuhiku. Hingga Rasulullah dan para khalifah tidak menerima sedikit pun zakatnya.