Doa-doa Rasulullah di 10 Hari Terakhir Ramadhan
Sabtu, 08 Mei 2021 - 09:36 WIB
Bulan puasa adalah bulan pengabulan doa . Di dalamnya ada sepertiga malam yang mustajab , dan kaum muslimin pada hari ini banyak melakukan ketaatan baik shalat, membaca al-Quran, bersedekah, dan lain sebagainya sehingga ijabah doa semakin dekat. Terlebih di waktu 10 hari terakhir bulan Ramadhan ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari-hari terakhir Ramadhan ini pun berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Menurut Ustadz Abdul Halim Tri Hantoro,ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berdoa di hari-hari terakhir Ramadhan maka pastilah doa yang paling utama yang dipanjatkannya.
Disebutkan di dalam sebuah hadis tentang perdebatan malaikat tertinggi, di mana Allah subhanahu wata’ala berkata kepada Nabi-Nya,
سَلْ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
قُلْتُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ، وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ، وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ، وَأَنْ تَغْفِرَ لِي وَتَرْحَمَنِي، وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةً فِي قَوْمٍ فَتَوَفَّنِي غَيْرَ مَفْتُونٍ، وَأَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّكَ
“…Mintalah!”
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa:
Ya Allah, sesungguhnya aku meminta-Mu berbuat kebaikan, meninggalkan kemungkaran, mencintai orang-orang miskin, ampunilah aku dan rahmatilah aku, bila Engkau menghendaki suatu fitnah pada hamba-hamba–Mu, wafatkan aku kepadaMu dalam keadaan tidak terkena fitnah, aku mengharap cinta–Mu, cintanya orang yang mencintai–Mu, cinta pada amalan yang mendekatkanku pada cinta–Mu.” (HR. Tirmidzi)
Ustadz Abdul Halim Tri Hantoro,yang juga mahasiswa pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam di IAIN Surakarta. Konsentrasi di bidang Tafsir, Hadits dan Tazkiyah.ini menjelaskan, inilah doa Rasulullah di 10 hari terakhir bulan Ramadhan:
1. Doa memohon kebaikan
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta-Mu berbuat kebaikan.”
Doa seperti ini merupakan doa yang paling mencakup dan paling baik. Meminta kepada Allah subhanahu wata’ala supaya diberikan kemampuan untuk senantiasa melakukan kebajikan.
Jika seseorang telah ditetapkan kemampuannya melakukan kebajikan, maka dialah orang yang menang dan orang yang beruntung. Oleh karena itulah Allah subhanahu wata’ala memerintahkan, فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ “Berlomba-lombalah kalian dalam kebajikan.” (QS. Al-Baqarah: 148)
Allah subhanahu wata’ala memuji para Nabi-Nya dengan menyebutkan sifat mereka,
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ
“Sesungguhnya mereka (para Nabi) itu senantiasa bersegera di dalam kebajikan.” (Qs. Al-Anbiya’: 90)
Allah subhanahu wa ta’ala juga menyebutkan tentang orang-orang beriman yang mana hati mereka itu mudah bergetar karena takut kepada Rabbnya dikarenakan,
أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ
“Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al-Mu’minun: 61)
2. Doa meminta kemampuan meninggalkan kemungkaran
Doa Rasulullah di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan yang kedua adalah,
وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta-Mu kekuatan meninggalkan kemungkaran.”
Baik itu kemungkaran lisan, maupun anggota badan, baik itu dosa yang kecil maupun yang besar. Siapa yang ditetapkan Allah subhanahu wata’ala mampu meninggalkan kemungkaran maka akan dibukakan baginya kebaikan-kebaikan dan akan disibukkan dirinya dengan melakukan amal saleh.
Karena manakala seorang hamba tidak menyibukkan dirinya untuk mendapatkan kebaikan maka ia akan disibukkan untuk melakukan keburukan. Ibnu Rajab Al-Hanbali mengomentari dua bentuk doa ini dengan mengatakan:
“Permintaan atau doa itu mencakup semua bentuk kebaikan dan semua bentuk keburukan. Kebaikan itu mencakup semua yang dicintai Allah baik berupa perkataan ataupun perbuatan, baik yang wajib maupun yang sunnah. Kemungkaran itu mencakup semua yang dibenci oleh Allah subhanahu wata’ala dan yang dijauhi baik berupa perkataan maupun perbuatan.”
Beliau melanjutkan, “Maka barang siapa yang memperoleh apa yang dipintakan tersebut, dialah yang mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.”
3. Doa untuk mencintai orang-orang miskin
Doa Rasulullah:
وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta-Mu untuk mencintai orang-orang miskin.”
Cinta merupakan amalan hati. Jika cinta diarahkan untuk Allah subhanahu wata’ala maka ia menjadi ikatan iman paling kuat. Dari sahabat Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَوْثَقُ عُرَى اْلإِيْمَانِ: الْمُوَالاَةُ فِي اللهِ، وَالْمُعَادَاةُ فِي اللهِ، وَالْحُبُّ فِي اللهِ، وَالْبُغْضُ فِي اللهِ
“Tali keimanan yang paling kokoh adalah loyalitas karena Allah dan memusuhi karena Allah, cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Ath-Thabrani)
Dalam sabda beliau yang lain, dari hadis Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu,
مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الْإِيْمَانُ
“Siapa yang cinta karena Allah, benci karena Allah, memberi karena Allah, dan menahan pemberian karena Allah, benar-benar telah menyempurnakan imannya.” (HR. Abu Dawud)
Kecintaan terhadap kaum miskin adalah akar dari kecintaan terhadap Allah subhanahu wata’ala. Karena kaum miskin tidak memiliki kelebihan dunia yang menarik hati untuk mencintai mereka. Maka mencintai mereka tidaklah terjadi kecuali karena untuk Allah subhanahu wata’ala semata. Dalam sebuah hadits yang diberitakan dari sahabat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya beliau bersabda,
أَمَرَنِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ أَمَرَنِي بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ…إلخ
“Kekasihku Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah tujuh perkara padaku: Beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka…dst.” (HR. Ahmad)
Sufyan Ats-Tsauri berpesan kepada para sahabatnya,
“Hendaknya kalian selalu bersama orang-orang fakir dan miskin dan mendekat kepada mereka, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa meminta kepada Rabbnya untuk mencintai orang-orang miskin.”
4. Doa agar terhindar dari fitnah
Doa Rasulullah:
وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةً فِي قَوْمٍ فَتَوَفَّنِي غَيْرَ مَفْتُونٍ
“Ya Allah, bila Engkau menghendaki suatu fitnah pada hamba-hamba-Mu, wafatkan aku kepada-Mu dalam keadaan tidak terkena fitnah.”
Permohonan ini mencakup keselamatan dari fitnah kesenangan dan kesulitan, karena kebanyakan dari manusia takut akan fitnah kesulitan dan tidak mawas diri dari fitnah kemudahan, padahal ia lebih berbahaya bagi hati manusia.
Sahabat Nabi, Abdurrahman bin Auf, berkata, “Kami diuji dengan kesulitan, dan kami mampu bersabar. Dan kami diuji dengan kesenangan dan kami tidak bisa bersabar.”
Sebagian orang saleh mengatakan, “Ujian kesulitan bisa dijalani oleh orang baik maupun orang fasik. Sedangkan ujian kesenangan tidak bisa dijalani kecuali orang yang jujur.”
Doa ini dimaksudkan meminta keselamatan kepada Allah subhanahu wata’ala dari fitnah sepanjang hidupnya. Jika Allah subhanahu wata’ala menetapkan suatu fitnah menimpa hamba-hamba-Nya, maka hamba tersebut diwafatkannya sebelum firnah itu datang.
Ini adalah doa yang sangat penting, karena jika manusia hidup selamat dari fitnah kemudian Allah subhanahu wata’ala mewafatkannya sebelum fitnah tersebut datang, maka itu merupakan keselamatan dari segala bentuk keburukan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepada para sahabatnya untuk meminta perlindungan kepada Allah subhanahu wata’ala dari fitnah. Beliau bersabda,
تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
“Berlindunglah kalian kepada Allah dari fitnah yang Nampak maupun fitnah yang tidak tampak.” (HR. Muslim)
5. Doa meminta kecintaan kepada Allah, orang beriman dan amal saleh
Rasulullah berdoa :
وَأَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّكَ
“Ya Allah aku mengharap cinta–Mu, cintanya orang yang mencintai–Mu, cinta pada amalan yang mendekatkanku pada cinta–Mu.”
Inilah doa Rasulullah di sepuluh hari terakhir yang beliau ajarkan kepada umatnya. Doa ini mencakup semua bentuk kebaikan, karena amalan-amalan pilihan dari seorang hamba lahir dari mahabbah (kecintaan) dan iradah (kemauan).
Wallahu A'lam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari-hari terakhir Ramadhan ini pun berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Menurut Ustadz Abdul Halim Tri Hantoro,ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berdoa di hari-hari terakhir Ramadhan maka pastilah doa yang paling utama yang dipanjatkannya.
Disebutkan di dalam sebuah hadis tentang perdebatan malaikat tertinggi, di mana Allah subhanahu wata’ala berkata kepada Nabi-Nya,
سَلْ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
قُلْتُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ، وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ، وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ، وَأَنْ تَغْفِرَ لِي وَتَرْحَمَنِي، وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةً فِي قَوْمٍ فَتَوَفَّنِي غَيْرَ مَفْتُونٍ، وَأَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّكَ
“…Mintalah!”
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa:
Ya Allah, sesungguhnya aku meminta-Mu berbuat kebaikan, meninggalkan kemungkaran, mencintai orang-orang miskin, ampunilah aku dan rahmatilah aku, bila Engkau menghendaki suatu fitnah pada hamba-hamba–Mu, wafatkan aku kepadaMu dalam keadaan tidak terkena fitnah, aku mengharap cinta–Mu, cintanya orang yang mencintai–Mu, cinta pada amalan yang mendekatkanku pada cinta–Mu.” (HR. Tirmidzi)
Ustadz Abdul Halim Tri Hantoro,yang juga mahasiswa pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam di IAIN Surakarta. Konsentrasi di bidang Tafsir, Hadits dan Tazkiyah.ini menjelaskan, inilah doa Rasulullah di 10 hari terakhir bulan Ramadhan:
1. Doa memohon kebaikan
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta-Mu berbuat kebaikan.”
Doa seperti ini merupakan doa yang paling mencakup dan paling baik. Meminta kepada Allah subhanahu wata’ala supaya diberikan kemampuan untuk senantiasa melakukan kebajikan.
Jika seseorang telah ditetapkan kemampuannya melakukan kebajikan, maka dialah orang yang menang dan orang yang beruntung. Oleh karena itulah Allah subhanahu wata’ala memerintahkan, فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ “Berlomba-lombalah kalian dalam kebajikan.” (QS. Al-Baqarah: 148)
Allah subhanahu wata’ala memuji para Nabi-Nya dengan menyebutkan sifat mereka,
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ
“Sesungguhnya mereka (para Nabi) itu senantiasa bersegera di dalam kebajikan.” (Qs. Al-Anbiya’: 90)
Allah subhanahu wa ta’ala juga menyebutkan tentang orang-orang beriman yang mana hati mereka itu mudah bergetar karena takut kepada Rabbnya dikarenakan,
أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ
“Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al-Mu’minun: 61)
2. Doa meminta kemampuan meninggalkan kemungkaran
Doa Rasulullah di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan yang kedua adalah,
وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta-Mu kekuatan meninggalkan kemungkaran.”
Baik itu kemungkaran lisan, maupun anggota badan, baik itu dosa yang kecil maupun yang besar. Siapa yang ditetapkan Allah subhanahu wata’ala mampu meninggalkan kemungkaran maka akan dibukakan baginya kebaikan-kebaikan dan akan disibukkan dirinya dengan melakukan amal saleh.
Karena manakala seorang hamba tidak menyibukkan dirinya untuk mendapatkan kebaikan maka ia akan disibukkan untuk melakukan keburukan. Ibnu Rajab Al-Hanbali mengomentari dua bentuk doa ini dengan mengatakan:
“Permintaan atau doa itu mencakup semua bentuk kebaikan dan semua bentuk keburukan. Kebaikan itu mencakup semua yang dicintai Allah baik berupa perkataan ataupun perbuatan, baik yang wajib maupun yang sunnah. Kemungkaran itu mencakup semua yang dibenci oleh Allah subhanahu wata’ala dan yang dijauhi baik berupa perkataan maupun perbuatan.”
Beliau melanjutkan, “Maka barang siapa yang memperoleh apa yang dipintakan tersebut, dialah yang mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.”
3. Doa untuk mencintai orang-orang miskin
Doa Rasulullah:
وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta-Mu untuk mencintai orang-orang miskin.”
Cinta merupakan amalan hati. Jika cinta diarahkan untuk Allah subhanahu wata’ala maka ia menjadi ikatan iman paling kuat. Dari sahabat Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَوْثَقُ عُرَى اْلإِيْمَانِ: الْمُوَالاَةُ فِي اللهِ، وَالْمُعَادَاةُ فِي اللهِ، وَالْحُبُّ فِي اللهِ، وَالْبُغْضُ فِي اللهِ
“Tali keimanan yang paling kokoh adalah loyalitas karena Allah dan memusuhi karena Allah, cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Ath-Thabrani)
Dalam sabda beliau yang lain, dari hadis Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu,
مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الْإِيْمَانُ
“Siapa yang cinta karena Allah, benci karena Allah, memberi karena Allah, dan menahan pemberian karena Allah, benar-benar telah menyempurnakan imannya.” (HR. Abu Dawud)
Kecintaan terhadap kaum miskin adalah akar dari kecintaan terhadap Allah subhanahu wata’ala. Karena kaum miskin tidak memiliki kelebihan dunia yang menarik hati untuk mencintai mereka. Maka mencintai mereka tidaklah terjadi kecuali karena untuk Allah subhanahu wata’ala semata. Dalam sebuah hadits yang diberitakan dari sahabat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya beliau bersabda,
أَمَرَنِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ أَمَرَنِي بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ…إلخ
“Kekasihku Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah tujuh perkara padaku: Beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka…dst.” (HR. Ahmad)
Sufyan Ats-Tsauri berpesan kepada para sahabatnya,
“Hendaknya kalian selalu bersama orang-orang fakir dan miskin dan mendekat kepada mereka, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa meminta kepada Rabbnya untuk mencintai orang-orang miskin.”
4. Doa agar terhindar dari fitnah
Doa Rasulullah:
وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةً فِي قَوْمٍ فَتَوَفَّنِي غَيْرَ مَفْتُونٍ
“Ya Allah, bila Engkau menghendaki suatu fitnah pada hamba-hamba-Mu, wafatkan aku kepada-Mu dalam keadaan tidak terkena fitnah.”
Permohonan ini mencakup keselamatan dari fitnah kesenangan dan kesulitan, karena kebanyakan dari manusia takut akan fitnah kesulitan dan tidak mawas diri dari fitnah kemudahan, padahal ia lebih berbahaya bagi hati manusia.
Sahabat Nabi, Abdurrahman bin Auf, berkata, “Kami diuji dengan kesulitan, dan kami mampu bersabar. Dan kami diuji dengan kesenangan dan kami tidak bisa bersabar.”
Sebagian orang saleh mengatakan, “Ujian kesulitan bisa dijalani oleh orang baik maupun orang fasik. Sedangkan ujian kesenangan tidak bisa dijalani kecuali orang yang jujur.”
Doa ini dimaksudkan meminta keselamatan kepada Allah subhanahu wata’ala dari fitnah sepanjang hidupnya. Jika Allah subhanahu wata’ala menetapkan suatu fitnah menimpa hamba-hamba-Nya, maka hamba tersebut diwafatkannya sebelum firnah itu datang.
Ini adalah doa yang sangat penting, karena jika manusia hidup selamat dari fitnah kemudian Allah subhanahu wata’ala mewafatkannya sebelum fitnah tersebut datang, maka itu merupakan keselamatan dari segala bentuk keburukan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepada para sahabatnya untuk meminta perlindungan kepada Allah subhanahu wata’ala dari fitnah. Beliau bersabda,
تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
“Berlindunglah kalian kepada Allah dari fitnah yang Nampak maupun fitnah yang tidak tampak.” (HR. Muslim)
5. Doa meminta kecintaan kepada Allah, orang beriman dan amal saleh
Rasulullah berdoa :
وَأَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّكَ
“Ya Allah aku mengharap cinta–Mu, cintanya orang yang mencintai–Mu, cinta pada amalan yang mendekatkanku pada cinta–Mu.”
Inilah doa Rasulullah di sepuluh hari terakhir yang beliau ajarkan kepada umatnya. Doa ini mencakup semua bentuk kebaikan, karena amalan-amalan pilihan dari seorang hamba lahir dari mahabbah (kecintaan) dan iradah (kemauan).
Wallahu A'lam
(wid)