Bahaya Penyakit Futur dan Tips Mengatasinya

Rabu, 20 Oktober 2021 - 19:01 WIB
Penyakit futur adalah rasa malas, menunda, lambat setelah bersemangat, tidak bergairah dalam kebaikan. Foto ilustrasi/facebook
Penyakit futur merupakan salah satu hal yang harus diwaspadai dalam diri seorang muslim. Sebab, futur adalah godaan setan yang sangat dahsyat. Keadaan futur bukan saja membuat semangat berbuat baik jadi menurun, tetapi dorongan melakukan keburukan akan meningkat.

Dalam Kitabul ‘Ilmi karangan Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin , disebutkan bahwa futur adalah rasa malas , menunda, lambat setelah bersemangat, tidak bergairah dalam kebaikan. Pertahanan menghadapi bisikan setan menjadi rapuh dan sering hawa nafsu.

Gambarannya adalah, pada waktu tertentu seorang muslim sangat rajin beribadah, belajar ilmu syaria'at, dan mendatangi majelis ilmu. Namun tiba-tiba dia dijangkiti rasa malas yang sangat luar biasa. Ibadah menjadi sekadarnya saja atau bahkan dia mulai berani meninggalkan shalat karena rasa malas.



Bahkan fenomena futur ini juga telah dirasakan di masa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam. Dalam sejarah Rasulullah, bahaya futur itu telah Allah perlihatkan. Tatkala kaum Muslimin hijrah ke Habasyah, ada di antara peserta hijrah yang futur hingga akhirnya murtad dari Islam.



Dalam salah satu perang juga terdapat seseorang yang begitu gigih dan penuh semangat. Namun, nabi menghukuminya sebagai penghuni neraka. Ternyata orang tersebut bunuh diri. Saat terluka parah, semangatnya melemah sehingga godaan setan menggiringnya untuk menusukkan tombak ke perutnya.

Menurut Syaikh Utsaimin futur atau rasa malas dalam melakukan kebaikan adalah penyakit. Kian banyak menjangkiti orang-orang yang menuntut ilmu agama dan juga orang-orang yang berusaha menapaki jalan kebenaran. Ada banyak sebab yang membuat seseorang menjadi futur. Di antaranya adalah :

1) Hilangnya keikhlasan,

2) Lemahnya ilmu Syar’i,

3) Kecintaan hati yang besar kepada dunia dan banyak melupakan akhirat,

4) Fitnah (cobaan) berupa istri dan anak,

5) Hidup di tengah masyarakat yang rusak,

6) Berteman dengan orang-orang yang memiliki keinginan yang lemah dalam meraih kebaikan,

7) Melakukan dosa serta memakan makanan yang haram,

8) Tidak mempunyai tujuan yang jelas (baik dalam menuntut ilmu maupun berdakwah),

9) Lemahnya iman,

10) Menyendiri, dan tidak mau bergabung dengan saudara seiman yang lainnya, saling tolong menolong dalam kebaikan,

11) Lemahnya pendidikan (tarbiyyah) imaniyyah dan seterusnya.

Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Zaid bin Khalid Al Juhaini bahwasanya dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memimpin kami shalat Shubuh di Hudaibiyyah pada suatu malam sehabis turun hujan. Setelah selesai Beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak lalu bersabda: Tahukah kalian apa yang sudah difirmankan oleh Rabb kalian? Orang-orang menjawab, Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda: Allah berfirman: Di pagi ini ada hamba-hamba Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir, orang yang berkata bahwa Hujan turun kepada kita karena karunia Allah subhanahu wa ta'ala dan rahmat-Nya, maka dia adalah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata bahwa Hujan turun disebabkan bintang ini atau itu, maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.

(HR. Bukhari No. 801)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More