Hukum Bersendawa Ketika Sholat, Batalkah?

Kamis, 02 Desember 2021 - 13:17 WIB
Sendawa bisa membatalkan sholat apabila memperlihatkan satu huruf yang memahamkan atau dua huruf meski tidak memahamkan. Foto/Ist
Sendawa adalah peristiwa keluarnya gas dari dalam perut. Biasanya seseorang mengeluarkan suara dari kerongkongan setelah makan atau sedang masuk angin. Suara sendawa tersebut terkadang terjadi saat sholat.

Bagaimana hukum bersendawa ketika sholat? Batalkah sholatnya? Melansir dari NU Online, salah satu yang harus dihindari ketika sholat adalah berbicara yang tidak ada hubungannya dengan sholat. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

إن هذه الصلاة لا يصلح فيها شيء من كلام الناس

"Sesungguhnya sholat ini tidak layak di dalamnya sesuatu dari perkataan manusia." (HR Muslim)

Para ahli fiqih dari Mazhab Syafi'i merumuskan bahwa standar pembicaraan yang dapat membatalkan sholat adalah terucapnya satu huruf yang memahamkan atau dua huruf meski tidak memahamkan. Contoh satu huruf yang memahamkan adalah "Qi" yang artinya "Jagalah".

Standar ini juga berlaku dalam kasus sendawa. Secara umum, sendawa bisa membatalkan sholat bila memperlihatkan satu huruf yang memahamkan atau dua huruf meski tidak memahamkan.

Bila tidak memperlihatkan huruf yang betul-betul jelas, semisal hanya suara-suara samar yang tidak jelas makhrajnya, maka tidak membatalkan secara mutlak, baik sedikit atau banyak, sengaja atau tidak sengaja.

Syekh Zakariyya Al-Anshari menegaskan:

و سابعها (ترك نطق) عمدا بغير قرآن وذكر ودعاء على ما سيأتي (فتبطل بحرفين) أفهما أو لا كقم وعن (ولو في نحو تنحنح) كضحك وبكاء وأنين ونفخ وسعال وعطاس فهو أعم مما عبر به (وبحرف مفهم) كق من الوقاية وإن أخطأ بحذف هاء السكت (أو) حرف (ممدود) لأن المدة ألف أو واو أو ياء

"Yang ketujuh adalah meninggalkan ucapan secara sengaja dengan selain Al-Qur'an, zikir, doa sebagaimana keterangan yang akan dijelaskan. Maka sholat batal dengan terucapnya dua huruf, baik memahamkan atau tidak, seperti kata "Qum" (berdirilah) dan "An". Ketentuan batal tersebut juga berlaku dalam persoalan semisal berdehem seperti tertawa, menangis, merintih, meniup, batuk dan bersin."

Redaksi ini lebih umum dari pada redaksi yang disampaikan kitab asal (Minhaj al-Thalibin). Dan batal dengan mengucapkan satu huruf yang memahamkan seperti kata "Qi" (jagalah), meski terdapat kesalahan dengan membuang ha' saktah. Demikian pula batal dengan satu huruf yang dibaca panjang, karena huruf mad adalah alif, Waw atau Ya." (Lihat Syekh Zakariyya Al-Anshari, Fathul Wahhab Hamiys Hasyiyatul Bujairimi ‘alal Wahhab, juz I, halaan 243).

Syekh Sulaiman Al-Bujairimi menegaskan: "Pendapat yang unggul bahwa dari berdehem dan semisalnya memperlihatkan dua huruf atau lebih. Karena suara yang tidak dikenal tidak dianggap sebagaimana dijelaskan oleh sang pengarang. Dan dalam statemennya, bila mushalli bersuara seperti suara keledai atau meringkik seperti suara kuda atau menceritakan satu dari beberapa suara burung dan tidak memperlihatkan satu huruf yang memahamkan, atau dua huruf, maka tidak batal shalatnya. Bila tidak demikian, maka batal." (Lihat Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Bujairimi ‘ala Syarhi Manhajit Thullab, juz I, halaman 245).

Sendawa yang memperlihatkan minimal satu huruf yang memahamkan atau dua huruf meski tidak memahamkan, tidak membatalkan sholat bila disertai udzur. Uzur yang dimaksud berkisar pada dua hal. Pertama, karena untuk memudahkan bacaan yang wajib di dalam shalat.

Bacaan yang diwajibkan dalam sholat meliputi Surat Al-Fatihah, tahiyyat akhir dan salam. Semisal, saat membaca surat Al-Fatihah, orang yang sholat sulit mengeluarkan bunyi suaranya bila tidak bersendawa, maka boleh baginya untuk bersendawa, sekalipun menampakan banyak huruf.

Namun menurut Imam Al-Qamuli dalam Kitab Al-Jawahir, kebolehan sendawa tersebut dibatasi dengan batas kewajaran, tidak terlalu menampakan banyak huruf. Dikecualikan dengan bacaan wajib, yaitu bacaan sunah. Seperti membaca surat, tahiyyat awal, doa qunut, membaca keras dan lain-lain.

Bila sendawa dapat memperlihatkan semisal dua huruf, maka membatalkan. Sebab bacaan tersebut bukan termasuk kewajiban, sehingga tidak ada keterdesakan untuk bersendawa.

Syekh Zakariyya Al-Anshari menegaskan:

ولا بتنحنح لتعذر ركن قولي ) لا لتعذر غيره كجهر ؛ لأنه ليس بواجب فلا ضرورة إلى التنحنح له

"Dan tidak batal disebabkan berdehem karena sulitnya mengucapkan rukun qauli, bukan sulitnya bacaan lainnya, seperti anjuran membaca keras, karena hal tersebut tidak wajib, maka tidak ada keterdesakan untuk berdehem." (Fathul Wahhab Hamiys Hasyiyatul Bujairimi ‘alal Wahhab, juz I, halaman 245).

Bila melihat pertimbangan keutamaan, sebisa mungkin sendawa dihindari agar sholat bisa lebih khusyuk. Bagi yang hendak menunaikan sholat hendaknya tidak memakan makanan yang mengandung gas seperti durian, kacang-kacangan atau minuman soda karena bisa menyebabkan sendawa berlebihan.

Baca Juga: Apa Saja Rukun Salat Menurut Mazhab Syafi'i? Ini Penjelasannya
(rhs)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَمَا كَانَ لِنَفۡسٍ اَنۡ تَمُوۡتَ اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰهِ كِتٰبًا مُّؤَجَّلًا ؕ وَ مَنۡ يُّرِدۡ ثَوَابَ الدُّنۡيَا نُؤۡتِهٖ مِنۡهَا ‌ۚ وَمَنۡ يُّرِدۡ ثَوَابَ الۡاٰخِرَةِ نُؤۡتِهٖ مِنۡهَا ‌ؕ وَسَنَجۡزِى الشّٰكِرِيۡنَ
Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat) itu, dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

(QS. Ali 'Imran Ayat 145)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More