Kisah Nabi Shaleh Tidur 40 Tahun, Setelah Allah Mandulkan Istri dan Ternak Kaum Tsamud

Sabtu, 29 Januari 2022 - 09:36 WIB
Madain Shaleh, di tempat inilah Nabi Shaleh diutus Allah SWT (Foto/Ilustrasi: Ist)
Nabi Shaleh AS sudah berdakwah selama 70 tahun kepada kaum Tsamud namun hasilnya amat minim. Lalu Allah memandulkan istri, sapi-sapi, dan domba-domba piaraan mereka. Tumbuh-tumbuhan mereka pun dikeringkan dan kuda-kuda lari dari mereka. Kaum Tsamud pun marah besar. Semua kesialan itu ditimpakan kepada Nabi Shaleh.

Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” menceritakan kaum Tsamud bertekad menghabisi Nabi Shaleh. Karena merasa terancam, Nabi Shaleh AS pun lari meninggalkan mereka, pergi ke sebuah gunung yang ada guanya.

Dia masuk ke dalam gua itu. Di dalamnya dia melihat sebuah ranjang yang terbuat dari emas. Di atas ranjang tersebut ada hamparan yang sangat mewah. Dia melihat permata yang bisa menerangi keadaan di dalam gua.

Melihat hal itu, Nabi Shaleh AS pun terheran-heran, lalu dia tidur di atas hamparan dan ranjang tersebut. Lamanya tidur Nabi Shaleh AS tersebut kira-kira mencapai 40 tahun dan tidak ada seorang pun yang tahu ke mana perginya.



Sekadar mengingatkan, Nabi Shaleh diutus pada kaum Tsamūd. Dalam daftar 25 nabi, Nabi Shaleh berada di urutan kelima, setelah Nabi Hud dan sebelum Nabi Ibrahim.

Allah SWT berfirman: Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS al-A’raaf:73).

Dia adalah Shaleh bin Kanuk yang diutus oleh Allah kepada kabilah Tsamud. As-Sadi mengatakan, Tsamud adalah nama sebuah sumur yang ada di daerah perbatasan antara Hijaz dan Syam.

Ibn Ishaq mengatakan, setelah Allah membinasakan kaum ‘Ad dengan angin, kaum Tsamud memakmurkan negeri mereka. Mereka menjadikan gunung sebagai rumah yang dilubangi dengan dipahat.

Di rumah itu mereka membuat pintu yang terbuat dari kayu yang dilapisi besi. Allah telah melapangkan kaum Tsamud dengan banyaknya harta.

Setelah mereka mendapatkan tempat di bumi, mereka berlaku sewenang-wenang, melanggar perintah Allah dan menyembah berhala. Maka, Allah mengutus Shaleh kepada mereka.



Berhala Tertunduk

Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas mengutip satu riwayat mengatakan kelahiran Nabi Shaleh AS terjadi pada malam Jumat di bulan Muharram. Di malam kelahirannya, semua berhala tertunduk. Berita itu sampai kepada raja, dan dia pun sangat sedih.

“Siapa orangnya yang telah menundukkan berhala-berhala kami?” tanyanya.

Pada saat itu, Iblis masuk ke dalam berhala dan berkata, “Hai penduduk Tsamud, di lingkungan kalian ada seorang anak yang lahir, namanya Shaleh, yang akan merusak agama kalian.”

Setelah Nabi Shaleh tumbuh besar, dia menjadi orang yang paling elok di zamannya dan lisannya fasih berbahasa Arab. Ketika dia menginjak umur 40 tahun, Allah mewahyukan kepadanya agar mengajak kaum Tsamud untuk mengesakan Allah dan melarang mereka dari menyembah berhala.

Setelah menerima wahyu itu, Shaleh pergi ke kaumnya; dia melihat mereka sedang berkumpul dalam hari raya mereka. Mereka telah menjejerkan berhala-berhala mereka yang terbuat dari emas. Lalu Shaleh datang dan berdiri di hadapan raja.

Dia berkata kepadanya, “Ketahuilah! Aku datang kepada kalian sebagai seorang rasul (utusan) Tuhan semesta alam. Aku mengajak kalian untuk mengesakan-Nya.”

Raja berkata kepada Nabi Shaleh AS, “Hai Shaleh, sesungguhnya kabilah-kabilah Tsamud tidak rela bila orang sepertimu menjadi rasul yang diutus kepada mereka.”
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَلَٮِٕنۡ اَذَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ مِنَّا رَحۡمَةً ثُمَّ نَزَعۡنٰهَا مِنۡهُ‌ۚ اِنَّهٗ لَيَـــُٔوۡسٌ كَفُوۡرٌ (٩) وَلَٮِٕنۡ اَذَقۡنٰهُ نَـعۡمَآءَ بَعۡدَ ضَرَّآءَ مَسَّتۡهُ لَيَـقُوۡلَنَّ ذَهَبَ السَّيِّاٰتُ عَنِّىۡ‌ ؕ اِنَّهٗ لَـفَرِحٌ فَخُوۡرٌۙ (١٠) اِلَّا الَّذِيۡنَ صَبَرُوۡا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِؕ اُولٰٓٮِٕكَ لَهُمۡ مَّغۡفِرَةٌ وَّاَجۡرٌ كَبِيۡرٌ (١١)
Dan jika Kami berikan rahmat Kami kepada manusia, kemudian (rahmat itu) Kami cabut kembali, pastilah dia menjadi putus asa dan tidak berterima kasih. Dan jika Kami berikan kebahagiaan kepadanya setelah ditimpa bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata, Telah hilang bencana itu dariku. Sesungguhnya dia (merasa) sangat gembira dan bangga, kecuali orang-orang yang sabar, dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.

(QS. Hud Ayat 9-11)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More