Begini Siasat Persekongkolan Pembunuhan Unta Mukjizat Nabi Shaleh
Minggu, 13 Februari 2022 - 19:29 WIB
Penunjukannya sebagai orang yang harus membunuh unta adalah hasil dari kesepakatan seluruh masyarakat yang kafir. Karena itu, kejahatan itu juga disandarkan kepada mereka semua.
Ibnu Jarir dan ulama tafsir lainnya meriwayatkan, bahwa ketika itu ada dua orang wanita, salah satunya bernama Shaduq binti Al-Muhayya bin Zuhair bin Mukhtar. Ia adalah wanita yang kaya raya dan terpandang. la bersuamikan seorang laki-laki yang telah beriman, namun karena perbedaan ideologi mereka akhirnya Shaduq meminta suaminya untuk menceraikannya.
Kemudian suatu hari ia memanggil sepupunya yang bernama Mishda bin Mahraj bin Al-Muhayya dan menawarkan akan menyerahkan dirinya kepada Mishda apabila ia dapat membunuh unta mukjizat.
Wanita lainnya bernama Unaizah binti Ghunaim bin Mjijlaz, ia biasa disapa dengan panggilan Ummu Ghanamah. Ia adalah seorang wanita tua yang kafir, ia memiliki beberapa orang putri dari suaminya Dzuab bin Amru, salah satu pemuka kaum Tsamud. Lalu Unaizah menawarkan kepada Qudar bin Salif untuk memilih salah satu dari putrinya jika ia berhasil membunuh onta mukjizat.
Maka kedua orang pemuda tadi makin bersemangat untuk membunuh unta, dan mereka mencari beberapa orang lagi dari kaumnya untuk ikut bersama mereka, hingga akhirnya mereka berhasil merekrut tujuh orang lainnya hingga mereka semua berjumlah sembilan orang. Kesembilan orang inilah yang disebutkan pada firman Allah, “Dan di kota itu ada sembilan orang laki-laki yang berbuat kerusakan di bumi, mereka tidak melakukan perbaikan.” ( QS An-Naml : 48).
Tidak hanya itu, mereka juga mencari bantuan dari kabilah lain agar rencana mereka dapat berjalan dengan baik. Dan mereka pun mendapatkan beberapa orang lainnya untuk membantu mereka. Kemudian mereka pun berangkat untuk mengeksekusi unta mukjizat.
Setelah melihat unta itu dari kejauhan, Mishda segera mengambil langkah cepat dengan mencabut panahnya dan mengarahkannya ke unta tersebut, dan panah itu mengenai kaki unta hingga terjatuh.
Setelah itu datanglah para wanita dari kaum mereka untuk menyemangati para pria untuk segera membunuh unta tersebut, mereka menunjukkan raut muka yang penasaran agar mereka segera melaksanakannya. Maka majulah Qudar bin Salif mendahului yang lainnya, ia mencabut pedangnya dan memotong urat nadi unta itu hingga unta itu tidak berdaya lagi untuk berdiri.
Unta mukjizat itu mengeluarkan suara keras dari mulutnya seakan memberi peringatan kepada anaknya untuk melarikan diri. Kemudian Qudar segera memotong leher unta itu dan menyembelihnya.
Hanya saja, anak unta itu berhasil melarikan diri dan naik ke atas gunung agar tidak menjadi kurban berikutnya, lalu anak unta itu mengeluarkan suara keras dari mulutnya (meraung) sebanyak tiga kali.
Abdurrazzaq meriwayatkan, dari Ma'mar, dari seseorang yang mendengar riwayat ini dari Hasan, ia berkata, "Anak unta itu seakan berteriak, "Ya Tuhanku, dimanakah ibuku? Lalu anak unta itu masuk ke dalam sebuah batu dan menghilang."
Namun ada juga riwayat yang menyebutkan bahwa orang-orang kafir itu berhasil mengikuti dan mengejar anak unta tersebut hingga kemudian menyembelihnya pula.
Allah berfirman, “Maka mereka memanggil kawannya, lalu dia menangkap (unta itu) dan memotongnya. Maka betapa dahsyatnya (nanti) azab-Ku dan peringatan-Ku!” (QS Al-Qamar: 29-30).
Allah juga berfirman, “Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, lalu Rasul Allah (Shaleh) berkata kepada mereka, (Biarkanlah) unta betina dari Allah ini dengan minumannya. Namun mereka mendustakannya dan menyembelihnya, karena itu Tuhan membinasakan mereka karena dosanya, lalu diratakan-Nya (dengan tanah), dan Dia tidak takut terhadap akibatnya.” ( QS Asy-Syams : 12-15).
Baca juga: Azab Kaum Ad dalam Al-Qur'an dan Dialog Mereka dengan Nabi Hud
Ibnu Jarir dan ulama tafsir lainnya meriwayatkan, bahwa ketika itu ada dua orang wanita, salah satunya bernama Shaduq binti Al-Muhayya bin Zuhair bin Mukhtar. Ia adalah wanita yang kaya raya dan terpandang. la bersuamikan seorang laki-laki yang telah beriman, namun karena perbedaan ideologi mereka akhirnya Shaduq meminta suaminya untuk menceraikannya.
Kemudian suatu hari ia memanggil sepupunya yang bernama Mishda bin Mahraj bin Al-Muhayya dan menawarkan akan menyerahkan dirinya kepada Mishda apabila ia dapat membunuh unta mukjizat.
Wanita lainnya bernama Unaizah binti Ghunaim bin Mjijlaz, ia biasa disapa dengan panggilan Ummu Ghanamah. Ia adalah seorang wanita tua yang kafir, ia memiliki beberapa orang putri dari suaminya Dzuab bin Amru, salah satu pemuka kaum Tsamud. Lalu Unaizah menawarkan kepada Qudar bin Salif untuk memilih salah satu dari putrinya jika ia berhasil membunuh onta mukjizat.
Maka kedua orang pemuda tadi makin bersemangat untuk membunuh unta, dan mereka mencari beberapa orang lagi dari kaumnya untuk ikut bersama mereka, hingga akhirnya mereka berhasil merekrut tujuh orang lainnya hingga mereka semua berjumlah sembilan orang. Kesembilan orang inilah yang disebutkan pada firman Allah, “Dan di kota itu ada sembilan orang laki-laki yang berbuat kerusakan di bumi, mereka tidak melakukan perbaikan.” ( QS An-Naml : 48).
Tidak hanya itu, mereka juga mencari bantuan dari kabilah lain agar rencana mereka dapat berjalan dengan baik. Dan mereka pun mendapatkan beberapa orang lainnya untuk membantu mereka. Kemudian mereka pun berangkat untuk mengeksekusi unta mukjizat.
Setelah melihat unta itu dari kejauhan, Mishda segera mengambil langkah cepat dengan mencabut panahnya dan mengarahkannya ke unta tersebut, dan panah itu mengenai kaki unta hingga terjatuh.
Setelah itu datanglah para wanita dari kaum mereka untuk menyemangati para pria untuk segera membunuh unta tersebut, mereka menunjukkan raut muka yang penasaran agar mereka segera melaksanakannya. Maka majulah Qudar bin Salif mendahului yang lainnya, ia mencabut pedangnya dan memotong urat nadi unta itu hingga unta itu tidak berdaya lagi untuk berdiri.
Unta mukjizat itu mengeluarkan suara keras dari mulutnya seakan memberi peringatan kepada anaknya untuk melarikan diri. Kemudian Qudar segera memotong leher unta itu dan menyembelihnya.
Hanya saja, anak unta itu berhasil melarikan diri dan naik ke atas gunung agar tidak menjadi kurban berikutnya, lalu anak unta itu mengeluarkan suara keras dari mulutnya (meraung) sebanyak tiga kali.
Abdurrazzaq meriwayatkan, dari Ma'mar, dari seseorang yang mendengar riwayat ini dari Hasan, ia berkata, "Anak unta itu seakan berteriak, "Ya Tuhanku, dimanakah ibuku? Lalu anak unta itu masuk ke dalam sebuah batu dan menghilang."
Namun ada juga riwayat yang menyebutkan bahwa orang-orang kafir itu berhasil mengikuti dan mengejar anak unta tersebut hingga kemudian menyembelihnya pula.
Allah berfirman, “Maka mereka memanggil kawannya, lalu dia menangkap (unta itu) dan memotongnya. Maka betapa dahsyatnya (nanti) azab-Ku dan peringatan-Ku!” (QS Al-Qamar: 29-30).
Allah juga berfirman, “Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, lalu Rasul Allah (Shaleh) berkata kepada mereka, (Biarkanlah) unta betina dari Allah ini dengan minumannya. Namun mereka mendustakannya dan menyembelihnya, karena itu Tuhan membinasakan mereka karena dosanya, lalu diratakan-Nya (dengan tanah), dan Dia tidak takut terhadap akibatnya.” ( QS Asy-Syams : 12-15).
Baca juga: Azab Kaum Ad dalam Al-Qur'an dan Dialog Mereka dengan Nabi Hud
(mhy)
Lihat Juga :