Akhlak Umar bin Khattab dan Kesedihannya Ketika Nabi Wafat

Kamis, 18 Juni 2020 - 18:57 WIB


Abu Bakar melihat keadaan memang sangat berbahaya. Cepat-cepat ia berangkat disertai Umar dan Abu Ubaidah menuju Saqifah.

Begitu mereka sampai, Abu Bakar yang memimpin perdebatan Anshar dengan sikapnya yang bijaksana dan lemah lembut. Umar berdiri di sampingnya mengawasi apa yang akan terjadi, setelah melihat Hubab bin Munzir membakar semangat Anshar supaya menentang jika tak ada seorang amir dari mereka dan seorang amir dari Muhajirin .

Baca Juga: :Khalifah Umar Pecat Khalid bin Walid demi Selamatkan Tauhid Umat

"Bah!" kata Umar. "Jangan ada dua kemudi dalam satu perahu. Orang-orang tidak akan mau mengangkat kalian sedang nabinya bukan dari kalangan kalian. Tetapi mereka tidak akan keberatan mengangkat seorang pemimpin selama kenabian dari kalangan mereka. Alasan dan kewenangan kami sudah jelas buat mereka yang masih menolak semua itu. Siapakah yang mau membantah kewenangan dan kepemimpinan Muhammad sedang kami adalah kawan dan kerabat dekatnya — kecuali buat orang yang memang cenderung hendak berbuat batil, berbuat dosa dan gemar mencari-cari malapetaka!"

Hubab menjawab dengan meminta kepada Anshar supaya mengeluarkan kaum Muhajirin dari Medinah atau mereka harus berada di bawah pimpinan Anshar. Kemudian kata-katanya ditujukan kepada ketiga orang Muhajirin itu: "Ya, demi Allah, kalau perlu biar kita yang memulai peperangan."



Mendengar ancaman itu Umar membalas: "Mudah-mudahan Allah memerangi kamu!"

Hubab pun menjawab lagi: "Bahkan Andalah yang harus diperangi!"

Kedua ungkapan itu telah membangkitkan kemarahan di hati mereka. Melihat situasi demikian, Abu Ubaidah bin Jarrah segera turun tangan dan berkata yang ditujukan kepada penduduk Madinah: "Saudara-saudara Anshar! Kalian adalah orang yang pertama memberikan bantuan dan dukungan, janganlah sekarang menjadi orang yang pertama pula mengadakan perubahan dan perombakan." ( )

Kata-kata ini dapat meredakan kemarahan mereka. Mereka mulai berdiskusi dengan saling mengemukakan argumen. Basyir bin Sa'd, salah seorang pemimpin Khazraj bergabung kepada pihak Muhajirin. Dengan demikian Anshar tidak lagi seia sekata. Abu Bakar memperkirakan bahwa keadaan sudah reda dan sudah saatnya mengambil keputusan.

Ia mengajak orang-orang supaya bergabung dan mengingatkan jangan terpecah belah. Kemudian ia mengangkat tangan Umar dan Abu Ubaidah seraya berseru: "Ini Umar dan ini Abu Ubaidah, berikanlah ikrar kalian kepada yang mana saja yang kalian sukai."



Tetapi Umar tidak akan membiarkan perselisihan menjadi perkelahian yang berkepanjangan. Dengan suaranya yang lantang menggelegar ia berkata: "Abu Bakar, bentangkan tangan Anda"

Maka Abu Bakar membentangkan tangan dan oleh Umar ia diikrarkan seraya, katanya: "Abu Bakar, bukankah Nabi menyuruh Anda memimpin Muslimin bersembahyang? Andalah penggantinya (khalifahnya). Kami akan membaiat orang yang paling disukai oleh Rasulullah di antara kita semua ini."



Menyusul Abu Ubaidah memberikan ikrar dengan mengatakan: "Andalah di kalangan Muslimin yang paling mulia dan yang kedua dari dua orang dalam gua, menggantikan Rasulullah dalam salat, sesuatu yang paling mulia dan utama dalam agama kita. Siapa lagi yang lebih pantas dari Anda untuk ditampilkan dan memegang pimpinan kita!"

Setelah itu berturut-turut jemaah Saqifah membaiat Abu Bakar secara aklamasi, tak ada ketinggalan kecuali Sa'ad bin Ubadah. Selesai membaiat mereka kembali ke Masjid menanti-nantikan berita dari rumah Aisyah mengenai persiapan jenazah Rasulullah.



Keesokan harinya sementara Abu Bakar sedang di Masjid, Umar tampil di depan kaum Muslimin meminta maaf mengenai pernyataannya bahwa Nabi tidak wafat. "Kepada Saudara-saudara kemarin saya mengucapkan kata-kata yang tidak terdapat dalam Qur'an, ataupun suatu pesan yang tak pernah disampaikan Rasulullah kepada saya. Tetapi ketika itu saya berpendapat bahwa Rasulullah akan mengemudikan segala urusan kita dan akan tetap demikian sampai akhir hidup kita. Yang tetap ditinggalkan untuk kita oleh Allah ialah Kitab-Nya, yang dengan itu telah membimbing Rasul-Nya. Kalau kita berpegang teguh pada Kitabullah, kita akan mendapat bimbingan Allah, yang juga dengan itu Allah telah membimbing Rasul-Nya. Allah telah memutuskan segala persoalan kita demi kebaikan kita, sahabat Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam dan yang kedua dari dua orang ketika di dalam gua, maka marilah kita baiat."



Semua orang kemudian sama-sama memberikan baiat (ikrar) yang dikenal sebagai Baiat Umum setelah Baiat Saqifah.

Haekal mengatakan inilah sikap Umar yang pertama sepeninggal Rasulullah. Seperti sudah kita saksikan, ini merupakan sikapnya yang sangat bijaksana, berpandangan jauh ke depan dan strategi politik yang baik sekali.

Ini jugalah sikapnya dalam mencalonkan pimpinan umat. Kemampuannya membuktikan ia dapat mengemudikan negara yang baru tumbuh ini, dengan tidak menghiraukan kepentingan pribadinya, dan segala pemikirannya hanya ditujukan untuk kepentingan umat dan kedisiplinan yang tinggi. ( ).

Menurut Haekal, karena tak dapat menahan duka dengan wafatnya Rasulullah yang dirasakannya sangat tiba-tiba, Umar tidak percaya bahwa yang demikian dapat terjadi. Sesudah kemudian yakin bahwa Rasulullah sudah wafat, pikiran sehatnya kini dapat menguasai perasaannya, kesedihannya tak sampai mempengaruhinya untuk berbicara dengan Abu Ubaidah dalam menghadapi bahaya yang sedang mengancam umat Islam: bagaimana mengendalikan mereka serta mengarahkan strategi politik umat.

la tidak ingin berkuasa untuk dirinya, walaupun ia mampu untuk itu. Bahkan apa yang dipikirkannya itu bersih dari segala nafsu dan kepentingan pribadi. Oleh karena itu cepat-cepat ia membaiat Abu Ubaidah. ( )

Tetapi tatkala orang kepercayaan umat ini mengingatkannya bahwa dalam soal ini Abu Bakarlah yang lebih tepat dan lebih berhak dari semua orang, tanpa ragu pendapatnya langsung disetujuinya. Tak lama ketika diketahuinya ada pertemuan di Saqifah, ia pun memanggil Abu Bakar untuk menghadapi kaum Ansar itu.

Juga ia tidak mundur untuk menghadapi mereka ketika dikatakan kepadanya bahwa Anshar sudah mengambil keputusan dan tidak akan mengubah keputusannya. Kepergiannya bersama kedua sahabatnya ke Saqifah itu telah menentukan pengangkatan Abu Bakar dan bersatunya kembali umat Islam. (Baca juga: Membakar Masjid Kaum Munafik, Matinya Abdullah Bin Ubay )
Halaman :
Follow
cover top ayah
اِنَّ الَّذِيۡنَ اتَّقَوۡا اِذَا مَسَّهُمۡ طٰۤٮِٕفٌ مِّنَ الشَّيۡطٰنِ تَذَكَّرُوۡا فَاِذَا هُمۡ مُّبۡصِرُوۡنَ‌ۚ
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).

(QS. Al-A'raf Ayat 201)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More