Orang Jawa Baru Tertarik Masuk Islam setelah Diperkenalkan selama 750 Tahun

Jum'at, 05 Agustus 2022 - 18:28 WIB
Banyak pedagang, baik dari Arab maupun Tiongkok, singgah di Nusantara. Akan tetapi, Marle Calvin Ricklefs menunjukkan bahwa pada abad itu, alih-alih berdiri suatu negara Islam di Nusantara, malah belum terjadi perpindahan agama yang cukup besar oleh pribumi Nusantara dari agama lama ke agama Islam.

Bahkan, saat Marco Polo hendak kembali ke Italia dari pelayarannya mengelilingi dunia pada abad ke-13, ia terlebih dahulu singgah di Kerajaan Perlak (Aceh sekarang), mencatat bahwa penduduk Nusantara terbagi atas tiga golongan besar: kaum muslim Tiongkok, kaum muslim Arab-Persia, dan pribumi Nusantara yang masih memuja roh-roh dan berperilaku kanibal.

Ia mencatat bahwa dua pelabuhan yang dekat dengan Perlak, Basma dan Samara, dihuni oleh banyak penduduk muslim Tiongkok, Arab, dan Persia bukanlah kota Islam. Jadi, hingga abad ke-13, penduduk Nusantara yang hidup di kota-kota masih beragama Hindu-Buddha, sedangkan yang hidup di pelosok masih menganut animisme dan dinamisme.

Namun, pada abad ke-13 itu, tepatnya tahun 1267 M, kerajaan Islam pertama di Nusantara, Samudera Pasai, didirikan oleh seorang laksamana dari Mesir, Nazimuddin al-Kamil, di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera, Aceh. Sultan pertamanya adalah Marah Silu dengan gelar Malikus Shaleh (Penguasa yang Shalih).

Lalu, bagaimana Pulau Jawa? Pulau Jawa hingga perempat akhir abad ke-14 masih dihuni oleh muslim Arab dan Persia, serta muslim Tiongkok. Pada abad itu, umat Islam Tiongkok dari Kanton, Yangchou, dan Chanchou secara berbondong-bondong pindah ke Nusantara, tinggal di pantai timur Sumatera dan pantai utara (pantura) Jawa.



Berita itu didapatkan dari catatan Haji Ma Huan, juru tulis Laksamana Cheng Ho. Laksamana Cheng Ho mengadakan ekspedisi sebanyak tujuh kali ke Nusantara, sejak tahun 1405 M hingga 1433 M, dengan salah satu misinya menyebarkan agama Islam.

Dari studi Fr. Hirth dan W. W. Rockhill terhadap catatan Haji Ma Huan yang dibukukan dalam "Chau Ju-Kua: His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteenth Centuries Entitled Chu-fan-chi", Haji Ma Huan mencatat bahwa pada tahun 1433 M, penduduk Jawa terbagi menjadi tiga golongan besar: komunitas muslim Tiongkok, orang-orang muslim barat (Arab Persia), dan warga pribumi yang masih kafir, memuja roh-roh, dan hidup sangat kotor.

Komunitas-komunitas muslim utamanya terdapat di Tuban, Gresik, dan Surabaya. Adapun komunitas muslim Tiongkok secara khusus berjumlah 1.000 keluarga.

Muslim Jawa

Agus Sunyoto menjelaskan, pada separuh akhir abad ke-14 M itu, sesungguhnya sudah ada penduduk Jawa yang pindah ke agama Islam, tetapi masih dalam volume kecil. Para penganut awalnya adalah beberapa orang keluarga raja dan pejabat tinggi Kerajaan Majapahit. Kita tahu, Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada pertengahan abad ke-14, dengan Prabu Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada.

Sejumlah bukti arkeologis menunjukkan bahwa beberapa orang dari keluarga raja dan pejabat tinggi Majapahit telah memeluk Islam. Salah satu bukti arkeologinya adalah situs nisan Islam di Tralaya, Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Mojokerto.

Batu-batu nisan Islam Tralaya itu menggunakan angka tahun Saka dan angka-angka Jawa Kuno, bukan Hijriah dan angka-angka Arab. Hal ini menjadi bukti bahwa yang dikubur di makam-makam tersebut adalah muslim Jawa, bukan muslim non-Jawa.

Makam-makam di Tralaya tertua bertarikh 1281 M. Bukti arkeologis berikutnya adalah Masigit Agung (Masjid Agung) yang terletak di dekat pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit, tepatnya di sebelah selatan Lapangan Bubat, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Mojokerto.



Menurut laporan dari Tome Pires, masjid itu dibangun oleh muslim pribumi pada abad ke-14. Lapangan Bubat itu biasanya digunakan sebagai taman hiburan dan digelarnya turnamen serta pertunjukan oleh keluarga kerajaan.

Mengenai Masigit Agung ini dicatat pula oleh Kidung Sunda, sebuah kidung yang mencatat peristiwa Perang Bubat antara Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Pajajaran yang terjadi pada abad ke-14, tepatnya tahun 1357 M. Berikut ini isi Kidung Sunda:

Empat dari mereka yang dikirim adalah Patih Sunda, Anepaken, para demung, tumenggung yang berjuluk Penghulu Borang, dan Patih Pitar yang menemaninya. Para prajurit terpilih berjumlah 300 orang berjalan ke arah selatan. Mereka melaju terus tanpa henti hingga ke Masjid Agung.

Sebelum musuh mengetahui, mereka telah bersiap di Lapangan Wulajanggala. Dan, para tentara Majapahit berada di sekitar Pablantikan, Ampel Gading, dan Masjid Agung.

Kesemuanya disiapkan dalam kelompok yang tak terhitung jumlahnya sehingga perkemahan menjadi penuh.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
لَقَدۡ كَفَرَ الَّذِيۡنَ قَالُوۡۤا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الۡمَسِيۡحُ ابۡنُ مَرۡيَمَ‌ ؕ وَقَالَ الۡمَسِيۡحُ يٰبَنِىۡۤ اِسۡرَآءِيۡلَ اعۡبُدُوا اللّٰهَ رَبِّىۡ وَرَبَّكُمۡ‌ ؕ اِنَّهٗ مَنۡ يُّشۡرِكۡ بِاللّٰهِ فَقَدۡ حَرَّمَ اللّٰهُ عَلَيۡهِ الۡجَـنَّةَ وَمَاۡوٰٮهُ النَّارُ‌ ؕ وَمَا لِلظّٰلِمِيۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ
Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, Sesungguhnya Allah itu dialah Al-Masih putra Maryam. Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zhalim itu.

(QS. Al-Maidah Ayat 72)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More