Perayaan Maulid Nabi dalam Ayat-Ayat Al-Qur'an Menurut Alwi bin Ahmad

Senin, 03 Oktober 2022 - 05:15 WIB
Bukankah semua yang telah disebutkan merupakan ayyamullah (hari-hari Allah) yang mesti umat Islam ingat, supaya apa yang ditinggalkan Allah baik berupa pemberian maupun bencana menjadi sebuah pelajaran berharga bagi kaum muslimin, sehingga mereka dapat menyongsong masa depan berbekal pelajaran yang diberikan Allah melalui hari-hari penting tersebut.



Surat Maryam Ayat 33

Dalil keempat tentang Maulid Nabi dalam Al-Quran adalah surah Maryam [19] ayat 33. Allah SWT berfirman:

وَالسَّلٰمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُّ وَيَوْمَ اَمُوْتُ وَيَوْمَ اُبْعَثُ حَيًّا

“Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan hari aku dibangkitkan hidup (kembali).”

Dalam beberapa tempat, al-Quran menyebutkan ayat yang memberi isyarat akan pentingnya hari lahir. Misalnya ayat di atas—Maryam ayat 33—yang berbicara Nabi Isa ‘alaihissalam, dan Maryam ayat 15 yang khusus berbicara Nabi Yahya ‘alaihissalam.

Berkumpulnya dua ayat, yaitu ayat 15 dan 33 dalam satu surah yang sama, Maryam, menunjukkan bahwa hari-hari tersebut; hari kelahiran, hari wafat dan hari kebangkitan adalah sesuatu yang esensial. Supaya umat Muslim dapat memetik pelajaran dari pengutusan dua nabi, Nabi Isa dan Nabi Yahya, tersebut.

Penyebutan Al-Quran tentang tiga ‘hari’ tersebut memberi isyarat tidak langsung mengenai kekhususannya daripada ‘hari’ yang lain. Seperti halnya tiga dalil maulid Nabi dalam Al-Qur'an sebelumnya, coba renungkan lagi ayat di atas dengan menghadirkan Nabi Muhammad SAW sebagai subjek yang berucap. Di sinilah alasan mengenang dan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, wafatnya dan hari-hari bersejarah lainnya menjadi penting.

Pada hakikatnya, orang pertama yang mentradisikan perayaan hari lahir adalah Nabi Muhammad SAW sendiri dengan mengkhususkan hari lahir beliau dengan ibadah khusus pula, yaitu puasa di hari Senin. Itulah makna perayaan.

Ibn al-Haj (w. 737 H) dalam al-Madkhal ila Tanmiyah al-A’mal menarik istinbath dari riwayat tersebut dengan menyebutkan, “…tetapi, Nabi Muhammad SAW memberi isyarat akan keutamaan bulan ini (Rabiul Awal) dengan sabda beliau SAW ketika ditanya perihal puasa hari Senin yang beliau lakukan. “pada hari itulah aku dilahirkan,” begitu jawaban yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat. Dengan demikian, pemuliaan terhadap hari Senin merupakan pemuliaan juga terhadap bulan di mana beliau dilahirkan.”

Masih dalam al-Madkhal, Ibn al-Haj melanjutkan, “maka sudah seharusnya kita memuliakan hari dan bulan tersebut dengan sebenar-benarnya. Keutamaan yang terdapat pada waktu dan tempat tertentu itu ditunjukkan dengan ibadah-ibadah yang dikhususkan di dalamnya. Suatu masa dan tempat tidak menjadi mulia dengan sendirinya. Tetapi ia menjadi mulia karena ada makna spesial di dalamnya. Maka lihatlah pengistimewaan yang Allah lakukan pada hari Senin dan bulan Rabiul Awal tersebut.”

“Tidakkah Anda tahu, bahwa puasa pada hari Senin mengandung keutamaan yang agung? Pada hari itulah Nabi Muhammad Saw dilahirkan. Sudah semestinya bagi seorang Muslim untuk memuliakan, dan mengangungkan bulan ini (Rabiul Awal) dengan sebenar pemuliaan. Caranya dengan ber-ittiba’, mengikuti Nabi Muhammad, seperti halnya mengkhususkan waktu-waktu yang utama dengan memperbanyak amal kebaikan,” ujar Ibn al-Haj.



Surat al-Hajj Ayat 77

Dalil atau petunjuk ihtifal (perayaan) maulid Nabi berikutnya adalah surah al-Hajj ayat 77. Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ارْكَعُوْا وَاسْجُدُوْا وَاعْبُدُوْا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ۚ

“Wahai orang-orang yang beriman, rukuklah, sujudlah, sembahlah Tuhanmu, dan lakukanlah kebaikan agar kamu beruntung.”

Kata al-khair yang berarti kebaikan pada ayat tersebut merupakan isim jins yang menunjukkan banyak arti. Dengan kata lain, al-khair merupakan makna (kebaikan) yang umum.

Ketika menafsiri waf’alul khaira, Ibn Asyur dalam al-Tahrir wa al-Tanwir (1984) menukil perkataan Ibn Abbas, “(lakukanlah kebaikan) di antaranya silaturahmi dan akhlak yang mulia. Dan dari urutan dalam ayat tersebut tampak bahwa mereka (orang-orang beriman) diperintah untuk; pertama, sholat (salah satu praktik ibadah), kedua dengan ibadah (salah satu praktik kebaikan) dan yang ketiga melakukan kebaikan (ini lebih umum daripada ibadah). Artinya, Allah memulai ayat tersebut dengan sesuatu yang khusus (sholat), kemudian umum (ibadah), lalu yang lebih umum (al-khair; kebaikan).”
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
فَقَضٰٮهُنَّ سَبۡعَ سَمٰوَاتٍ فِىۡ يَوۡمَيۡنِ وَاَوۡحٰى فِىۡ كُلِّ سَمَآءٍ اَمۡرَهَا‌ ؕ وَزَ يَّـنَّـا السَّمَآءَ الدُّنۡيَا بِمَصَابِيۡحَ ‌ۖ وَحِفۡظًا ‌ؕ ذٰ لِكَ تَقۡدِيۡرُ الۡعَزِيۡزِ الۡعَلِيۡمِ
Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat (dengan bumi), Kami hiasi dengan bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah ketentuan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.

(QS. Fussilat Ayat 12)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More