Gara-Gara Ujub, Allah Ta'ala Menghukum Nabi Ini

Sabtu, 11 Juli 2020 - 05:00 WIB
Allah tidak mengatakan: Kekalahan itu akibat pasukan musuh yang jumlahnya jauh lebih besar dan lebih kuat. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
UJUB adalah penyakit hati yang berbahaya. Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam (SAW) menceritakan kisah tentang seorang nabi yang ujub karena jumlah pengikut dan tentaranya sangat banyak. Akibatnya Allah menghukumnya. Nabi ini disuruh memilih salah satu dari tiga perkara: dikuasai musuh, kelaparan, atau kematian.



Nabi ini memilih kematian. Maka, kemenangan mereka raih, tapi dalam waktu singkat, sehari, 70 ribu orang dari mereka mati. Jangan main-main dengan ujub.

Kisah dalam hadis ini diriwayatkan oleh Tirmidzi (2/236-237). Diriwayatkan oleh Muslim (8/229-231) dan Ahmad dalam riwayatnya (1/16-17).

Rasulullah menceritakan seorang Nabiyullah dengan umat yang besar jumlahnya dan tangguh. Dia melihat pemberian Allah ini dengan takjub. Dalam dirinya muncul kekaguman bahwa tidak ada yang mampu menghadapi umatnya, tidak ada yang bisa mengalahkannya.





Syaikh ‘Umar Sulaiman al-Asyqor dalam Kisah-Kisah Shahih Dalam Al-Qur’an dan Sunnah menjelaskan semestinya orang yang menduduki kursi kenabian tidak boleh bersikap demikian, karena ujub dengan diri sendiri atau dengan anak atau harta atau umat adalah penyakit yang buruk.

Nabi ini dihukum pada kaumnya. Allah meminta kepadanya untuk memilih bagi umatnya satu dari tiga perkara: dikuasai musuh, kelaparan, atau kematian.

Rasulullah SAW mendapati bahwa satu dari tiga hal itu bisa melemahkan, bahkan melenyapkan kekuatan sebuah umat. Allah ingin menghilangkan ujub yang ada di hati nabi itu dan umatnya.

Jika kelaparan yang menimpa, kekuatan mereka lenyap dan mudah untuk dikalahkan. Jika mati, jumlah mereka berkurang. Memilih satu dari tiga pilihan tadi adalah perkara yang membingungkan dan perlu pertimbangan yang matang. Nabi ini telah berunding dengan umatnya dan mereka menyerahkan perkara itu kepada sang nabi.



Para nabi diberi petunjuk dan langkahnya adalah lurus. Pilihan nabi ini cukup tepat. Dia memilih kematian, bukan kelaparan atau kekuasaan musuh yang berkuasa.

Jika seseorang yang hanya menimbang dengan tolok ukur dunia, niscaya dia memilih lain dari apa yang dipilih oleh nabi itu. Mungkin, sebagian orang yang berpikiran dangkal berpendapat bahwa pilihan tepat adalah musuh yang diberi kekuasaan karena mereka akan tetap hidup walaupun musuh bisa saja membunuh sebagian dari mereka.



Namun, nabi ini tidak rela jika kaumnya dihina dan diinjak-injak. Dan pembunuhan tidak bisa terelakkan jika musuh menguasai mereka. Kelaparan adalah masalah yang berat. Bisa jadi, kelaparan menjadi penyebab kekalahan, bahkan mungkin banyak yang mati karenanya.



Sedangkan, kematian adalah sesuatu yang pasti datang. Siapa yang hari ini tidak mati, dia akan mati besok atau lusa. Tidak ada tempat berlari dan berlindung dari kematian. Nabi ini memilih kematian untuk umatnya.

Orang-orang yang kembali kepada Tuhan mereka diharapkan bisa diterima di sisi-Nya. Orang-orang yang hidup sesudah mereka diharapkan bisa mengambil ibrah dari kehidupan yang dijalani. Bisa jadi, setelah mati, Allah menggantinya dengan ganjaran penuh kenikmatan.



Sebelum menetapkan pilihan, Nabi ini salat terlebih dahulu. Begitulah para nabi dan orang-orang saleh manakala menghadapi perkara besar. Mereka berdiri menegakkan salat. Maka, dia salat sebagaimana yang diajarkan Allah. Lalu, Allah memberinya taufik untuk memilih perkara yang paling ringan. Dia berkata kepada Tuhannya, "Adapun musuh dari selain mereka, maka jangan. Kelaparan juga jangan, akan tetapi kematian."

Selanjutnya, kematian menyebar di kalangan mereka seperti api yang merembet di hamparan rumput kering. Satu per satu umatnya mati. Kematian menjemput dan membinasakan generasi yang tumbuh. Dalam satu hari, ada 70 ribu orang meninggal.



Akibat ujub si nabi ini sangatlah mengerikan. Rasulullah khawatir, akibat seperti ini bisa menimpa para sahabatnya. Maka, beliau berdoa setelah salat, "Ya Allah, dengan-Mu aku berusaha, dengan-Mu aku melawan, dan dengan- Mu aku berperang."

Rasulullah mengingat kisah nabi ini. Dalam menghadapi musuh, nabi berpegang kepada Allah semata. Hanya dari Allah pertolongan dan kemenangan. Tiada daya dan kekuatan kecuali hanya dari-Nya.



Dan beliau mengingat kisah Nabi ini, maka beliau berdoa dengan doa seperti di atas kepada Allah, mengumumkan ketidakmampuan dan ketidakberdayaan serta hanya bergantung kepada kekuatan dan daya para sahabatnya. Dalam menghadapi musuh Nabi berpegang kepada Allah semata, tanpa selain-Nya. Hanya dari-Nya pertolongan dan kemenangan, dan tiada daya dan kekuatan kecuali hanya dengan-Nya.

Dua Perang

Al-Quran telah mengabadikan dua perang yang membuat pasukan muslim mengalami kekalahan. Dua perang itu adalah perang uhud dan perang Hunain. Allah abadikan untuk dijadikan pelajaran bagi orang-orang yang berpikir.



Adapun perang Uhud, kekalahan akibat sebagian pasukan pemanah menyelisihi perintah Nabi shallallahu alaihi wasallam agar tidak turun dari bukit baik menang maupun kalah. Namun mereka malah turun sehingga Allah berikan kekalahan. Allah Ta’ala berfirman:

أولما أصابتكم مصيبة قد أصبتم مثليها قلتم أني هذا قل هو من عند أنفسكم

“Apakah ketika kalian ditimpa musibah (di perang uhud) sementara kalian telah mendapatkan kemenangan dua kali lipat (di perang badar), kalianpun berkata: “Bagaimana kami bisa kalah? Katakan, “(Musibah kekalahan itu) berasal dari diri kalian sendiri” (QS. Ali Imron: 165).
Halaman :
Follow
Hadits of The Day
Dari Ibnu Umar dari Hafshah ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Tidak ada puasa bagi yang tidak berniat di waktu malamnya.

(HR. Sunan Ibnu Majah No. 1690)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More