Kisah Muslimah Amerika Ketika Suami dan Dirinya Mengidap AIDS

Rabu, 21 Desember 2022 - 05:15 WIB
Malik meninggal dunia tiga tahun yang lalu karena AIDS. Dia kembali menggunakan obat-obatan, dan dia melakukan sesuatu yang tidak pernah saya lihat selama 24 tahun mengenalnya: Dia menjadi seorang pemadat ulung. Akhirnya dia berhasil. Ketika telah kehabisan uang, Malik menyapu bersih dua deposito di bank, sebuah rekening koran; semua polis asuransi kami pun lenyap. Semuanya hilang ketika Malik meninggal. Bahkan saya harus meminta jasa kemasyarakatan untuk menguburkannya.

Pada hari dia meninggal saya berada di rumah. Saya bangun dan merasa aneh, saya tahu Malik telah meninggal. Saya tahu. Mereka menelepon saya dari rumah sakit. Saya tidak terkejut. Saya gembira Malik meninggal.

Saya bahagia penderitaannya telah berakhir, sebab dia telah mengalami neraka yang sebenarnya, dan saya selalu berkata kepadanya, bangkitlah dari kedunguanmu, berilah perlawanan! Jangan biarkan hal ini menguasaimu! Bukan begini cara untuk mati. Engkau tidak perlu merasa sengsara. Kesengsaraan, bagiku merupakan pilihan.

Saya tidak berhasil membuatnya sadar. Dia begitu sedih dan marah sehingga dia dibutakan oleh keadaan. Saya sampai pada keputusan bahwa saya tidak dapat membicarakan hal itu lebih jauh dengan Malik. Dia lama sekali tidak mendengarkan apa yang saya katakan. Dia mencabik-cabik tubuhnya sendiri dengan obat-obat tersebut. Saya yakin dia mati karena perasaan pedih dan marah. Perasaan itu memangsanya hidup-hidup.

Dia terserang AIDS yang telah menyebar ke seluruh tubuhnya sekitar dua tahun sebelum meninggal. Saya telah mengetahuinya --sebelum dia diperiksa.

Kami pergi melakukan sholat hari raya, di Prospect Park. Saya sedang berdiri dalam jarak yang agak jauh dari Malik, berbincang-bincang dengan seorang teman wanita. Lalu saya mendongak dan menatap Malik. Saya berkata pada diri sendiri, Ya Tuhan, dia telah terjangkit AIDS yang parah yang menyebar ke seluruh tubuhnya.

Saat itu dia tidak tampak kurus. Saya tidak pernah memberitahunya apa yang saya lihat. Ketakutan mencekam saya lebih dari segalanya, sebab sebagai Muslim kami diajarkan untuk tidak takut terhadap apa pun kecuali Allah. Saya meyakini hal ini.

Malik takut dikucilkan. Dia takut direndahkan. Dia takut orang lain tahu bahwa dia kacau balau, bahwa dia telah membuat kesalahan.

Kadang-kadang seorang Muslim ingin orang lain mempercayai bahwa dia tidak pernah melakukan kesalahan, atau dia tidak dapat berbuat kesalahan. Tetapi kita manusia. Kita selalu berbuat kesalahan dari waktu ke waktu. Allah menyatakan hal itu dalam Al-Quran. Begitulah cara Dia menciptakan kita.

Begitulah cara orang-orang Muslim menangani hal itu. Mereka lebih takut terhadap apa yang dipikirkan orang lain daripada kenyataan bahwa mereka mengidap virus itu. Saya tidak dapat mengerti hal itu. Sebab saya masih tetap berpendapat kami orang Islam. Jika Anda mengucapkan, La ilaha illa Allah, Anda telah mengikrarkan janji pada Allah. Anda harus percaya pada Allah bahwa Dia akan memimpin Anda, membimbing Anda, bersama Anda di mana pun Anda berada. Saya menjadi lebih memahami hal itu sejak saya mengidap virus tersebut.



Terbitkan Jurnal

Pada awalnya saya merasa takut menerbitkan laporan berkala ini. Penerbitan itu telah berumur dua tahun. Saya menginginkan nama para imam agar saya dapat mengirimkan laporan berkala itu kepada mereka. Saya membeli buku petunjuk Muslim yang memuat alamat segala macam bisnis dan organisasi. Dalam waktu satu tahun jurnal itu telah mencapai oplah lebih dari 900 eksemplar.

Tujuan penerbitan jurnal itu sebenarnya adalah untuk memberikan informasi yang sebagian besar orang tidak tahu bagaimana cara mendapatkannya. Sebagian besar orang tidak mau pergi ke organisasi AIDS untuk mencari keterangan tentang hal tersebut. Terutama orang-orang Muslim.

Saya memberikan informasi secara gamblang. Saya memasukkan dalam tulisan saya surat-surat dari Al-Quran sehingga orang dapat membaca sesuatu yang benar-benar meresap ke dalam hati. Ayat-ayat itu menjadi peringatan-peringatan kecil.

Saya mendapatkan beberapa tanggapan bernada marah lewat surat dan telepon: Mengapa seorang Muslimah membeberkan segala macam tentang AIDS?

Membeberkan "masalah" apa? Saya memberi Anda informasi. Anda mungkin berpikir Anda tidak membutuhkannya? Berapa banyak rekan wanita yang berada dalam situasi seperti yang saya alami? Hidup didampingi pria yang kecanduan narkotika? Banyak orang berganti-ganti suami dan istri seperti berganti kaus kaki. Laki-laki boleh memiliki lebih dari satu istri.

Seorang rekan pria Muslim dari Sri Lanka yang tinggal di Manhattan menulis kepada saya sepucuk surat yang manis, menerangkan bagaimana dia dulu terbiasa melakukan tindakan-tindakan tercela ketika baru datang ke Amerika Serikat, dan bagaimana sekarang dia kembali mengenakan thobe dan kufi-nya, dan dia akan mencari seorang Muslimah yang baik untuk diperistri dan hidup bahagia bersamanya selamanya.

Dia memberitahu saya jika saya telah menemukan diri saya kembali (bertobat) dan tidak lagi melakukan apa pun yang pernah saya lakukan, maka Allah tidak akan menghukum saya dengan penyakit AIDS.

Saya menjadi marah. Betapa beraninya Anda berpendapat bahwa saya telah berbuat salah, dan hal itu menunjukkan pada saya tingkat kebodohan Anda!
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
وَاسۡتَعِيۡنُوۡا بِالصَّبۡرِ وَالصَّلٰوةِ ‌ؕ وَاِنَّهَا لَكَبِيۡرَةٌ اِلَّا عَلَى الۡخٰشِعِيۡنَۙ (٤٥) الَّذِيۡنَ يَظُنُّوۡنَ اَنَّهُمۡ مُّلٰقُوۡا رَبِّهِمۡ وَاَنَّهُمۡ اِلَيۡهِ رٰجِعُوۡنَ (٤٦)
Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat. Dan shalat itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, yaitu mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.

(QS. Al-Baqarah Ayat 45-46)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More