Orientalis Ini Bilang Kebangkitan Islam Menyerupai Kebangkitan Kristen

Rabu, 25 Januari 2023 - 05:15 WIB
loading...
Orientalis Ini Bilang Kebangkitan Islam Menyerupai Kebangkitan Kristen
William Montgomery Watt. Foto/Ilustrasi: AP/masjidma
A A A
Orientalis dari Britania Raya, William Montgomery Watt (1909-2006), menyebut gambaran penting dua dekade terakhir adalah kebangkitan Islam . "Sungguhpun kebangkitan Islam ini menyerupai gerakan-gerakan kebangkitan Kristen --meskipun ada perbedaan di antara keduanya-- malahan istilah 'kebangkitan' itu sendiri dapat dipertahankan," ujarnya.

Pernyatakan William Montgomery Watt ini disampaikan dalam buku yang diterjemahkan Zaimudin berjudul "Titik Temua Islam dan Kristen, Persepsi dan Salah Persepsi" (Gaya Media Pratama Jakarta, 1996). Menurutnya, kebangkitan Islam juga diberi karakter fundamentalisme atau tradisionalisme.

"Fundamentalisme Islam ini tidak identik dengan fundamentalisme Kristen, terutama merupakan fenomenon Protestan; 'integralisme' - 'integrisme' yang paling dekat dengan terma bahasa Perancis dan Katolik Roma, namun memberi makna yang berbeda juga," jelasnya.



Satu faktor penting yang mendasari timbulnya kebangkitan itu adalah perasaan luas di antara kaum muslimin umumnya yang kehilangan identitas Islam. Kaum muslimin yang kehilangan identitas Islamnya ini melihat kota-kota yang dibanjiri dengan benda-benda kekayaan barat, mulai dari mobil dan televisi sampai kepada kebutuhan akan pakaian baik untuk kaum wanita maupun pria, sementara para penganut Islam terdidik telah mengadopsi gaya hidup barat.

"Bahkan dalam kehidupan publik membawa kaum muslimin sadar akan keterbelakangan negeri-negeri Islam dan ketidakberdayaan mereka untuk melakukan banyak hal seperti yang dilakukan oleh negeri-negeri barat; dan yang mempercepat jatuhnya bangsa manusia biasa," ujar profesor Studi-studi Arab dan Islam pada Universitas Edinburgh antara tahun 1964-1979 ini.

Di sana juga mesti ada yang menjadi memori arogan nafsu superior bangsa Eropa si penjajah lebih dari satu abad lamanya itu, telah menjadikan kaum muslimin sebagai rendah terhadap dirinya sendiri dan tidak ada jalan untuk menyamakan kedudukannya sebagai manusia.

Aspek keagamaan juga memberi andil kondisi di atas. Mungkin tidak semua kaum muslimin awam sadar akan kritik-kritik terperinci terhadap Islam sebagai agama. Akan tetapi sebagian besar kaum muslimin mempunyai ide bahwa umat Kristen barat mengasumsikan Islam menjadi sesuatu yang salah dan agama Islam sebagai agama yang rendah dan menolak sebagian terbesar klaim-klaimnya itu.



Ketinggalan Zaman

Sekadar mengingatkan Montgomery Watt adalah pendeta (reverend) pada Gereja Episkopal Skotlandia, dan pernah menjadi spesialis bahasa bagi Uskup Yerusalem antara tahun 1943-1946. Ia menjadi anggota gerakan ekumenisme "Iona Community" di Skotlandia pada 1960. Beberapa media massa Islam pernah menjulukinya sebagai "Orientalis Terakhir".

Berikut selengkapnya tulisan Montgomery Watt:

Berbeda dengan kritik Kristen terhadap Islam, ada ketegangan dalam pemikiran bangsa Eropa yang memperkenankan ide-ide Pencerahan yang anti-agama dan Islam dianggap sebagai zaman pertengahan, ketinggalan zaman dan tidak berharga.

Sementara di sebagian ulama rupanya juga telah menyadari kejadian ini dan telah terluka secara mendalam lantaran ulama ini menganggap Islam sebagai agama final dan sempurna. Jadi dalam berbagai cara, agama juga merupakan faktor yang mendasari kebangkitan.

Bentuk aliran fundamentalis ini dipegang oleh kebangkitan yang dikaitkan dengan kepemimpinan yang diberikan oleh ulama. Inilah yang rupanya berjasa pada perasaan manusia biasa yang kehilangan identitas dan mereka menjadi lebih sadar akan hina-dinanya Islam. Bahkan malah mereka sadar akan berapa banyak mereka sebagai kelas sosial yang telah menderita karena perubahan-perubahan yang terjadi selama abad belakangan ini.

Terkadang dikatakan dalam pembukaan bab ini tentang perkembangan sistem alternatif dari pendidikan dan hukum di Kerajaan Ottoman. Terkadang seolah akhirnya terjadi di sebagian terbesar negeri Islam yang lain, walaupun ulama dalam hal ini sudah tidak terorganisir secara baik.

Sungguhpun demikian, dimanapun adanya ulama sadar bahwa mereka ini sekarang mempunyai lebih-kurang kekuasaan ketimbang para leluhurnya. Bilamana waktunya menguntungkan, mereka pasti akan berikhtiar untuk mendapatkan kepemimpinan kenegaraan untuk menyetujui bahwa harus ada sekelompok ulama untuk mengecek ciri khas undang-undang Islam yang diidam-idamkan. Namun pada umumnya para negarawan yang menolak itu, mengetahui bahwa kebanyakan ulama itu tidak bersinggungan dengan problema-problema yang terjadi akhir-akhir ini.



Lebih dari itu, ulama mulai menyatakan bahwa semua itu akan baik manakala kaum muslimin kembali kepada praktik Islam yang ideal masa Nabi Muhammad SAW dan zaman Khulafa' al-Rashidin yang pertama.

Sekalipun menyokong program ini, ulama juga bersikeras bahwa kaum muslimin hendaknya secara tegas taat-setia kepada bayangan tradisionalnya sendiri sebagaimana yang dirancang pada zaman pertengahan. Saya hendak menyatakan bahwa bayangan-diri pada waktu yang lama dalam buku saya Islamic Fundamentalism and Modernity [39], dan tidak mungkin akan mengulangi deskripsinya di sini.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2427 seconds (0.1#10.140)