Jurang Pemisah antara Islam dan Kristen Menurut Montgomery Watt
loading...
A
A
A
Di masa depan diduga tak mungkin satu agama tertentu itu menjadi agama monolitik tunggal bagi seluruh dunia, sungguhpun hal itu diidam-idamkan. Apa yang diharapkan tiap agama, sebagai akibat dialog, mencapai pemahaman akan kebenaran agama-agama lain dan menggabungkan kebenaran ini ke dalam visi atau gambaran dunianya sendiri.
Sekalipun tidak mengapresiasikan penonjolan-penonjolan agama lain, tiap pemeluk agama menahan diri dari deklarasi publik kesalahan masing-masing agama, bahkan tiap penonjolan agama tersebut sebagai masalah-masalah pokok yang tidak perlu dibicarakan secara terbuka.
Pada inti sikap hormat yang timbul pada agama-agama ini, akan menjadi persetujuan tentang karakter tidak tepatnya konsep-konsep agama dan penyajian-penyajian historis, baik yang disebut mythic, iconic maupun oleh nama-nama lain, yang mengabsahkan agama-agama ini sikap saling mengakui satu sama lain bagi pemeluknya.
Secara ideal, berbagai agama itu satu sama lain melihat sebagai saling melengkapi bukan malah saling memusuhi satu sama lain, karena masing-masing agama itu melahirkan kesaksian kepada aspek-aspek kebenaran ilahiah tertentu yang tidak diungkapkan, atau malah diungkapkan secara penuh pada agama yang lain.
Ini tidak mencegah tiap agama untuk memikirkan kesaksian akan kebenaran yang lebih penting ketimbang kesaksian kebenaran dari agama-agama lain. Secara langsung, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, tidak ada kriteria tingkatan kebenaran yang didapatkan pada agama-agama yang berbeda, melainkan harus dinilai oleh hasil-hasil yang dibuahkan pada kehidupan anggota pemeluk tiap agama itu sendiri; dan ini bukanlah sesuatu yang dapat diselesaikan bagi semua. Bahkan tantangan untuk menghasilkan hasil-hasil yang bermanfaat akan terus berlangsung sampai yang akan datang dalam pergantian abad ke abad, dan dari sini tidak ada yang lepas.
Sekalipun tidak mengapresiasikan penonjolan-penonjolan agama lain, tiap pemeluk agama menahan diri dari deklarasi publik kesalahan masing-masing agama, bahkan tiap penonjolan agama tersebut sebagai masalah-masalah pokok yang tidak perlu dibicarakan secara terbuka.
Pada inti sikap hormat yang timbul pada agama-agama ini, akan menjadi persetujuan tentang karakter tidak tepatnya konsep-konsep agama dan penyajian-penyajian historis, baik yang disebut mythic, iconic maupun oleh nama-nama lain, yang mengabsahkan agama-agama ini sikap saling mengakui satu sama lain bagi pemeluknya.
Secara ideal, berbagai agama itu satu sama lain melihat sebagai saling melengkapi bukan malah saling memusuhi satu sama lain, karena masing-masing agama itu melahirkan kesaksian kepada aspek-aspek kebenaran ilahiah tertentu yang tidak diungkapkan, atau malah diungkapkan secara penuh pada agama yang lain.
Ini tidak mencegah tiap agama untuk memikirkan kesaksian akan kebenaran yang lebih penting ketimbang kesaksian kebenaran dari agama-agama lain. Secara langsung, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, tidak ada kriteria tingkatan kebenaran yang didapatkan pada agama-agama yang berbeda, melainkan harus dinilai oleh hasil-hasil yang dibuahkan pada kehidupan anggota pemeluk tiap agama itu sendiri; dan ini bukanlah sesuatu yang dapat diselesaikan bagi semua. Bahkan tantangan untuk menghasilkan hasil-hasil yang bermanfaat akan terus berlangsung sampai yang akan datang dalam pergantian abad ke abad, dan dari sini tidak ada yang lepas.
(mhy)