Jurang Pemisah antara Islam dan Kristen Menurut Montgomery Watt

Sabtu, 28 Januari 2023 - 09:37 WIB
loading...
A A A
Ada tiga kemungkinan, berikhtiar untuk tetap mengisolasi, ada mata rantai Islam, dan mungkin agama-agama yang lain, yang bermanfaat ini. Namun keberadaan yang terpisah-pisah ini tidak dapat berjalan di dunia hari ini kecuali keberadaan itu diisi untuk menutup dirinya pada suatu ghetto. Baik Kristen maupun Islam ikut serta dalam misi, sekalipun banyak orang muslim yang berusaha mempertahankan apa yang mereka yakini berbeda dengan apa yang diyakini oleh umat beragama Kristen.

Dalam bahasa Arab pekerjaan misioner umat Kristen ini biasanya adalah tahshir, pengkabaran atau penyebaran warta-warta yang baik, namun dengan konotasi-konotasi yang tidak dapat disetujui, dimana misi Islam disebut dakwah, memanggil atau mengajak kepada Islam, untuk tunduk menyerahkan diri kepada Allah; dan "Masyarakat Dakwah Islam" adalah nama yang diberikan oleh Kolonel Qadhafi kepada asosiasi para da'i yang dia dukung.

Untuk memahami dugaan perbedaan ini akan membantu mempertimbangkan apa yang terlibat pada konversi dari satu kelompok agama ke kelompok agama yang lain. Pada semua konversi ini ada dua faktor yang berpengaruh; yakni faktor komunal dan faktor personal.

Pada awal ekspansi Kristen di tengah umat kufur, faktor komunal yang penting adalah adanya kevakuman spiritual yang berlaku umum di masyarakat, maka dengan sendirinya mungkin berhasil menciptakan perdamaian di area yang luas itu di Roma, Pax Romana. Berbagai macam agama baru berikhtiar mengisi vacuum ini.

Banyak orang kufur menarik agama Yahudi di kota-kota Kerajaan, namun secara penuh tidak dapat menerima persyaratan-persyaratan ritual Yahudi yang mempertahankan bangsa Yahudi tetap berada pada keterasingan parsial dari tetangga-tetangganya.

Dalam ekspansi Islam di negeri-negeri Islam, faktor komunal yang memberi sumbangan terjadinya konversi adalah status sosial yang rendah dari anggota-anggota minoritas yang dilindungi.



Pada abad sembilan belas terjadi ekspansi Kristen di Asia, Afrika dan tempat-tempat lain, faktor komunal yang penting adalah hasrat untuk memberi sumbangan kepada peradaban bangsa Eropa; dan ini masih semakin meluas.

Perbedaan yang dibuat oleh kaum muslimin antara dakwah Islam dan misi Kristen barangkali didasarkan pada fakta bahwa kaum muslimin ini harus menyandarkan pada seluruh faktor personal, karena di negeri-negeri barat tidak ada faktor komunal yang memperkembangkan perpindahan agama ke Islam.

Bilamana agama-agama itu hidup berdampingan secara damai, dapatkah konversi agama diperbolehkan? Mungkin harus disepakati bahwa perbuatan menarik pemeluk agama untuk masuk ke suatu agama itu seharusnya dilarang, maksudnya, kegiatan-kegiatan yang tujuan utamanya mengganggu orang yang beragama lain agar tidak mampu hidup lebih penuh dan mencapai kehidupan yang lebih berarti; namun tujuan utamanya adalah berusaha untuk menambah jumlah pemeluknya agar masuk ke kelompok agamanya sendiri.

Tiap aktivitas acapkali melibatkan apa yang dipandang agama lain sebagai memanfaatkan faktor-faktor komunal secara tidak jujur. Walaupun demikian, dimana hanya faktor personal yang terlibat di dalamnya, rupanya ada banyak kasus luar biasa dimana suatu perubahan agama itu sangat diperlukan atau bahkan esensial bagi kesejahteraan pribadi.

Di sini perpindahan agama hendaknya diperbolehkan; kecuali tiap-tiap kasus yang terjadi itu jarang merupakan pengecualian. Secara umum, kesejahteraan individual itu merupakan tujuan paling penting yang hendak dicapai manakala orang ini masih tetap berada pada kultur agama yang dibawanya. Pada sisi ini, misi digantikan oleh dialog.

Dialog dapat dilakukan dengan berbagai tingkatan formalitas dan informalitas. Bahkan saya sendiri beberapa tahun yang lalu telah melakukan studi ilmiah agama lain, dapat dikatakan terlibat pada dialog batiniah. Kondisi esensial dialog ini adalah dari para peserta akan bertemu sebagai sama, dan bahkan sama sejajar.

Meskipun tiap pribadi pemeluk agama itu tetap setia kepada agamanya sendiri, masing-masing merasa bahwa satu sama lain dapat memberi dan menerima. Tujuan dialog adalah agar masing-masing golongan agama tertentu hendaknya mendapatkan pemahaman yang lebih baik terhadap agama lain. Namun pengalaman menunjukkan bahwa mereka seolah-olah mendapatkan wawasan lebih mendalam dalam kepercayaan masing-masing agamanya sendiri.

Barangkali sebagian pemeluk Kristen merasa bahwa untuk ikut dalam dialog ini adalah berarti menjauhkan perintah Kristus untuk mengabarkan ajaran Injil kepada setiap makhluk; dan sebagian pemeluk muslim dapat mempunyai hubungan perasaan.

Sementara tiap perasaan itu adalah salah secara mendasar. Dalam dialog, kita menyaksikan iman kita dan ini merupakan jalan untuk mengabarkan ajaran itu.



Dalam beberapa kejadian ini dapat menjadi cara yang lebih efektif untuk memproklamirkan iman ketimbang metode-metode tradisional. Akibatnya orang mengatakan, "Aku pernah mendapatkan sesuatu yang bagus dan aku ingin memberi andil dialog itu kepadamu."

Dengan kata lain, orang menunjukkan kesaksian terhadap nilai-nilai positif iman kita, namun untuk melakukan hal ini dengan baik tanpa memperbandingkan keimanan satu dengan keimanan yang lain sehingga merugikan pemeluk agama lain. Walaupun demikian, setelah kesaksian itu lahir pada jalan ini maka harus terbuka untuk para pendengar agar menanggapi kesaksian itu dalam termanya masing-masing.

Sebagaimana agama-agama melihat masa depan pada satu dunia yang timbul itu dimana agama-agama itu hidup bersama satu sama lain, sebagian besar pemeluk masing-masing agama mengharapkan hidup berdampingan secara damai itu akan ditemukan.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4488 seconds (0.1#10.140)