Kisah Sufi Shaikh-Pir Shattari: Dua Arti Toko Lampu

Rabu, 08 Februari 2023 - 13:34 WIB
loading...
A A A
"Saudara benar, tetapi ada syaratnya, dan juga sedikit keterangan. Saya ragu apakah Saudara telah diberitahu tentang hal itu."

"Apa itu?"

"Syarat untuk bisa membaca dengan lampu adalah bahwa Saudara sudah bisa membaca."

"Saudara tidak bisa membuktikannya!"

"Tentu tidak pada malam gelap seperti ini."

"Oh ya, apa itu 'sedikit keterangan'?"



"Sedikit keterangan itu adalah bahwa Toko Lampu itu masih berada di sana, tetapi lampu-lampunya sudah dipindah ke tempat lain."

"Saya tidak tahu apa 'Lampu' itu sebenarnya; yang jelas, tampaknya Toko Lampu adalah tempat menyimpan alat tersebut. Itu sebabnya ia disebut Toko Lampu."

"Tetapi, 'Toko Lampu' bisa memiliki dua arti yang berbeda, yang bertentangan. Yang pertama, 'Tempat di mana lampu-lampu bisa diperoleh,' dan yang kedua, 'Tempat di mana pernah lampu-lampu bisa diperoleh, tetapi kini tidak lagi.'"

"Saudara tidak bisa membuktikan keterangan itu!"

"Saudara akan tampak seperti orang tolol bagi orang-orang lain."

"Tetapi, ada banyak orang yang akan menyebut Saudara orang tolol. Meskipun mungkin Saudara tidak seperti itu. Saudara barangkali punya maksud tersembunyi, menyuruh saya pergi ke tempat lampu-lampu yang dijual oleh teman Saudara. Atau, mungkin Saudara tidak ingin saya mempunyai lampu sama sekali."

"Saya lebih buruk dari yang Saudara bayangkan. Alih-alih menjanjikan Saudara 'Toko Lampu' dan membiarkan Saudara beranggapan bahwa Saudara akan menemukan pemecahan masalah Saudara di sana, saya pertama-tama akan mencari tahu apakah Saudara bisa membaca. Saya bisa mengetahuinya apabila Saudara berada di dekat toko semacam itu. Atau, apakah lampu bisa didapatkan bagi Saudara dengan cara lain."

Sejenak kedua lelaki itu saling memandang, dengan sedih. Kemudian, masing-masing beranjak pergi.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4136 seconds (0.1#10.140)