Ketika Sultan Muhammad Al-Fatih Ubah Daratan Menjadi Lautan

Sabtu, 18 Juli 2020 - 11:59 WIB
loading...
A A A
lde Jenius
Sultan tampak dikaruniai pemikiran cemerlang. Beliau bermaksud memindahkan kapal-kapal dari pangkalan armada Utsmani di Bayskatasy ke Tanduk Emas. Pemindahan ini dilakukan dengan menarik kapal-kapal lewat darat, dari satu pelabuhan menuju pelabuhan lain.

Kapal-kapal itu harus dijauhkan dari Galata, karena khawatir kapal-kapal itu akan mendapat serangan dari arah selatan. Jarak antara dua pelabuhan tersebut sekitar 3 mil. Tanah yang dilewati bukanlah tanah datar, melainkan berupa tanah rendah dan bebukitan yang belum dijamah.

Menurut Ash-Shalabi, untuk melaksanakan rencana, Sultan Muhammad Al-Fatih segera mengumpulkan komandan-komandan perang dan mengemukakan ide tersebut. Dia mengutarakan secara pasti rencana perang ke depan.

lde itu ternyata mendapat sambutan yang sangat hangat dan penuh semangat. Para komandan yang hadir di tempat tersenyum kegirangan, menyatakan kekaguman terhadap ide Sultan Muhammad.

Mulailah Sultan Muhammad Al-Fatih melaksanakan rencana itu. Dia memerintahkan agar tanah di antara kedua pelabuhan itu segera didatarkan. Dalam jangka waktu yang tidak lama, tanah itu telah rata.

Kemudian didatangkan kayu-kayu yang telah dilapisi minyak dan lemak. Kayu-kayu tersebut disusun di atas tanah yang akan dilalui perahu, sehingga perahu bisa meluncur di atas daratan.



Hal yang paling sulit dari proyek spektakuler itu ialah, pemindahan perahu-perahu itu dari wilayah perbukitan yang tinggi. Bagaimana caranya? Alhamdulillah, kapal-kapal milik pasukan Utsmani umumnya termasuk berukuran kecil dan ringan, sehingga sangat memungkinkan ditarik untuk melewati bukit-bukit.

Maka kapal-kapal itu pun mulai dikeluarkan dari Selat Bosphorus naik ke darat. Di sana ia dinaikkan ke atas kayu-kayu licin, lalu pasukan Utsmani mulai menarik perahu-perahu itu menuju Teluk Tanduk Emas. Jarak penarikan ini sekitar 3 mil. Hingga akhirnya, kapal-kapal tersebut sampai di titik yang aman dan dilabuhkan di Tanduk Emas.


Malam itu tentara Utsmani mampu menarik lebih dari 70 kapal dan dilabuhkan di Tanduk Emas. Hal itu dilakukan di tengah kelengahan musuh dan menggunakan cara yang sangat tidak lazim. Upaya tersebut, diawasi Sultan secara langsung dari jarak yang aman dan tidak bisa dijangkau musuh.

Menurut Ash-Shalabi, upaya menarik kapal melalui daratan, dengan beralaskan kayu-kayu yang telah dilapisi oleh minyak dan lemak, merupakan kejadian spektakuler. Ia adalah “maha karya” besar di dunia militer. Belum pernah ada yang melakukan teknik tersebut, selain pasukan Turki Utsmani dipimpin Sultan Muhammad Al Fatih. Tidak berlebihan, jika Nabi memuji komandan pasukan ini sebagai sebaik-baik komandan dan pasukan.

Tatkala orang-oranh Byzanium mengetahui keadaan itu, mereka sangat kaget. Tak seorang pun di antara mereka percaya, bahwa pasukan Utsmani akan melakukan langkah gila tersebut. Namun realitas yang ada di hadapan mereka membuat mereka geleng geleng kepala.



Nah, itulah bentuk semangat tinggl: kecerdasan, serta kemauan yang kuat, Jika Sultan Utsmani mendengarkan bujuk rayu perdana menterinya, pascakekalahan armada lautnya, jelas prestasi besar ini tak akan pernah terwujud.

Pemandangan kapal dengan bendera-bendera yang terpancang tinggi, berjalan di tengah-tengah ladang seperti gelombang yang menyapu lautan. Pemandangan ini demikian mengejutkan sekaligus sangat mengagumkan.

Ash-Shalabi mengatakan ini semua kembali kepada karunia Allah dan kemauan kuat Sultan serta kecerdasannya yang luar biasa. “Tidak dilupakan ialah jasa insinyur-insinyur Utsmani yang cakap, teliti, dan penuh semangat, untuk mewujudkan sebuah maha karya yang akan selalu dikenang sejarah, sampai saat ini,” tuturnya. ( )

Semua upaya menakjubkan itu selesai hanya dalam jangka waktu semalam. Pada saat Subuh pagi tanggal 22 April, penduduk Kota Konstantinopel yang sedang lelap dalam tldurnya; tiba-tiba terbangun mendengar suara takbir bersahut-sahutan dari seruan ribuan tentara Utsmani.

Genderang perang telah ditabuh bertalu-talu, nasyid-nasyid pengobar semangat menggema di Tanduk Emas. Penduduk Konstantinopel dikejutkan oleh datangnya perahu-perahu Utsmani yang telah menguasai perairan.

Kini tidak ada lagi penghalang antara pasukan Byzantium yang mempertahankan Konstantinopel dengan tentara-tentara Utsmani. Penghalang berupa rantai-rantai raksasa itu sudah dilewati. Perang besar telah tersaji di depan mata; siap membunuh atau dibunuh. Tinggal pilih saja. ( )

Salah seorang ahli sejarah tentang Byzantium menyatakan kekagumannya atas teknik yang ditempuh pasukan Utsmani itu. Dia berkata, “Kami tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengar sebelumnya, sesuatu yang sangat luar biasa seperti itu. Muhammad Al-Fatih telah mengubah bumi menjadi lautan dan dia menyeberangkan kapal-kapalnya di puncak-puncak gunung sebagai pengganti gelombang-gelombang. Sungguh cara seperti itu jauh melebihi apa yang dilakukan oleh Alexander Agung.“
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1399 seconds (0.1#10.140)