4 Tingkat Keimanan kepada Qadar Menurut Syaikh Al-Utsaimin
loading...
A
A
A
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin mengatakan iman kepada Qadar adalah salah satu dari enam rukun iman yang telah dijelaskan Rasulullah SAW kepada malaikat Jibril ketika bertanya tentang iman.
"Iman kepada Qadar adalah masalah yang sangat penting. Banyak orang yang telah memperdebatkan tentang Qadar sejak zaman dahulu, sampai hari inipun mereka masih memperdebatkan. Akan tetapi kebenaran masalah tersebut, walillah al-Hamd, sangat jelas dan tidak perlu diperdebatkan lagi," ujarnya dalam kitab "Al-Qadha' wal Qadar".
Menurutnya, yang dimaksud dengan iman kepada Qadar adalah kita mempercayai (sepenuhnya) bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu, sebagaimana firman-Nya. "Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya" ( QS al-Furqaan : 2)
"Kemudian ketetapan yang telah ditetapkan Allah selalu sesuai dengan kebijakan-Nya dan tujuan mulia yang mengikutinya serta berbagai akibat yang bermanfaat bagi hamba-Nya, baik untuk kehidupan (dunia) maupun akhiratnya," jelasnya.
Syaikh Al-'Utsaimin mengatakan iman kepada Qadar berkisar empat tingkat keimanan.
1. Ilmu (Allah), yakni mempercayai dengan sepenuhnya bahwa ilmu Allah SWT meliputi segala sesuatu, baik di masa lalu, sekarang maupun yang akan datang, baik yang berhubungan dengan perbuatan-Nya maupun perbuatan hamba-Nya.
Dia (Allah) meliputi semuanya, baik secara global maupun rinci dengan ilmu-Nya yang menjadi salah satu sifat-Nya sejak azali dan selamanya (tak ada akhirnya). Dalil-dalil tentang tingkatan ini banyak sekali.
Allah telah berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak ada rahasia lagi bagi-Nya segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit" [ QS Ali-Imran : 5]
Dia juga berfirman: "Bagi-Nya kunci-kunci segala sesuatu yang gaib yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia. Dia mengetahui apa yang di darat dan di laut dan tidak ada sehelai daunpun yang gugur kecuali Dia mengetahui-Nya dan tidak ada satu benihpun di kegelapan bumi dan tak ada sesuatupun yang kering dan basah kecuali ada di dalam kitab yang jelas" [ QS Al-An'am : 59]
Dia juga berfirman: "Sesungguhnya Aku telah menciptakan manusia dan Aku mengetahui apa yang dibbisikkan hatinya" [QS Qaf : 16]
Dia juga berfirman: 'Allah mengetahui segala sesuatu" [QS Al-Baqarah : 283]
"Dan masih banyak lagi ayat-ayat lain yang menunjukkan pengetahuan Allah pada segala sesuatu, baik secara global maupun rinci," ujar Al-'Utsaimin.
Menurutnya, dalam tingkatan ini barangsiapa yang mengingkari Qadar maka dia kafir, karena dia mendustakan Allah dan Rasul-Nya serta ijma' kaum muslimin dan meremehkan kesempurnaan Allah. Karena kebalikan ilmu adalah mungkin bodoh atau alpa dan keduanya berupa aib (cacat).
Allah telah berfirman tentang Nabi Musa ketika dia ditanya oleh Fir'aun.
"Maka apa saja yang telah terjadi di abad-abad terdahulu, dia (Musa) menjawab : Pengetahuan tentang itu di sisi Rabb-ku di dalam kitab yang Rabb-ku tidak akan salah dan alpa ( di dalamnya)" [QS Thaha : 51-51]
Maka Allah tidak akan bodoh terhadap sesuatu yang akan datang dan tidak akan melupakan sesuatu yang telah lewat.
2. Beriman kepada Allah telah menulis ketetapan segala sesuatu sampai terjadi hari kiamat, karena ketika Dia menciptakan Qalam, Dia berfirman kepadanya: "Tulislah", kemudian dia (Qalam) berkata : "Hai Tuhanku, apa yang aku tulis?" Dia berfirman : "Tulislah (dalam hadits yang lain. "Tulislah takdir segala sesuatu hingga hari kiamat") semuanya yang terjadi", kemudian dia (Qalam) seketika berjalan menulis segala sesuatu yang terjadi sampai hari kiamat. Maka Allah telah menulis di Lauh Mahfudz ketetapan segala sesuatu.
Tingkatan ini telah ditunjukkan oleh firman Allah. "Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah" [QS Al-Hajj : 70]
"Iman kepada Qadar adalah masalah yang sangat penting. Banyak orang yang telah memperdebatkan tentang Qadar sejak zaman dahulu, sampai hari inipun mereka masih memperdebatkan. Akan tetapi kebenaran masalah tersebut, walillah al-Hamd, sangat jelas dan tidak perlu diperdebatkan lagi," ujarnya dalam kitab "Al-Qadha' wal Qadar".
Menurutnya, yang dimaksud dengan iman kepada Qadar adalah kita mempercayai (sepenuhnya) bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu, sebagaimana firman-Nya. "Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya" ( QS al-Furqaan : 2)
"Kemudian ketetapan yang telah ditetapkan Allah selalu sesuai dengan kebijakan-Nya dan tujuan mulia yang mengikutinya serta berbagai akibat yang bermanfaat bagi hamba-Nya, baik untuk kehidupan (dunia) maupun akhiratnya," jelasnya.
Syaikh Al-'Utsaimin mengatakan iman kepada Qadar berkisar empat tingkat keimanan.
1. Ilmu (Allah), yakni mempercayai dengan sepenuhnya bahwa ilmu Allah SWT meliputi segala sesuatu, baik di masa lalu, sekarang maupun yang akan datang, baik yang berhubungan dengan perbuatan-Nya maupun perbuatan hamba-Nya.
Dia (Allah) meliputi semuanya, baik secara global maupun rinci dengan ilmu-Nya yang menjadi salah satu sifat-Nya sejak azali dan selamanya (tak ada akhirnya). Dalil-dalil tentang tingkatan ini banyak sekali.
Allah telah berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak ada rahasia lagi bagi-Nya segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit" [ QS Ali-Imran : 5]
Dia juga berfirman: "Bagi-Nya kunci-kunci segala sesuatu yang gaib yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia. Dia mengetahui apa yang di darat dan di laut dan tidak ada sehelai daunpun yang gugur kecuali Dia mengetahui-Nya dan tidak ada satu benihpun di kegelapan bumi dan tak ada sesuatupun yang kering dan basah kecuali ada di dalam kitab yang jelas" [ QS Al-An'am : 59]
Dia juga berfirman: "Sesungguhnya Aku telah menciptakan manusia dan Aku mengetahui apa yang dibbisikkan hatinya" [QS Qaf : 16]
Dia juga berfirman: 'Allah mengetahui segala sesuatu" [QS Al-Baqarah : 283]
"Dan masih banyak lagi ayat-ayat lain yang menunjukkan pengetahuan Allah pada segala sesuatu, baik secara global maupun rinci," ujar Al-'Utsaimin.
Menurutnya, dalam tingkatan ini barangsiapa yang mengingkari Qadar maka dia kafir, karena dia mendustakan Allah dan Rasul-Nya serta ijma' kaum muslimin dan meremehkan kesempurnaan Allah. Karena kebalikan ilmu adalah mungkin bodoh atau alpa dan keduanya berupa aib (cacat).
Allah telah berfirman tentang Nabi Musa ketika dia ditanya oleh Fir'aun.
"Maka apa saja yang telah terjadi di abad-abad terdahulu, dia (Musa) menjawab : Pengetahuan tentang itu di sisi Rabb-ku di dalam kitab yang Rabb-ku tidak akan salah dan alpa ( di dalamnya)" [QS Thaha : 51-51]
Maka Allah tidak akan bodoh terhadap sesuatu yang akan datang dan tidak akan melupakan sesuatu yang telah lewat.
2. Beriman kepada Allah telah menulis ketetapan segala sesuatu sampai terjadi hari kiamat, karena ketika Dia menciptakan Qalam, Dia berfirman kepadanya: "Tulislah", kemudian dia (Qalam) berkata : "Hai Tuhanku, apa yang aku tulis?" Dia berfirman : "Tulislah (dalam hadits yang lain. "Tulislah takdir segala sesuatu hingga hari kiamat") semuanya yang terjadi", kemudian dia (Qalam) seketika berjalan menulis segala sesuatu yang terjadi sampai hari kiamat. Maka Allah telah menulis di Lauh Mahfudz ketetapan segala sesuatu.
Tingkatan ini telah ditunjukkan oleh firman Allah. "Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah" [QS Al-Hajj : 70]