Idul Adha, Kurban, dan Keteladanan Nabi Ibrahim AS (1)

Sabtu, 01 Agustus 2020 - 08:15 WIB
loading...
Idul Adha, Kurban, dan Keteladanan Nabi Ibrahim AS (1)
Ilustrasi/SINDOnews
A A A
Imam Shamsi Ali
Presiden Nusantara Foundation

PADA Jumat 10 Dzukhijjah 1441 H (31 Juli 2020), kemarin, merupakan hari penting sekaligus hari kegembiraan (perayaan) bagi seluruh Umat Islam sedunia. Hanya saja kali ini ekspresi kegembiraan itu sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini karena seluruh dunia masih berada dalam suasan musibah Covid 19 atau virus Corona .

Selain pelaksanaan ibadah haji yang dibatasi hanya oleh segelintir jamaah yang memang bermukim atau warga negara Saudi sendiri. Juga pelaksanaan Idul Adha di semua negara juga dengan keadaan yang sangat terbatas. (Baca juga: Berikut 5 Dalil tentang Ibadah Kurban Wajib Bagi yang Mampu )

Jamaica Muslim Center NY misalnya, yang biasanya merayakan Idul Fitri di lapangan dengan puluhan ribu jamaah, kali ini hanya melakukannya di masjid dengan lima kali jamaah. Itupun dengan mengikuti aturan protokol distancing dan praktek keselamatan lainnya, termasuk memakai masker, menghindari sentuhan (salaman), dan seterusnya.



Tapi semua itu tidak mengurangi nilai ubudiyah (penghambaan) kita kepada Allah SWT. Karena apapun keadaannya seorang Mukmin tetap yakin, Tuhan dan interaksi antara hamba dan Tuhannya tidak mengalami perubahan dengan perubahan keadaan.

Menauladani Ibrahim AS
Baik pada ibadah haji maupun Idul Adha, sosok Ibrahim AS memang menjadi figur sentra. Hampir semua amalan yang ada pada dua bentuk ritual Islam itu terkait dengan sejarah hidup nabi Ibrahim AS .



Dan Karenanya saya kira sangat pas jika di saat saperti ini kita ingatkan diri kita kembali tentang apa saja yang harusnya diteladani dari kehidupan Ibrahim AS. Apalagi memang secara khusus Al-Quran memerintahkan umat ini untuk meneladani Ibrahim AS.

Allah berfirman: “Dan ikutlah (wahai Muhammad) kepada millah Ibrahim”.

Di ayat lain disebutkan: “Dan ikutlah kalian (wahai orang-orang beriman) kepada millah Ibrahim”.

Saya melihat minimal ada 7 bentuk bentuk keteldanan yang penting bagi Umat ini untuk direnungkan, didalami, Dan diikuti.

Pertama, ketauladanan dalam proses pencarian dan pematangan iman.



Proses yang dilalui Ibrahim dalam menemukan keimanan bukan proses biasa (unconventional). Tapi proses pencarian panjang yang melibatkan pertarungan intelektualitas dan logika. Cerita itu menggambarkan bagaimana Ibrahim AS berjuang menemukan kebenaran Tuhannya.

Ketika di suatu malam beliau melihat bintang-bintang yang indah bertaburan di langit, beliau menyangka mereka itu adalah tuhan. Tapi ketika bulan terbit, Ibrahim mengira bulan itu adalah Tuhan. Di keesokan harinya Ibrahim kemudian melihat dan merasakan sinar matahari. Diapun menyangka matahari itulah tuhan karena lebih bersinar dan terasa.

Akan tetap pada akhirnya ternyata sang mentari juga hilang (terbenam) di sore hari. Ibrahimpun sampai kepada kesimpulan yang pasti bahwa Tuhan yang sesungguhnya adalah yang mencipta semua itu.

Itulah yang diikrarkan: Sesungguhnya saya menghadapkan wajahku kepada Yang menciptakan langit dan bumi, haniif dalam berislam, dan saya tidak termasuk orang-orang yang musyrik”.

Baca juga: Tata Cara Salat Idul Adha di Masa Pandemi, Bisa Dilakukan di Rumah

Ibrahim AS Pada prinsipnya memang membangun pemikiran kritis, bahkan dalam hal-hal yang prinsip sekalipun. Hal itu terlihat misalnya ketika beliau mempertanyakan kebangkitan hari akhirat.

Ibrahim AS tanpa ragu mempertanyakan kepada Allah SWT: “Bagaimana Engkau menghidupkan orang yang telah mati?

Barangkali bagi sebagian Mukmin mempertanyakan hal seperti ini dikategorikan sebagai kelemahan, bahkan keraguan kepada agama. Tapi bagi Ibrahim justeru sebaliknya. Pertanyaan itu adalah bagian dari proses konfirmasi dan afirmasi iman.

Menyikapi pertanyaan Ibrahim itu Allah SWT menanyakan kepada Ibrahim: “tidak kamu beriman wahai Ibrahim?”.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2791 seconds (0.1#10.140)