Dialog Ahmeed Deedat-Van Heerden tentang Musa, Yesus dan Muhammad
loading...
A
A
A
Berikut ini dialog Syekh Ahmed Hussein Deedat (1 Juli 1918 – 8 Agustus 2005) atau Ahmed Deedat dengan seorang dominee, Van Heerden, tentang Nabi Musa , Yesus dan Muhammad .
Ahmed Deedat adalah seorang ulama Islam yang menekuni bidang perbandingan agama. Dialog dilakukan di kediaman Dominee di Transvaal atau Republik Afrika Selatan . Pada kesempatan itu Van Heerden juga mengajak ayah mertuanya yang berasal dari Free State bergabung dalam diskusi.
Berikut dialog tersebut sebagaimana dinukil dari buku berjudul "The Choice Islam and Christianity" yang dalam edisi Indonesia menjadi "Dialog Islam Kristen" (Pustaka Al-Kautsar, 1999).
Ahmed Deedat mengatakan:
Musa dan Muhammad diterima sebagai nabi oleh kaumnya dalam kehidupan mereka. Tidak ada keraguan bahwa orang-orang Yahudi terus menerus memberi kesulitan kepada Musa, tetapi sebagai bangsa secara keseluruhan, mereka mengetahui bahwa Musa adalah utusan Allah yang dikirim untuk mereka. Orang-orang Arab juga membuat kehidupan Muhammad menjadi menderita. Beliau sangat menderita akibat ulah mereka. Setelah 13 tahun berdakwah di Makkah, beliau harus pindah dari kota kelahirannya.
Tetapi sebelum kematiannya, bangsa Arab secara keseluruhan telah menerimanya sebagai utusan Allah. Tetapi berdasarkan Injil
"Dia (Yesus) datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerimanya." (Yohanes 1: 11).
Dan bahkan sampai hari ini, setelah 2000 tahun, kaumnya --orang-orang Yahudi, secara keseluruhan telah menolaknya.
"Apakah hal ini benar?" Ahmed Deedat bertanya kepada Dominee.
Lagi-lagi Dominee membenarkan. "Ya," ujarnya.
"Karena itu Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa," ujar Ahmed Deedat.
Musa dan Muhammad adalah nabi dan juga raja. Nabi berarti seorang manusia yang menerima wahyu untuk menunjuki manusia dan menyampaikan petunjuk ini kepada ciptaan Allah seperti yang diterimanya tanpa ada penambahan atau pengurangan.
Raja adalah seorang manusia yang mempunyai kekuasaan atas hidup dan mati rakyatnya. Tidaklah penting apakah orang tersebut mengenakan mahkota atau tidak, atau apakah dia mengenakan pakaian raja. Jika seseorang mempunyai hak untuk memberikan hukuman mati dia adalah raja.
Musa memiliki kekuasaan tersebut. Ingatkah Anda orang Israel yang pada hari Sabbath ditemukan sedang mengumpulkan kayu bakar, dan Musa menghukum mati orang tersebut dengan dilontari batu? (Bilangan 15: 36).
Terdapat tindakan kejahatan lainnya yang disebutkan dalam Injil yang karenanya Musa memberikan hukuman mati pada orang-orang Yahudi tersebut.
Begitu juga Muhammad, beliau memiliki kekuasaan atas hidup dan mati kaumnya. Pada Injil terdapat beberapa contoh orang-orang yang hanya diberi kenabian, tetapi tidak dalam posisi untuk menerapkan petunjuk mereka.
Beberapa orang suci Tuhan yang tidak berdaya menghadapi penolakan yang keras atas pesan yang disampaikan mereka ini adalah nabi Lot, Jonah, Daniel, Ezra dan Yohanes Pembaptis. Mereka hanya dapat menyampaikan pesan, tetapi tidak dapat memaksakan hukuman.
Sayangnya nabi suci Yesus juga termasuk kategori ini. Para penginjil Kristen dengan jelas membenarkan hal ini: Ketika Yesus diseret sebelum Gubernur Roma (Pontius Pilate) menuduhnya sebagai pendusta, Yesus membuat sebuah pernyataan meyakinkan dalam pembelaannya untuk menyangkal tuduhan yang salah:
"Jawab Yesus, 'Kerajaanku bukan dari dunia ini; Jika kerajaanku dari dunia ini, pasti hamba-hambaku telah melawan, supaya aku jangan diserahkan kepada orang orang Yahudi, akan tetapi kerajaanku bukan dari sini." (Yohanes 18: 36).
Hal ini meyakinkan Pilatus (seorang penyembah berhala) dengan pemikiran bahwa Yesus tidak sepenuhnya berkuasa atas kemampuan ruhaninya, dia tidak menganggapnya orang yang membahayakan pemerintahannya. Yesus hanya menuntut sebuah kerajaan spiritual, dengan kata lain dia hanya menyatakan sebagai seorang nabi.
"Apakah hal ini benar?" tanya Ahmed Deedat kemudian.
Kali ini pun Dominee membenarkan. "Ya," jawabnya.
"Karena itu Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa," lagi-lagi Ahmed Deedat menyimpulkan.
Selanjutnya Ahmed Deedat mengatakan:
"Musa dan Muhammad membawa hukum dan aturan baru untuk kaumnya. Musa tidak hanya memberi 10 perintah Allah kepada orang-orang Israel, tetapi hukum-hukum peribadatan yang sangat luas sebagai petunjuk kaumnya.
Baa juga: Nabi Isa dari Sudut Pandang Yahudi, Kristen dan Islam
Muhammad datang kepada sebuah kaum yang sangat bodoh dan biadab. Mereka menikahi ibu tirinya, menguburkan anak perempuannya hidup-hidup, mabuk-mabukan, berzina, menyembah berhala dan berjudi dari hari ke hari. Gibbon melukiskan orang-orang Arab sebelum Islam dalam Decline and Fall of the Roman Empire: "Kebrutalan manusia, hampir tanpa perasaan, sulit dibedakan keburukannya dari sisa-sisa penciptaan hewan."
Sukar mendapatkan sesuatu yang membedakan antara manusia dan hewan pada saat itu. Mereka adalah hewan dalam wujud manusia. Dari kebiadaban yang hina ini, Muhammad mengangkat mereka, dalam kata-kata Thomas Carlysle,
Menjadi pembawa obor penerangan dan pelajaran. Bagi bangsa Arab ini adalah kelahiran dari kegelapan menjadi cahaya. Untuk pertama kalinya Arab menjadi hidup karenanya.
Masyarakat penggembala yang miskin, mengembara tidak dikenal di padang pasir sejak penciptaan dunia. Perhatikan, tidak dikenal menjadi terkemuka di dunia, yang kecil telah tumbuh menjadi dunia besar.
Dalam satu abad kemudian Granada telah berada di tangan bangsa Arab dan Delhi di tangannya yang lain. Pandangan sekilas dalam keberanian, kemegahan, dan cahaya kecerdasan, Arab menyinari bagian yang besar dari dunia... "
Kenyataannya adalah Muhammad memberikan kaumnya sebuah hukum dan peraturan yang belum pernah dimiliki mereka sebelumnya.
Mengenai Yesus, ketika orang-orang Yahudi merasa curiga terhadapnya bahwa ia mungkin seorang penipu dengan tujuan menyesatkan ajaran mereka, Yesus mengambil penderitaan untuk meyakinkan mereka bahwa dia tidak datang dengan agama baru. Tidak ada hukum baru dan tidak ada peraturan baru.
Saya kutip kata-katanya: "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau meniadakan kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu, 'Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi'. "(Matius 5: 17-18).
Dengan kata lain, dia tidak datang dengan hukum atau aturan baru. Dia datang hanya untuk menggenapi hukum lama. Hal inilah yang diberikannya kepada orang-orang Yahudi untuk dimengerti. Kecuali jika ia sedang mencoba menggertak orang-orang Yahudi, agar menerimanya sebagai utusan Allah dan dengan dalih mencoba memasukkan aga-ma baru kepada mereka.
Tidak! Utusan Tuhan ini tidak akan pernah berusaha dengan curang untuk menumbangkan agama Tuhan. Dia dengan sendirinya mematuhi hukum. Dia mematuhi perintah-perintah Musa, dan menghormati hari Sabbath. Tidak ada kesempatan seorang Yahudi menunjukkan jari padanya dan berkata, "Mengapa kamu tidak puasa" atau "Mengapa kamu tidak mencuci tanganmu sebelum membelah roti".
Yesus menuduh mereka selalu mengatakan bertentangan dengan muridnya, tetapi tidak pernah berten-tangan dengannya. Hal ini karena sebagai seorang Yahudi yang baik, ia menghormati hukum-hukum nabi yang mendahuluinya. Singkatnya, ia tidak menciptakan agama baru dan tidak membawa hukum baru seperti Musa dan Muhammad.
"Apakah hal ini benar?" Ahmed Deedat bertanya kepada Dominee.
"Ya," jawab Dominee.
"Karena itu Yesus tidak seperti Musa , tetapi Muhammad seperti Musa," ujar Ahmed Deedat.
"Musa dan Muhammad meninggal dalam kematian yang wajar, tetapi menurut agama Kristen, Yesus dengan kejam dibunuh di tiang salib. Apakah hal ini benar?" tanya Ahmed Deedat.
Dominee kembali menjawab, "Ya."
"Karena itu Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa," ujar Ahmed Deedat.
"Musa dan Muhammad terbaring dikubur dalam bumi, tetapi menurut Anda, Yesus beristirahat di surga. Apakah hal ini benar?" Ahmed Deedat bertanya kepada Dominee. Dominee setuju.
Ahmed Deedat kembali berkata, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa , tetapi Muhammad seperti Musa."
Ahmed Deedat adalah seorang ulama Islam yang menekuni bidang perbandingan agama. Dialog dilakukan di kediaman Dominee di Transvaal atau Republik Afrika Selatan . Pada kesempatan itu Van Heerden juga mengajak ayah mertuanya yang berasal dari Free State bergabung dalam diskusi.
Berikut dialog tersebut sebagaimana dinukil dari buku berjudul "The Choice Islam and Christianity" yang dalam edisi Indonesia menjadi "Dialog Islam Kristen" (Pustaka Al-Kautsar, 1999).
Ahmed Deedat mengatakan:
Musa dan Muhammad diterima sebagai nabi oleh kaumnya dalam kehidupan mereka. Tidak ada keraguan bahwa orang-orang Yahudi terus menerus memberi kesulitan kepada Musa, tetapi sebagai bangsa secara keseluruhan, mereka mengetahui bahwa Musa adalah utusan Allah yang dikirim untuk mereka. Orang-orang Arab juga membuat kehidupan Muhammad menjadi menderita. Beliau sangat menderita akibat ulah mereka. Setelah 13 tahun berdakwah di Makkah, beliau harus pindah dari kota kelahirannya.
Tetapi sebelum kematiannya, bangsa Arab secara keseluruhan telah menerimanya sebagai utusan Allah. Tetapi berdasarkan Injil
"Dia (Yesus) datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerimanya." (Yohanes 1: 11).
Dan bahkan sampai hari ini, setelah 2000 tahun, kaumnya --orang-orang Yahudi, secara keseluruhan telah menolaknya.
"Apakah hal ini benar?" Ahmed Deedat bertanya kepada Dominee.
Lagi-lagi Dominee membenarkan. "Ya," ujarnya.
"Karena itu Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa," ujar Ahmed Deedat.
Musa dan Muhammad adalah nabi dan juga raja. Nabi berarti seorang manusia yang menerima wahyu untuk menunjuki manusia dan menyampaikan petunjuk ini kepada ciptaan Allah seperti yang diterimanya tanpa ada penambahan atau pengurangan.
Raja adalah seorang manusia yang mempunyai kekuasaan atas hidup dan mati rakyatnya. Tidaklah penting apakah orang tersebut mengenakan mahkota atau tidak, atau apakah dia mengenakan pakaian raja. Jika seseorang mempunyai hak untuk memberikan hukuman mati dia adalah raja.
Musa memiliki kekuasaan tersebut. Ingatkah Anda orang Israel yang pada hari Sabbath ditemukan sedang mengumpulkan kayu bakar, dan Musa menghukum mati orang tersebut dengan dilontari batu? (Bilangan 15: 36).
Terdapat tindakan kejahatan lainnya yang disebutkan dalam Injil yang karenanya Musa memberikan hukuman mati pada orang-orang Yahudi tersebut.
Begitu juga Muhammad, beliau memiliki kekuasaan atas hidup dan mati kaumnya. Pada Injil terdapat beberapa contoh orang-orang yang hanya diberi kenabian, tetapi tidak dalam posisi untuk menerapkan petunjuk mereka.
Beberapa orang suci Tuhan yang tidak berdaya menghadapi penolakan yang keras atas pesan yang disampaikan mereka ini adalah nabi Lot, Jonah, Daniel, Ezra dan Yohanes Pembaptis. Mereka hanya dapat menyampaikan pesan, tetapi tidak dapat memaksakan hukuman.
Sayangnya nabi suci Yesus juga termasuk kategori ini. Para penginjil Kristen dengan jelas membenarkan hal ini: Ketika Yesus diseret sebelum Gubernur Roma (Pontius Pilate) menuduhnya sebagai pendusta, Yesus membuat sebuah pernyataan meyakinkan dalam pembelaannya untuk menyangkal tuduhan yang salah:
"Jawab Yesus, 'Kerajaanku bukan dari dunia ini; Jika kerajaanku dari dunia ini, pasti hamba-hambaku telah melawan, supaya aku jangan diserahkan kepada orang orang Yahudi, akan tetapi kerajaanku bukan dari sini." (Yohanes 18: 36).
Hal ini meyakinkan Pilatus (seorang penyembah berhala) dengan pemikiran bahwa Yesus tidak sepenuhnya berkuasa atas kemampuan ruhaninya, dia tidak menganggapnya orang yang membahayakan pemerintahannya. Yesus hanya menuntut sebuah kerajaan spiritual, dengan kata lain dia hanya menyatakan sebagai seorang nabi.
"Apakah hal ini benar?" tanya Ahmed Deedat kemudian.
Kali ini pun Dominee membenarkan. "Ya," jawabnya.
"Karena itu Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa," lagi-lagi Ahmed Deedat menyimpulkan.
Selanjutnya Ahmed Deedat mengatakan:
"Musa dan Muhammad membawa hukum dan aturan baru untuk kaumnya. Musa tidak hanya memberi 10 perintah Allah kepada orang-orang Israel, tetapi hukum-hukum peribadatan yang sangat luas sebagai petunjuk kaumnya.
Baa juga: Nabi Isa dari Sudut Pandang Yahudi, Kristen dan Islam
Muhammad datang kepada sebuah kaum yang sangat bodoh dan biadab. Mereka menikahi ibu tirinya, menguburkan anak perempuannya hidup-hidup, mabuk-mabukan, berzina, menyembah berhala dan berjudi dari hari ke hari. Gibbon melukiskan orang-orang Arab sebelum Islam dalam Decline and Fall of the Roman Empire: "Kebrutalan manusia, hampir tanpa perasaan, sulit dibedakan keburukannya dari sisa-sisa penciptaan hewan."
Sukar mendapatkan sesuatu yang membedakan antara manusia dan hewan pada saat itu. Mereka adalah hewan dalam wujud manusia. Dari kebiadaban yang hina ini, Muhammad mengangkat mereka, dalam kata-kata Thomas Carlysle,
Menjadi pembawa obor penerangan dan pelajaran. Bagi bangsa Arab ini adalah kelahiran dari kegelapan menjadi cahaya. Untuk pertama kalinya Arab menjadi hidup karenanya.
Masyarakat penggembala yang miskin, mengembara tidak dikenal di padang pasir sejak penciptaan dunia. Perhatikan, tidak dikenal menjadi terkemuka di dunia, yang kecil telah tumbuh menjadi dunia besar.
Dalam satu abad kemudian Granada telah berada di tangan bangsa Arab dan Delhi di tangannya yang lain. Pandangan sekilas dalam keberanian, kemegahan, dan cahaya kecerdasan, Arab menyinari bagian yang besar dari dunia... "
Kenyataannya adalah Muhammad memberikan kaumnya sebuah hukum dan peraturan yang belum pernah dimiliki mereka sebelumnya.
Mengenai Yesus, ketika orang-orang Yahudi merasa curiga terhadapnya bahwa ia mungkin seorang penipu dengan tujuan menyesatkan ajaran mereka, Yesus mengambil penderitaan untuk meyakinkan mereka bahwa dia tidak datang dengan agama baru. Tidak ada hukum baru dan tidak ada peraturan baru.
Saya kutip kata-katanya: "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau meniadakan kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu, 'Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi'. "(Matius 5: 17-18).
Dengan kata lain, dia tidak datang dengan hukum atau aturan baru. Dia datang hanya untuk menggenapi hukum lama. Hal inilah yang diberikannya kepada orang-orang Yahudi untuk dimengerti. Kecuali jika ia sedang mencoba menggertak orang-orang Yahudi, agar menerimanya sebagai utusan Allah dan dengan dalih mencoba memasukkan aga-ma baru kepada mereka.
Tidak! Utusan Tuhan ini tidak akan pernah berusaha dengan curang untuk menumbangkan agama Tuhan. Dia dengan sendirinya mematuhi hukum. Dia mematuhi perintah-perintah Musa, dan menghormati hari Sabbath. Tidak ada kesempatan seorang Yahudi menunjukkan jari padanya dan berkata, "Mengapa kamu tidak puasa" atau "Mengapa kamu tidak mencuci tanganmu sebelum membelah roti".
Yesus menuduh mereka selalu mengatakan bertentangan dengan muridnya, tetapi tidak pernah berten-tangan dengannya. Hal ini karena sebagai seorang Yahudi yang baik, ia menghormati hukum-hukum nabi yang mendahuluinya. Singkatnya, ia tidak menciptakan agama baru dan tidak membawa hukum baru seperti Musa dan Muhammad.
"Apakah hal ini benar?" Ahmed Deedat bertanya kepada Dominee.
"Ya," jawab Dominee.
"Karena itu Yesus tidak seperti Musa , tetapi Muhammad seperti Musa," ujar Ahmed Deedat.
"Musa dan Muhammad meninggal dalam kematian yang wajar, tetapi menurut agama Kristen, Yesus dengan kejam dibunuh di tiang salib. Apakah hal ini benar?" tanya Ahmed Deedat.
Dominee kembali menjawab, "Ya."
"Karena itu Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa," ujar Ahmed Deedat.
"Musa dan Muhammad terbaring dikubur dalam bumi, tetapi menurut Anda, Yesus beristirahat di surga. Apakah hal ini benar?" Ahmed Deedat bertanya kepada Dominee. Dominee setuju.
Ahmed Deedat kembali berkata, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa , tetapi Muhammad seperti Musa."
(mhy)