Benarkah Mengingat Mati, Strategi Meraih Sukses Selamanya?

Selasa, 04 Agustus 2020 - 09:42 WIB
loading...
Benarkah Mengingat Mati,...
Mengingat mati, akan memusatkan pikiran ke negeri akhirat yang kekal, sehingga mendorong untuk menjadikan akhirat ukuran segala-galanya. Foto ilustrasi/ist
A A A
Kata mati, seolah menjadi kata tabu yang tidak boleh sembarangan diucapkan. Karena mati atau kematian , sering dianggap sebagai akhir dari segalanya. Termasuk dalam masalah kesehatan dan kesuksesan , yang dikaitkan dengan harta benda yang ditinggalkan.

Pandangan Islam tentang kematian, tidaklah demikian. Kesuksesan seseorang tidak hanya selesai karena kematian, namun akan berlanjut hingga akhirat kelak. Kisah Fatimah, putri Rasulullah Shallallahu alihi wa sallam misalnya.

Fatimah rela hidup dengan kerja keras, hingga melepuh dua tapak tangannya di dunia, bahkan enggan meminta pertolongan dan bantuan dari sang ayah yangbisa memberikan apa yang dibutuhkannya. Semua itu dijalani dengan ringan hati dan ikhlas. Mengapa?

Sejatinya, kematian adalah gerbang penentuan. Mereka yang ingin kematian menjadi gerbang indah maka bagaimanapun kondisinya di dunia, itu tidak akan pernah mengguncangkan imannya, apalagi sampai tercerabut sampai akar-akarnya. (Baca juga : Inilah Keutamaan dari Pribadi yang Rendah Hati )

Tetapi, orang yang melalaikan kematian, menjauhi dengan terus berpacu mengejar kekayaan dunia, maka ia akan mudah menggadaikan apapun yang dimilikinya, termasuk iman demi kenikmatan semu kehidupan fana ini.

Islam mengajarkan umatnya untuk selalu mengingat kematian. Menurut Ustadz Omar Mita, mengingat mati bukanlah anjuran, melainkan ibadah kepada Allah Ta’ala. Seberapa sering seseorang mengingat mati, sepanjang itu Allah akan berikan pahala. Bahkan, setelah kematian itu, Allah akan sempurnakan pahala-pahala mereka yang menjaga diri kerusakan berpikir dan perilaku.

Disebutkan dalam firman Allah Ta'ala :

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran: 185].

Lantas apa hubungannya antara kematian dengan kesehatan dan kesuksesan seseorang? Mengingat mati bukan soal putus asa lalu menguras energi untuk berjuang. Sebaliknya, mengingat mati untuk menjadikan pikiran sehat, stabil, dan progresif, sehingga tak ada kesempatan diri mengeluh, lemah, dan malas. Tetapi sebaliknya, semakin ringan dan bergairah mengisi hidup ini dengan kebaikan terbaik yang bisa dilakukan. (Baca juga : Sering Terbesit Pikiran yang Aneh-aneh? Waspadai Bisikan Setan )

Sebuah hadis menceritakan:

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ : الْمَوْتَ , فَإِنَّهُ لَمْ يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِيْ ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلاَّ وَسَّعَهُ عَلَيْهِ , وَلاَ ذَكَرَهُ فِيْ سَعَةٍ إِلاَّ ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ

“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. Karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya di waktu sempit kehidupannya, kecuali (mengingat kematian) itu melonggarkan kesempitan hidup atas orang itu. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di waktu luas (kehidupannya), kecuali (mengingat kematian) itu menyempitkan keluasan hidup atas orang itu.” (HR. Thabrani dan Hakim).

Dan, satu di antara strategi agar diri dapat terus fokus pada kesehatan komprehensif dan kesuksesan selamanya, mengingat mati adalah jalan terbaik. Dalam sebuah riwayat dikisahkan, suatu hari ada seseorang datang menjumpai Nabi, lantas bertanya. “Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdik?” Beliau menjawab,”Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling bagus persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang cerdik.” (HR Ibnu Majah).

Dengan kata lain, semakin seseorang mengejar dunia untuk gengsi, berbangga-banggaan, maka semakin dekatlah ia dengan sakitnya akal, rasa, dan imajinasinya, kemudian sangat dekat pada kematian hati. Akibatnya ia tidak akan lagi mengerti mana halal, mana haram, semua dihantam. Sebaliknya, semakin seseorang sering mengingat mati akan semakin hidup hatinya dan cerdas akalnya, sehingga tidak ada yang ia pilih di dalam kehidupan ini, selain menyiapkan bekal dengan amal-amal saleh. (Baca juga : Terapi Hati Kala Dilanda Kegelisahan )

Mengingat mati, juga akan memusatkan pikiran ke negeri akhirat yang kekal, sehingga mendorong untuk menjadikan akhirat ukuran segala-galanya. Dan, inilah orang-orang yang pikiran dan perilakunya sehat, serta kesuksesan di dunianya akan berlanjut hingga ke akhirat.

Wallahu A'lam
(wid)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2231 seconds (0.1#10.140)