Heraklius Kerahkan Kapal Mengepung Abu Ubaidah di Hims

Senin, 10 Juni 2024 - 15:38 WIB
loading...
Heraklius Kerahkan Kapal...
Kabilah-kabilah itu pun berangkat dengan segala kekuatannya dari Jazirah menuju Hims. Ilustrasi: Ist
A A A
Kisah pasukan yang dipimpin Abu Ubaidah terkepung Hims, Suriah , diceritakan Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000). Hims adalah kota yang terletak di bagian tengah Suriah.

Dikisahkan, penguasa Romawi, Heraklius , menulis surat kepada kabilah-kabilah Kristen di wilayah yang dikuasai pasukan Islam. Ia memberi semangat dan dorongan, dengan menyebutkan bahwa dia sudah memerintahkan kapal-kapalnya yang sekarang sedang mengarungi lautan untuk mengangkut pasukan dan perlengkapan dari Iskandariah ke Antakiah.



Kabilah-kabilah itu pun berangkat dengan segala kekuatannya dari Jazirah menuju Hims. Semua berita itu sudah sampai kepada Abu Ubaidah. Dipanggilnya Khalid bin Walid dari Kinnasrin untuk dimintai pendapatnya.
Setelah bersama-sama mempelajari situasi, mereka sepakat untuk menghadapi musuh akan menempatkan kekuatan Muslimin di utara Syam. Pasukan yang di Antakiah, di Hamal, Halab dan gudang-gudang senjata yang lain yang berdekatan akan dipusatkan di Hims.

Di kawasan ini pun kemudian tersiar berita Heraklius dan bala bantuannya yang didatangkan dari laut, serta berita-berita tentang Jazirah dan perjalanan kabilah-kabilahnya yang sedang menuju Hims.

Karena ingin tahu, penduduk kota pergi bertanya-tanya: Apa yang akan terungkap dengan serangan baru yang akan dilancarkan oleh Heraklius dan sekutu-sekutunya itu?

Sesudah kapal-kapal Heraklius tiba di Antakiah pintu-pintu kota dibuka untuk pasukannya dan langsung menyerbu pihak Muslimin. Ketika itulah api pemberontakan berkobar di seluruh Syam bagian utara.

Kala itu, Abu Ubaidah melihat dirinya sudah terkepung di Hims, dikelilingi oleh kaum pemberontak dari segenap penjuru. Pihak musuh sekarang sudah datang hendak menyerang dari arah laut dan arah pedalaman. Apa gerangan yang akan diperbuatnya?!



Dikumpulkannya stafnya dan dikatakannya kepada mereka bahwa ia menulis surat kepada Amirulmukminin Umar bin Khattab meminta bala bantuan untuk menghadapi situasi genting ini.

Ia berunding dengan mereka, musuh itu akan dihadapi dan diserbu atau akan bertahan sementara menunggu bala bantuan yang akan didatangkan dari Madinah.

Dalam musyawarah itu Khalid bin Walid sendiri berpendapat lain: Akan menghadapi musuh. Para komandan yang lain berpendapat akan bertahan dan bala bantuan minta dipercepat.

Abu Ubaidah sependapat dengan mereka dan menentang pendapat Khalid. Benteng-benteng makin diperkuat dan ia menulis surat kepada Umar mengenai ·pendapat-pendapat sahabat-sahabatnya itu.

Umar memang tidak pernah melupakan bahwa pasukannya di Irak dan di Syam pada suatu saat akan menghadapi bahaya serupa itu, dan seluruh perjuangan Islam akan dihadapkan kepada hal yang sama seperti ketika ia menerima pucuk pimpinan untuk memimpin kaum Muslimin.

Oleh karena itu ia memerintahkan agar di Basrah dan di Kufah dibangun barak-barak untuk pasukan Muslimin yang tak boleh dihuni oleh yang lain. Kemudian di setiap kota dan keenam kota yang lain ditempatkan empat ribu pasukan berkuda yang sudah siap siaga dalam menghadapi serangan mendadak serupa itu.



Akan tetapi sesudah ia menerima surat Abu Ubaidah dan melihat bahaya besar yang sedang mengepungnya, langsung ia menulis kepada Sa’ad bin Abi Waqqas: “Mobilisasikanlah pasukan bersama Qa’qa’ bin Amr dan berangkatkanlah hari itu juga ke Hims begitu surat saya ini sampai ke tangan Anda. Abu Ubaidah sekarang sedang dikepung, dan hadapilah mereka dengan sungguh-sungguh dan tanpa ampun.”

Hari itu juga perintah Khalifah itu dilaksanakan oleh Sa’ad. Qa’qa' memobilisasi empat ribu orang dari pasukan berkuda yang sudah terlatih, dan pagi-pagi sekali mereka berangkat dari Kufah menuju Hims.

Penyelamatan Abu Ubaidah

Sebenarnya keadaannya lebih berbahaya dengan keberangkatan Qa’qa’ bersama 4000 orang pasukan berkuda itu untuk menghadapi mereka yang berangkat dari Jazirah saja ke Hims yang sudah mencapai 30.000 orang itu, di luar kapal-kapal yang dikirim oleh Heraklius ke Antakiah.

Umar tahu bahwa pasukannya di beberapa kota di Syam sedang sibuk menghadapi keadaan setempat. Andaikata mereka juga pergi ke Hims dengan meninggalkan kota-kota itu keadaan di seluruh Syam akan makin kacau.

Oleh karena itu perintahnya kepada Qa’qa’ agar ia berangkat dari Kufah disusul dengan perintah-perintah lain yang kesemuanya merupakan pikiran Umar yang cemerlang dan pandangannya yang jauh.



Haekal menuturkan, yang menarik, kabilah-kabilah itu berangkat dari Jazirah ke Hims karena yang terbayang oleh mereka jauhnya perkampungan mereka dari serangan pasukan Muslimin. Jadi, kalau perkampungan ini diserang, kabilah-kabilah itu pasti berbalik kembali, dan ini akan meringankan tugas Abu Ubaidah dan pasukannya.

Kalau begitu Sa’ad bin Abi Waqqas harus mengirimkan suatu pasukan bersama Suhail bin Adi ke Jazirah. “Sebab orang-orang Jazirah itulah yang dibakar semangatnya oleh pihak Romawi untuk menyerbu Hims.”

Kalau begitu Suhail harus menuju ke Raqqah, dan pasukan Abdullah bin Itban ke Nasibin. Kalau kedua komandan ini sudah dapat menaklukkan Raqqah dan Nasibin, mereka harus berangkat ke Harran dan Ruha, dan Walid bin Uqbah ke Jazirah untuk menghadapi kabilah-kabilah Rabi‘ah dan Tanukh.

Semua pasukan yang berperang dengan Jazirah akan dipimpin oleh Iyad bin Ganm. Kalau semua komandan itu sudah berangkat, pihak Jazirah akan ingat apa yang telah menimpa Hit, Qarqisia dan Mosul. Mereka tidak mengadakan perlawanan.

Buat Umar semua itu belum cukup. Ia sudah memperkirakan Heraklius tidak akan mempertaruhkan diri dengan mengirimkan pasukannya mengarungi lautan ke Syam sesudah kekalahan-kekalahan yang pernah dialami dulu di situ, kecuali bila ia benar-benar yakin pada kekuatan dan kemampuannya hendak mengadakan pembalasan.



Bukti yang paling kuat untuk itu, ia telah menunjuk anaknya Konstantin untuk memimpin pasukan yang diangkut dengan kapal dari Iskandariah. Andaikata Heraklius berhasil dalam petualangannya itu tentu politik Umar akan benar-benar hancur berantakan.

Umar tidak mau membayangkan segala kemungkinan ini. Ia berusaha sungguh-sungguh hendak mengatasi semua itu. Ia harus memobilisasi semua kekuatan sedapat yang dapat ia lakukan, untuk menghadapi bahaya yang sedang mengancam ini. Bahkan ia sendiri yang harus menghadapi nya.

Segala kekuatan yang ada di Madinah dan sekitarnya dihimpunnya, dan dia sendiri yang berangkat memimpinnya menuju medan perang dengan mengambil jalan Damsyik.

Dengan demikian, kedaulatan yang baru tumbuh itu harus bergerak dari segenap penjuru untuk mempertahankan keberadaannya. Qa'qa' pun berangkat dengan secepat mungkin untuk menolong Abu Ubaidah.

Suhail bin Adi, Abdullah bin Itban, Walid bin Uqbah dan Iyad bin Ganm berangkat untuk menyerang Jazirah dan untuk memberi pelajaran kepada mereka.
(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6117 seconds (0.1#10.140)