Khalid bin Walid Wafat 4 Tahun setelah Dipecat Khalifah Umar bin Khattab

Senin, 17 Juni 2024 - 05:15 WIB
loading...
Khalid bin Walid Wafat...
Nasib apes menimpa pedang Allah, Khalid bin Walid, tatkala Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah. Ilustrasi: Ist
A A A
Nasib apes menimpa pedang Allah, Khalid bin Walid , tatkala Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah . Pada awalnya, Umar memecat dari jabatan sebagai panglima tertinggi pasukan Islam dan digantikan Abu Ubaidah bin Jarrah. Dia dipindahtugaskan ke daerah Kinnasrin, Suriah sebagai Komandan Batalion.

Setelah itu karena kasus pemberian hadiah kepada Al-Asy'as bin Qais sebesar 10.000 dirham, ia dipecat dari segala jabatannya di ketentaraan. Khalid bin Walid pulang ke Madinah dan sebagian hartanya disita negara.

Sikap keras Khalifah Umar bin Khattab terhadap Khalid bin Walid ini dikisahkan Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000).

Haekal mengatakan kita akan dapat memperkirakan betapa pedih hati Khalid saat itu. Di sisi lain, khalifah Umar bin Khatab merasa puas manakala ia sudah dapat menunaikan sumpahnya, tidak akan mengangkat Khalid lagi untuk suatu pekerjaan, di samping itu tidak timbul kemelut karena pemecatannya itu. Khalid pasrah dan tidak mengobarkan kerusuhan.



Khalifah Umar mengumumkan ke semua kota: “Saya tidak memecat Khalid karena benci atau karena pengkhianatan. Tetapi karena orang sudah terpesona, saya khawatir orang hanya akan percaya kepadanya dan hanya akan berkorban untuk dia. Maka saya ingin mereka tahu bahwa Allah Maha Pencipta dan supaya mereka tidak menjadi sasaran fitnah.”

Adakah pengumuman itu sudah mengungkapkan sejujurnya pandangan Umar terhadap Khalid, dan menjadi saksi bahwa dia sudah puas bahwa Khalid tidak melakukan pengkhianatan dengan pemberian hadiah yang sepuluh ribu dirham itu kepada Asy’as?

Ataukah itu hanya sekadar pengumuman politik saja dengan tujuan ingin menenteramkan hati orang yang begitu marah atas musibah yang telah menimpa Saifullah itu - karena fanatik dan karena kagum kepadanya.

Umar khawatir, dalam membangun kedaulatan yang baru tumbuh ini, dengan politiknya itu ia hanya karena terpengaruh oleh hawa nafsu dan rasa curiga?

Besar dugaan, menurut Haekal, bahwa itu suatu pengumuman politik dengan tujuan sebagai dalih dalam soal yang hampir menjadi suatu peristiwa besar jika terjadi.

Buktinya, Khalid meninggal empat tahun kemudian setelah pemecatannya, tidak meninggalkan harta kekayaan selain kuda, pelayan dan senjatanya. Setelah mengetahui hal itu Umar merasa sedih sekali dengan mengatakan: “Semoga Allah memberi rahmat kepada Abu Sulaiman! Sungguh tidak seperti yang kami duga.”



Jadi dalam hati Umar memang sudah ada prasangka khianat pada Khalid, atau dalam pemborosannya, yang membuat ia membencinya dan kemudian memecatnya.

Suatu hari ia berpidato di depan orang banyak di Jabiah dengan mengatakan: “Saya meminta maaf kepada kalian karena saya telah memecat Khalid bin Walid. Saya memintanya menyimpan harta itu untuk kaum duafa Muhajirin, dia berikan kepada orang-orang kuat, berpangkat dan suka menuntut. Maka ketika itulah saya mengangkat Abu Ubaidah.”

Bukan hanya karena banyak orang yang tertarik kepada Khalid maka ia dipecat karena khawatir orang hanya akan percaya kepadanya dan akan dijadikan perhatian mereka, dan karenanya pula akan timbul kekacauan karenanya. Maka hendaklah diketahui bahwa hanya Allah yang menentukan. Bahkan kebencian Umar kepada Khalid justru karena sebagian orang atau sebagian besar orang banyak yang tertarik kepadanya.

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2133 seconds (0.1#10.140)