Kisah Cinta Utsman bin Affan dan Ruqayyah: Dua Kali Hijrah
loading...
A
A
A
TATKALA mendapat berita bahwa Ruqayyah yang cantik menikah dengan sepupunya, Utbah bin Abi Lahab, Utsman bin Affan bersedih, mengapa bukan dirinya yang mengawininya.
Dengan kecewa berat ia menemui keluarganya, dan di tempat itu ia bertemu dengan bibinya Sa'diyah binti Kuraiz, seorang dukun. Ia memberikan berita gembira bahwa dia akan menikah dengan Ruqayyah.
"Saya heran dia membawa berita gembira mengenai perempuan yang sudah bersuamikan laki-laki lain," kata Utsman. "Lalu kata saya, 'Apa kata Bibi?" Dia menjawab: "Utsman, Anda akan mendapat kehormatan, akan menjadi orang penting. Dia seorang nabi yang membawa bukti, diutus dengan sebenarnya sebagai orang yang saleh, ia akan mendapat wahyu, yang dapat membedakan yang hak dengan yang batil. Ikutlah dia, Anda tak akan tertipu oleh berhala."
Kata Utsman: "Anda mengatakan suatu masalah yang tak pernah terjadi di negeri kita."
Perempuan itu berkata lagi: "Muhammad bin Abdullah, utusan Allah, dengan membawa wahyu dari Allah, mengajak orang beribadah hanya kepada Allah."
Seterusnya kata perempuan itu lagi: "Pelitanya adalah pelita, agama kemenangan, perkaranya berjaya, sasarannya jitu, seluruh negeri ini tunduk kepadanya, tak ada gunanya berteriak, jika terjadi pembantaian dan panah sudah direntang."
Hijrah ke Abisinia
Pernikahan Ruqqayah dengan Utbah bin Abu Lahab, musuh Rasulullah sekaligus paman Rasulullah terjadi sebelum Allah menurunkan ayat 10 surat al-Mumtahanah tentang haram menikah antara Muslimah dengan laki-laki musyrik .
Setelah turun ayat tersebut, dan keduanya bercerai, selanjutnya Utsman menikahi Ruqqayah. "Ketika itu umur Ruqayyah belum mencapai 20 tahun, sementara umur Utsman ketika itu sudah hampir 40 tahun, dan di zaman jahiliah ia sudah pernah menikah dan mendapat julukan Abu Umar," tulis Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987).
Dari Ruqayyah ia mendapat seorang anak laki-laki dan diberi nama Abdullah dan dia pun mendapat julukan demikian. Julukan ini terus melekat kendati anak itu sudah meninggal dalam usia enam tahun.
Setelah menikah, Utsman masih tinggal di Makkah bersama istrinya itu sambil meneruskan usaha perdagangannya dan mengikuti turunnya wahyu serta ajaran-ajaran yang diberikan Nabi Muhammad SAW bersama-sama saudara-saudaranya kaum Muslimin yang sudah lebih dulu dalam Islam.
Islam mulai tersebar dan pihak Quraisy pun tetap menentang dan mengganggu Muslimin. Yang demikian ini berlangsung selama bertahun-tahun terus-menerus.
Sesudah mereka tak mampu melawannya, Rasulullah memerintahkan sahabat-sahabat supaya pergi terpencar-pencar, berlindung kepada Allah dengan agama mereka itu.
Ia menyarankan agar mereka pergi ke Abisinia. Mereka yang berangkat mula-mula terdiri atas sebelas orang laki-laki dan perempuan. Utsman dan istrinya Ruqayyah yang paling lebih dulu hijrah.
Apa sebab Utsman cepat-cepat hijrah dan membawa istrinya? Haekal mengatakan mungkin dia khawatir Ruqayyah istrinya akan mendapat musibah sedang dia tak mampu melindunginya dari gangguan kaumnya sendiri dan yang demikian ini akan menjadi suatu aib seumur hidupnya. Yang terakhir inilah yang sangat mempengaruhi jiwa Utsman.
Sebuah sumber menyebutkan bahwa ada seorang Muslimah yang baru pulang dari Abisinia ditanya oleh Rasulullah tentang Ruqayyah dan bagaimana ia melihat keadaannya, dijawab: "Saya melihatnya ketika ia sedang dinaikkan ke atas seekor keledai."
Mendengar itu Rasulullah sangat terharu. "Semoga Allah menyertainya, sebab Utsman orang yang pertama hijrah mencari perlindungan Allah sesudah turun wahyu," katanya.
Menurut Haekal, apa pun yang mendorong Utsman cepat-cepat hijrah, yang jelas ia berangkat dengan putri Rasulullah itu ke Abisinia, dan selama dua kali hijrah ia tetap tinggal di sana.
Sesudah itu kemudian hijrah lagi dari Makkah ke Madinah. Setelah Rasulullah merencanakan perumahan kaum Muhajirin Quraisy ke Yasrib, letak rumah Utsman berhadapan dengan rumah Rasulullah, dan pintu rumahnya berhadapan dengan pintu rumah Rasulullah.
Ruqayyah Wafat
Utsman tinggal di Madinah dengan merasakan kasih sayang Nabi dan menikmati kemudahan hidup dari kekayaannya. Oleh Rasulullah ia dijadikan sekretarisnya dan kadang sebagai penulis wahyu.
Akan tetapi Rasulullah tidak melibatkannya dalam ekspedisinya yang terjadi sebelum Perang Badar . Tatkala Rasulullah berangkat memimpin Muslimin menghadapi Quraisy dalam Perang Badar, Ruqayyah sedang dalam sakit berat.
Rasulullah mengizinkan Utsman tinggal di rumah untuk merawat istrinya. Tetapi ia tak dapat juga menolongnya; Ruqayyah meninggal dan dimakamkan ketika datang berita tentang kemenangan Muslimin dalam Perang Badar itu.
Rasulullah membagikan hasil rampasan Perang Badar itu dan Utsman mendapat bagian seperti bagian mereka yang ikut berperang. Oleh karena itu Utsman dipandang sebagai salah seorang veteran Badar.
Dengan kecewa berat ia menemui keluarganya, dan di tempat itu ia bertemu dengan bibinya Sa'diyah binti Kuraiz, seorang dukun. Ia memberikan berita gembira bahwa dia akan menikah dengan Ruqayyah.
"Saya heran dia membawa berita gembira mengenai perempuan yang sudah bersuamikan laki-laki lain," kata Utsman. "Lalu kata saya, 'Apa kata Bibi?" Dia menjawab: "Utsman, Anda akan mendapat kehormatan, akan menjadi orang penting. Dia seorang nabi yang membawa bukti, diutus dengan sebenarnya sebagai orang yang saleh, ia akan mendapat wahyu, yang dapat membedakan yang hak dengan yang batil. Ikutlah dia, Anda tak akan tertipu oleh berhala."
Kata Utsman: "Anda mengatakan suatu masalah yang tak pernah terjadi di negeri kita."
Perempuan itu berkata lagi: "Muhammad bin Abdullah, utusan Allah, dengan membawa wahyu dari Allah, mengajak orang beribadah hanya kepada Allah."
Seterusnya kata perempuan itu lagi: "Pelitanya adalah pelita, agama kemenangan, perkaranya berjaya, sasarannya jitu, seluruh negeri ini tunduk kepadanya, tak ada gunanya berteriak, jika terjadi pembantaian dan panah sudah direntang."
Hijrah ke Abisinia
Pernikahan Ruqqayah dengan Utbah bin Abu Lahab, musuh Rasulullah sekaligus paman Rasulullah terjadi sebelum Allah menurunkan ayat 10 surat al-Mumtahanah tentang haram menikah antara Muslimah dengan laki-laki musyrik .
Setelah turun ayat tersebut, dan keduanya bercerai, selanjutnya Utsman menikahi Ruqqayah. "Ketika itu umur Ruqayyah belum mencapai 20 tahun, sementara umur Utsman ketika itu sudah hampir 40 tahun, dan di zaman jahiliah ia sudah pernah menikah dan mendapat julukan Abu Umar," tulis Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987).
Dari Ruqayyah ia mendapat seorang anak laki-laki dan diberi nama Abdullah dan dia pun mendapat julukan demikian. Julukan ini terus melekat kendati anak itu sudah meninggal dalam usia enam tahun.
Setelah menikah, Utsman masih tinggal di Makkah bersama istrinya itu sambil meneruskan usaha perdagangannya dan mengikuti turunnya wahyu serta ajaran-ajaran yang diberikan Nabi Muhammad SAW bersama-sama saudara-saudaranya kaum Muslimin yang sudah lebih dulu dalam Islam.
Islam mulai tersebar dan pihak Quraisy pun tetap menentang dan mengganggu Muslimin. Yang demikian ini berlangsung selama bertahun-tahun terus-menerus.
Sesudah mereka tak mampu melawannya, Rasulullah memerintahkan sahabat-sahabat supaya pergi terpencar-pencar, berlindung kepada Allah dengan agama mereka itu.
Ia menyarankan agar mereka pergi ke Abisinia. Mereka yang berangkat mula-mula terdiri atas sebelas orang laki-laki dan perempuan. Utsman dan istrinya Ruqayyah yang paling lebih dulu hijrah.
Apa sebab Utsman cepat-cepat hijrah dan membawa istrinya? Haekal mengatakan mungkin dia khawatir Ruqayyah istrinya akan mendapat musibah sedang dia tak mampu melindunginya dari gangguan kaumnya sendiri dan yang demikian ini akan menjadi suatu aib seumur hidupnya. Yang terakhir inilah yang sangat mempengaruhi jiwa Utsman.
Sebuah sumber menyebutkan bahwa ada seorang Muslimah yang baru pulang dari Abisinia ditanya oleh Rasulullah tentang Ruqayyah dan bagaimana ia melihat keadaannya, dijawab: "Saya melihatnya ketika ia sedang dinaikkan ke atas seekor keledai."
Mendengar itu Rasulullah sangat terharu. "Semoga Allah menyertainya, sebab Utsman orang yang pertama hijrah mencari perlindungan Allah sesudah turun wahyu," katanya.
Menurut Haekal, apa pun yang mendorong Utsman cepat-cepat hijrah, yang jelas ia berangkat dengan putri Rasulullah itu ke Abisinia, dan selama dua kali hijrah ia tetap tinggal di sana.
Sesudah itu kemudian hijrah lagi dari Makkah ke Madinah. Setelah Rasulullah merencanakan perumahan kaum Muhajirin Quraisy ke Yasrib, letak rumah Utsman berhadapan dengan rumah Rasulullah, dan pintu rumahnya berhadapan dengan pintu rumah Rasulullah.
Ruqayyah Wafat
Utsman tinggal di Madinah dengan merasakan kasih sayang Nabi dan menikmati kemudahan hidup dari kekayaannya. Oleh Rasulullah ia dijadikan sekretarisnya dan kadang sebagai penulis wahyu.
Akan tetapi Rasulullah tidak melibatkannya dalam ekspedisinya yang terjadi sebelum Perang Badar . Tatkala Rasulullah berangkat memimpin Muslimin menghadapi Quraisy dalam Perang Badar, Ruqayyah sedang dalam sakit berat.
Rasulullah mengizinkan Utsman tinggal di rumah untuk merawat istrinya. Tetapi ia tak dapat juga menolongnya; Ruqayyah meninggal dan dimakamkan ketika datang berita tentang kemenangan Muslimin dalam Perang Badar itu.
Rasulullah membagikan hasil rampasan Perang Badar itu dan Utsman mendapat bagian seperti bagian mereka yang ikut berperang. Oleh karena itu Utsman dipandang sebagai salah seorang veteran Badar.
(mhy)