Fanatik Prosedural
loading...
A
A
A
Oleh: Muhammad Irfanudin Kurniawan, Dosen Universitas Darunnajah
DALAMdunia kerja, ada sebuah fenomena yang sering terjadi di berbagai lembaga: beberapa orang yang merasa tidak bisa produktif karena alasan belum ada aturan, panduan, atau SOP (Standard Operating Procedure) yang jelas untuk setiap tugas. Mereka berpendapat bahwa tanpa panduan yang terperinci, mereka tidak bisa melakukan pekerjaan dengan baik.
Nah, izinkan saya menyentil sedikit kebiasaan ini melalui sebuah dialog inspiratif antara Ali bin Abi Thalib dan kaum Khawarij , kelompak yang dikenal sangat tekstual dalam menjalankan syariat Islam yang bisa kita jadikan pelajaran di lingkungan kerja kita.
Ali bin Abi Thalib, ketika menghadapi kaum Khawarij yang memperdebatkan penggunaan Al-Qur'an secara literal, berkata:
Artinya: "Dan Al-Qur'an ini tidak lain hanyalah teks tertulis yang diapit dua sampul. Al-Qur'an tidak bisa bicara sendiri. Manusialah yang berbicara melaluinya."
Ungkapan Ali bin Abi Thalib tentang Al-Qur'an mengandung dua kata kunci yang menarik untuk dianalisis secara semantik, yaitu ينطق (yanṭiqu) dan يتكلم (yatakallamu). Kedua kata ini memiliki makna dasar yang berkaitan dengan "berbicara", namun penggunaannya dalam konteks ungkapan tersebut mengandung nuansa makna yang berbeda.
Kata ينطق (yanṭiqu) berasal dari akar kata نطق (naṭaqa) yang secara harfiah berarti "berbicara" atau "mengucapkan". Dalam konteks ungkapan Ali bin Abi Thalib, penggunaan kata ini dalam bentuk negasi (لا ينطق) menunjukkan bahwa Al-Qur'an sebagai teks tertulis tidak memiliki kemampuan untuk berbicara atau mengucapkan dirinya sendiri secara literal.
Makna semantik yang lebih dalam dari penggunaan kata ini menyiratkan bahwa Al-Qur'an, meskipun mengandung firman Allah, tidak memiliki agency atau kemampuan aktif untuk menyampaikan pesannya tanpa perantara manusia. Ini menegaskan sifat Al-Qur'an sebagai teks yang memerlukan interpretasi dan pemahaman manusia.
Sedangkan Kata يتكلم (yatakallamu) berasal dari akar kata كلم (kalama) yang juga berarti "berbicara" atau "berkata-kata". Namun, penggunaan bentuk yatakallamu dalam ungkapan ini mengandung makna yang lebih aktif dan interaktif dibandingkan dengan yanṭiqu.
Dalam konteks ungkapan Ali bin Abi Thalib, penggunaan kata يتكلم به الرجال (yatakallamu bihi al-rijāl) menekankan peran aktif manusia dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur'an. Ini mengindikasikan bahwa makna Al-Qur'an tidak bersifat statis, melainkan dinamis dan tergantung pada interaksi antara teks dan pembacanya.
Dalam kontek kelembagaan ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil. Bahwasanya aturan, panduan, atau SOP di tempat kerja mungkin sudah tertulis atau belum terwujud sepenuhnya. Namun, sama seperti Al-Qur'an yang tidak bisa berbicara tanpa interpretasi dari manusia, demikian pula aturan di lembaga kita. Aturan itu, sejelas apapun ditulis, tetap membutuhkan kreativitas dan inisiatif dari kita sebagai pelaku. Aturan hanyalah teks yang diam, dan manusialah yang menghidupkannya dengan tindakan!
"Belum Ada SOP, Jadi Gak Bisa Kerja Nih"
Kita sering mendengar alasan ini. Padahal, apakah benar bahwa tanpa panduan kita tidak bisa bekerja? Mari kita bayangkan jika kita hidup pada masa Ali bin Abi Thalib, tanpa teknologi canggih, tanpa SOP yang diketik rapi dan disimpan di drive. Apakah orang-orang di zaman tersebut berhenti bekerja? Tentu tidak!
Ali tidak menyuruh para pengikutnya berhenti menegakkan kebaikan hanya karena teks-teks Al-Qur'an tidak mengeluarkan suara sendiri. Sebaliknya, ia menantang mereka untuk berpikir, memahami, dan bertindak berdasarkan makna yang lebih dalam. Begitu juga dengan kita.
Kreativitas dan Inisiatif: Dua Kunci Produktivitas
Di lembaga tempat Anda bekerja, mungkin belum ada panduan tugas yang super detil, tetapi itu bukan alasan untuk tidak produktif. Kreativitas dan inisiatif adalah dua hal yang tidak memerlukan SOP tertulis. Anda bisa menggunakan akal sehat, pengalaman, dan keterampilan Anda untuk mengerjakan tugas-tugas harian.
Mari kita bercermin dari pernyataan Ali tadi. Dalam bekerja, kita dihadapkan pada situasi yang mungkin tidak selalu memiliki aturan tertulis yang jelas. Namun, aturan itu tidak harus menjadi penentu apakah kita bisa bekerja atau tidak. Kadang, kita perlu berbicara dan bertindak melalui aturan itu, menerjemahkannya ke dalam tindakan nyata.
Apa yang Bisa Dilakukan?
1. Cari Solusi Sendiri: Daripada menunggu panduan lengkap, cobalah mencari tahu sendiri bagaimana tugas seharusnya diselesaikan. Berkonsultasilah dengan rekan kerja atau atasan.
DALAMdunia kerja, ada sebuah fenomena yang sering terjadi di berbagai lembaga: beberapa orang yang merasa tidak bisa produktif karena alasan belum ada aturan, panduan, atau SOP (Standard Operating Procedure) yang jelas untuk setiap tugas. Mereka berpendapat bahwa tanpa panduan yang terperinci, mereka tidak bisa melakukan pekerjaan dengan baik.
Nah, izinkan saya menyentil sedikit kebiasaan ini melalui sebuah dialog inspiratif antara Ali bin Abi Thalib dan kaum Khawarij , kelompak yang dikenal sangat tekstual dalam menjalankan syariat Islam yang bisa kita jadikan pelajaran di lingkungan kerja kita.
Ali bin Abi Thalib, ketika menghadapi kaum Khawarij yang memperdebatkan penggunaan Al-Qur'an secara literal, berkata:
"وهذا القرآن إنما هو خط مسطور بين دفتين لا ينطق. إنما يتكلم به الرجال"
Artinya: "Dan Al-Qur'an ini tidak lain hanyalah teks tertulis yang diapit dua sampul. Al-Qur'an tidak bisa bicara sendiri. Manusialah yang berbicara melaluinya."
Ungkapan Ali bin Abi Thalib tentang Al-Qur'an mengandung dua kata kunci yang menarik untuk dianalisis secara semantik, yaitu ينطق (yanṭiqu) dan يتكلم (yatakallamu). Kedua kata ini memiliki makna dasar yang berkaitan dengan "berbicara", namun penggunaannya dalam konteks ungkapan tersebut mengandung nuansa makna yang berbeda.
Kata ينطق (yanṭiqu) berasal dari akar kata نطق (naṭaqa) yang secara harfiah berarti "berbicara" atau "mengucapkan". Dalam konteks ungkapan Ali bin Abi Thalib, penggunaan kata ini dalam bentuk negasi (لا ينطق) menunjukkan bahwa Al-Qur'an sebagai teks tertulis tidak memiliki kemampuan untuk berbicara atau mengucapkan dirinya sendiri secara literal.
Makna semantik yang lebih dalam dari penggunaan kata ini menyiratkan bahwa Al-Qur'an, meskipun mengandung firman Allah, tidak memiliki agency atau kemampuan aktif untuk menyampaikan pesannya tanpa perantara manusia. Ini menegaskan sifat Al-Qur'an sebagai teks yang memerlukan interpretasi dan pemahaman manusia.
Sedangkan Kata يتكلم (yatakallamu) berasal dari akar kata كلم (kalama) yang juga berarti "berbicara" atau "berkata-kata". Namun, penggunaan bentuk yatakallamu dalam ungkapan ini mengandung makna yang lebih aktif dan interaktif dibandingkan dengan yanṭiqu.
Dalam konteks ungkapan Ali bin Abi Thalib, penggunaan kata يتكلم به الرجال (yatakallamu bihi al-rijāl) menekankan peran aktif manusia dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur'an. Ini mengindikasikan bahwa makna Al-Qur'an tidak bersifat statis, melainkan dinamis dan tergantung pada interaksi antara teks dan pembacanya.
Dalam kontek kelembagaan ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil. Bahwasanya aturan, panduan, atau SOP di tempat kerja mungkin sudah tertulis atau belum terwujud sepenuhnya. Namun, sama seperti Al-Qur'an yang tidak bisa berbicara tanpa interpretasi dari manusia, demikian pula aturan di lembaga kita. Aturan itu, sejelas apapun ditulis, tetap membutuhkan kreativitas dan inisiatif dari kita sebagai pelaku. Aturan hanyalah teks yang diam, dan manusialah yang menghidupkannya dengan tindakan!
"Belum Ada SOP, Jadi Gak Bisa Kerja Nih"
Kita sering mendengar alasan ini. Padahal, apakah benar bahwa tanpa panduan kita tidak bisa bekerja? Mari kita bayangkan jika kita hidup pada masa Ali bin Abi Thalib, tanpa teknologi canggih, tanpa SOP yang diketik rapi dan disimpan di drive. Apakah orang-orang di zaman tersebut berhenti bekerja? Tentu tidak!
Ali tidak menyuruh para pengikutnya berhenti menegakkan kebaikan hanya karena teks-teks Al-Qur'an tidak mengeluarkan suara sendiri. Sebaliknya, ia menantang mereka untuk berpikir, memahami, dan bertindak berdasarkan makna yang lebih dalam. Begitu juga dengan kita.
Kreativitas dan Inisiatif: Dua Kunci Produktivitas
Di lembaga tempat Anda bekerja, mungkin belum ada panduan tugas yang super detil, tetapi itu bukan alasan untuk tidak produktif. Kreativitas dan inisiatif adalah dua hal yang tidak memerlukan SOP tertulis. Anda bisa menggunakan akal sehat, pengalaman, dan keterampilan Anda untuk mengerjakan tugas-tugas harian.
Mari kita bercermin dari pernyataan Ali tadi. Dalam bekerja, kita dihadapkan pada situasi yang mungkin tidak selalu memiliki aturan tertulis yang jelas. Namun, aturan itu tidak harus menjadi penentu apakah kita bisa bekerja atau tidak. Kadang, kita perlu berbicara dan bertindak melalui aturan itu, menerjemahkannya ke dalam tindakan nyata.
Apa yang Bisa Dilakukan?
1. Cari Solusi Sendiri: Daripada menunggu panduan lengkap, cobalah mencari tahu sendiri bagaimana tugas seharusnya diselesaikan. Berkonsultasilah dengan rekan kerja atau atasan.