Kisah Awan Mengirim Hujan pada Petani yang Gemar Berderma
loading...
A
A
A
SESUNGGUHNYA alam semesta ini milik Allah. Allah adalah Tuhannya, Penciptanya, dan Pengaturnya. Jika seorang hamba berjalan lurus di atas perintah-Nya, maka Allah akan memerintahkan alam agar menjaganya dan melakukan sesuatu yang mengandung kebaikan dan kemaslahatannya. (
)
Syaikh ‘Umar Sulaiman al-Asyqor dalam bukunya berjudul " Kisah-Kisah Shahih Dalam Al-Qur’an dan Sunnah " menukill sebuah hadis tentang seorang petani yang dicintai Allah Ta'ala.
Allah memerintahkan awan untuk menyiram kebun petani saleh itu. Berkah itu hanya untuk petani itu saja. Kebun-kebun yang lain tidak mendapat hujan. ( )
Kisah ini berdasar hadis yang diriwayatkan Muslim dalam Shahih-nya. Dari Abu Hurairah Nabi berkata, "Ketika seorang laki-laki berada di tempat yang sunyi, dia mendengar suara awan, 'Siramilah kebun fulan.'
Lalu awan itu menjauh dan menumpahkan airnya di tanah dengan bebatuan hitam. Ternyata ada saluran air yang telah dipenuhi oleh seluruh air itu. Laki-laki itu menelusuri jalannya air. Ternyata ada seorang laki-laki yang berdiri di kebunnya, dia mengalirkan air dengan cangkulnya. ( )
Dia bertanya, 'Wahai hamba Allah, siapa namamu?'
Dia menjawab, 'Fulan.' Nama yang didengarnya dari suara di awan. Dia berkata, 'Wahai hamba Allah mengapa kamu bertanya tentang namaku?'
Dia menjawab, 'Sesungguhnya aku mendengar suara di awan di mana airnya adalah ini. Suara itu berkata, 'Siramilah kebun Fulan.' Yaitu, namamu. Apa yang kamu lakukan padanya?' ( )
Dia menjawab, 'Karena kamu mengatakan itu, maka aku melihat hasil kebunku. Sepertiganya aku sedekahkan, sepertiga lagi aku makan bersama keluargaku, dan sepertiga sisanya aku kembalikan kepadanya.'
Ahmad bin Abdata Ad-Dhabiy menyampaikannya kepada kami, Abu Dawud memberitakan kepada kami, Abdul Aziz bin Abu Salamah menyampaikan kepada kami, Wahab bin Kaisan menyampaikan kepada kami dengan sanad ini. Hanya saja dia berkata, "Aku memberikan sepertiganya kepada orang-orang miskin, para pengemis, dan Ibnu Sabil." ( )
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dalam Kitabuz Zuhd war Raqaq, bab sedekah kepada orang-orang miskin, 4/2288, no. 2984.
Penjelasan Hadis
Syaikh Umar menjelaskan Rasulullah SAW menyampaikan kepada kita tentang seorang laki-laki yang mendengar sesuatu yang ghaib. Dia berjalan di tempat yang sunyi, lalu sebuah awan lewat di atas kepalanya, maka dia mendengar suara di awan itu, sebuah perintah agar menyirami kebun Fulan.
Kita mengetahui bahwa Allah menugaskan para Malaikat untuk mengarahkan awan. Ia diperintahkan untuk menurunkannya di tempat-tempat tertentu. Suara yang didengarkan oleh laki-laki itu adalah suara Malaikat , tanpa ragu. ( )
Dan sunnatullah menunjukkan bahwa kita tidak mendengar ucapan para Malaikat kecuali karena ada sebuah hikmah. Dan hikmahnya adalah bahwa Allah hendak mengenalkan kepada kita akan kebaikan dan keberkahan sebagai hasil dari kelurusan pemilik kebun kepada kebunnya.
Suara itu menggelitik laki-laki yang menyimaknya. Dia ingin mengetahui laki-laki yang namanya disebut dalam suara itu. Dia melihat arah tempat awan itu menumpahkan airnya. Ternyata awan itu menurunkan hujannya di sebuah tanah dengan batu-batu hitam.
Laki-laki itu melihat hujan yang turun ke bumi. Dia melihat hujan itu telah membentuk selokan dan aliran air yang menuju ke arah tertentu. Laki-laki tersebut menelusuri alur air itu. Dia berjalan mengikuti air itu. Dia melihatnya sampai di sebuah kebun.
Laki-laki itu melihat seorang laki-laki lain yang sedang berdiri di sebuah kebun dan sedang mengalihkan air dengan cangkulnya agar menuju ke segala penjuru kebunnya.
Laki-laki itu berhenti di depan pemilik kebun untuk menanyakan namanya, dan ternyata namanya sama dengan nama yang terdengar dan suara itu.
Pemilik kebun merasa aneh dengan pertanyaan laki-laki tersebut, maka diberitahukanlah tentang beritanya dan nama yang dia dengar di awan. Dan bahwa sebuah perintah telah dikeluarkan kepada para petugas yang menangani awan itu agar menyiram kebunnya.
Syaikh ‘Umar Sulaiman al-Asyqor dalam bukunya berjudul " Kisah-Kisah Shahih Dalam Al-Qur’an dan Sunnah " menukill sebuah hadis tentang seorang petani yang dicintai Allah Ta'ala.
Allah memerintahkan awan untuk menyiram kebun petani saleh itu. Berkah itu hanya untuk petani itu saja. Kebun-kebun yang lain tidak mendapat hujan. ( )
Kisah ini berdasar hadis yang diriwayatkan Muslim dalam Shahih-nya. Dari Abu Hurairah Nabi berkata, "Ketika seorang laki-laki berada di tempat yang sunyi, dia mendengar suara awan, 'Siramilah kebun fulan.'
Lalu awan itu menjauh dan menumpahkan airnya di tanah dengan bebatuan hitam. Ternyata ada saluran air yang telah dipenuhi oleh seluruh air itu. Laki-laki itu menelusuri jalannya air. Ternyata ada seorang laki-laki yang berdiri di kebunnya, dia mengalirkan air dengan cangkulnya. ( )
Dia bertanya, 'Wahai hamba Allah, siapa namamu?'
Dia menjawab, 'Fulan.' Nama yang didengarnya dari suara di awan. Dia berkata, 'Wahai hamba Allah mengapa kamu bertanya tentang namaku?'
Dia menjawab, 'Sesungguhnya aku mendengar suara di awan di mana airnya adalah ini. Suara itu berkata, 'Siramilah kebun Fulan.' Yaitu, namamu. Apa yang kamu lakukan padanya?' ( )
Dia menjawab, 'Karena kamu mengatakan itu, maka aku melihat hasil kebunku. Sepertiganya aku sedekahkan, sepertiga lagi aku makan bersama keluargaku, dan sepertiga sisanya aku kembalikan kepadanya.'
Ahmad bin Abdata Ad-Dhabiy menyampaikannya kepada kami, Abu Dawud memberitakan kepada kami, Abdul Aziz bin Abu Salamah menyampaikan kepada kami, Wahab bin Kaisan menyampaikan kepada kami dengan sanad ini. Hanya saja dia berkata, "Aku memberikan sepertiganya kepada orang-orang miskin, para pengemis, dan Ibnu Sabil." ( )
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dalam Kitabuz Zuhd war Raqaq, bab sedekah kepada orang-orang miskin, 4/2288, no. 2984.
Penjelasan Hadis
Syaikh Umar menjelaskan Rasulullah SAW menyampaikan kepada kita tentang seorang laki-laki yang mendengar sesuatu yang ghaib. Dia berjalan di tempat yang sunyi, lalu sebuah awan lewat di atas kepalanya, maka dia mendengar suara di awan itu, sebuah perintah agar menyirami kebun Fulan.
Kita mengetahui bahwa Allah menugaskan para Malaikat untuk mengarahkan awan. Ia diperintahkan untuk menurunkannya di tempat-tempat tertentu. Suara yang didengarkan oleh laki-laki itu adalah suara Malaikat , tanpa ragu. ( )
Dan sunnatullah menunjukkan bahwa kita tidak mendengar ucapan para Malaikat kecuali karena ada sebuah hikmah. Dan hikmahnya adalah bahwa Allah hendak mengenalkan kepada kita akan kebaikan dan keberkahan sebagai hasil dari kelurusan pemilik kebun kepada kebunnya.
Suara itu menggelitik laki-laki yang menyimaknya. Dia ingin mengetahui laki-laki yang namanya disebut dalam suara itu. Dia melihat arah tempat awan itu menumpahkan airnya. Ternyata awan itu menurunkan hujannya di sebuah tanah dengan batu-batu hitam.
Laki-laki itu melihat hujan yang turun ke bumi. Dia melihat hujan itu telah membentuk selokan dan aliran air yang menuju ke arah tertentu. Laki-laki tersebut menelusuri alur air itu. Dia berjalan mengikuti air itu. Dia melihatnya sampai di sebuah kebun.
Laki-laki itu melihat seorang laki-laki lain yang sedang berdiri di sebuah kebun dan sedang mengalihkan air dengan cangkulnya agar menuju ke segala penjuru kebunnya.
Laki-laki itu berhenti di depan pemilik kebun untuk menanyakan namanya, dan ternyata namanya sama dengan nama yang terdengar dan suara itu.
Pemilik kebun merasa aneh dengan pertanyaan laki-laki tersebut, maka diberitahukanlah tentang beritanya dan nama yang dia dengar di awan. Dan bahwa sebuah perintah telah dikeluarkan kepada para petugas yang menangani awan itu agar menyiram kebunnya.