Kisah Kejujuran Ka'ab Bin Malik yang Mengagumkan
loading...
A
A
A
Kejujuran adalah tanda kesempurnaan iman dan takwa kepada Allah. Kisah sahabat Nabi bernama Ka'ab Bin Malik radhiyallahu 'anhu dapat kita jadikan iktibar (pelajaran) bagaimana beliau berlaku jujur hingga tobatnya diterima Allah.
Ka'ab bin Malik, sahabat Rasulullah dari kalangan kaum Anshar. Beliau bernama lengkap Ka'ab bin Malik bin Amru al-Anshari al-Khazraji dan digelari Abu Abdulllah atau Abu Abdurrahman. Dai yang juga Founder Daarut Tauhiid KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) menceritakan kisah Ka'ab Bin Malik ini dalam buku "Karakter Baku, Ikhtiar Membangun Generasi Muda Islam". (
)
Suatu saat, ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersama para sahabat dan kaum Muslimin dari Kota Madinah hendak berangkat menuju Perang Tabuk menghadapi pasukan Romawi, Ka'ab bin Malik tidak ikut dalam perang itu.
Padahal, Ka'ab bin Malik tidak memiliki uzur saat itu. Usianya belumlah tua dan beliau pun tidak sedang dalam keadaan sakit. Beliau juga bukan golongan orang-orang munafik di Kota Madinah. Ka'ab bin Malik tidak turut serta dalam perang hanya karena faktor kelalaiannya.
Sepulangnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersama pasukan kaum Muslimin ke Madinah, Ka'ab bin Malik pun menghadap kepada Rasulullah. Sebenarnya ketika itu Ka'ab bin Malik bisa saja menyampaikan alasan-alasan yang dibuat-buat, ia bisa saja mengatakan kedustaan demi menyelamatkan dirinya di hadapan Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Akan tetapi, Ka'ab bin Malik tidak melakukannya. la justru menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi, mengapa ia tidak turut serta dalam pasukan kaum Muslimin di Perang Tabuk. Ka'ab bin Malik menyampaikan apa adanya secara jujur di hadapan Rasulullah, karena ia tahu sesungguhnya Allah Maha Tahu dan ia mengharapkan ampunan-Nya.
Kemudian, Rasulullah صلى الله عليه وسلم memerintahkan Ka'ab bin Malik untuk menunggu kabar berita yang akan datang berdasarkan wahyu Allah. Tidak hanya itu, Rasulullah pun melarang para sahabat yang lain untuk berbicara dengan Ka'ab bin Malik.
Keadaan itu berlangsung selama 40 hari lamanya. Ka'ab bin Malik menjadi terasing sementara dari para sahabat lainnya dan kaum Muslimin di kota Madinah karena tak seorang pun yang mau berbicara dengannya. Hal ini tentu saja membuat Ka'ab bin Malik merasa terhimpit.
Namun, pada suatu saat selepas shalat subuh, Rasulullah صلى الله عليه وسلم menyampaikan sebuah berita gembira bahwasanya Allah menerima taubat Ka'ab bin Malik dan dua sahabat lainnya yang tidak turut serta dalam Perang Tabuk. Sejak saat itu, Ka'ab bin Malik semakin kuat imannya, semakin besar semangat jihadnya dan semakin kuat kejujurannya. ( )
Ka'ab bin Malik berkata: "Wahai Rasulullah , sesungguhnya Allah menyelamatkan aku dengan kejujuran, dan sesungguhnya termasuk taubatku bahwa aku tidak akan berbicara kecuali yang benar selama hidupku."
Ka'ab bin Malik juga berkata, "Maka demi Allah, Allah tidak pernah memberikan nikmat kepadaku selamanya, setelah memberikan petunjuk Islam kepadaku, yang lebih besar dalam diriku daripada kejujuranku kepada Rasulullah, bahwa aku tidak berbohong kepadanya, lalu (kalau aku berbohong) aku menjadi binasa sebagaimana binasanya orang-orang yang berdusta..."
Ayat yang turun kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم sebagai penerimaan Allah terhadap pertaubatan sahabat Ka'ab bin Malik ini adalah firman Allah berikut ini:
"Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.
Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah terasa sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah terasa sempit bagi mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (OS. At Taubah (9): 117-118)
Ketiga orang yang dimaksud di dalam ayat ini adalah Ka'ab bin Malik, Hilal bin Umayyah, dan Mararah bin Rabi. Mereka adalah tiga sahabat Rasulullah yang disalahkan karena tidak ikut berperang dalam Perang Tabuk.
Demikian kisah Ka'ab yang sangat indah untuk diteladani di tengah masyarakat. Pada umumnya manusia enggan mengakui kesalahan dan tidak mau bertaubat atas kesalahannya. Keengganan ini biasanya disebabkan rasa gengsi, atau hatinya buta akan kebenaran.
Tindakan berkelit dari kesalahan, merangkai dusta demi dusta dan menyulam kebohongan bisa saja dilakukan Ka'ab untuk menyelamatkan mukanya. Namun, beliau memilih bersikap jujur dan terbuka kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Berkat kejujurannya itu, Allah pun menerima taubatnya. Semoga kita tergolong orang-orang yang mengamalkan kejujuran. Aamiin!
( )
Ka'ab bin Malik, sahabat Rasulullah dari kalangan kaum Anshar. Beliau bernama lengkap Ka'ab bin Malik bin Amru al-Anshari al-Khazraji dan digelari Abu Abdulllah atau Abu Abdurrahman. Dai yang juga Founder Daarut Tauhiid KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) menceritakan kisah Ka'ab Bin Malik ini dalam buku "Karakter Baku, Ikhtiar Membangun Generasi Muda Islam". (
Baca Juga
Suatu saat, ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersama para sahabat dan kaum Muslimin dari Kota Madinah hendak berangkat menuju Perang Tabuk menghadapi pasukan Romawi, Ka'ab bin Malik tidak ikut dalam perang itu.
Padahal, Ka'ab bin Malik tidak memiliki uzur saat itu. Usianya belumlah tua dan beliau pun tidak sedang dalam keadaan sakit. Beliau juga bukan golongan orang-orang munafik di Kota Madinah. Ka'ab bin Malik tidak turut serta dalam perang hanya karena faktor kelalaiannya.
Sepulangnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersama pasukan kaum Muslimin ke Madinah, Ka'ab bin Malik pun menghadap kepada Rasulullah. Sebenarnya ketika itu Ka'ab bin Malik bisa saja menyampaikan alasan-alasan yang dibuat-buat, ia bisa saja mengatakan kedustaan demi menyelamatkan dirinya di hadapan Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Akan tetapi, Ka'ab bin Malik tidak melakukannya. la justru menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi, mengapa ia tidak turut serta dalam pasukan kaum Muslimin di Perang Tabuk. Ka'ab bin Malik menyampaikan apa adanya secara jujur di hadapan Rasulullah, karena ia tahu sesungguhnya Allah Maha Tahu dan ia mengharapkan ampunan-Nya.
Kemudian, Rasulullah صلى الله عليه وسلم memerintahkan Ka'ab bin Malik untuk menunggu kabar berita yang akan datang berdasarkan wahyu Allah. Tidak hanya itu, Rasulullah pun melarang para sahabat yang lain untuk berbicara dengan Ka'ab bin Malik.
Keadaan itu berlangsung selama 40 hari lamanya. Ka'ab bin Malik menjadi terasing sementara dari para sahabat lainnya dan kaum Muslimin di kota Madinah karena tak seorang pun yang mau berbicara dengannya. Hal ini tentu saja membuat Ka'ab bin Malik merasa terhimpit.
Namun, pada suatu saat selepas shalat subuh, Rasulullah صلى الله عليه وسلم menyampaikan sebuah berita gembira bahwasanya Allah menerima taubat Ka'ab bin Malik dan dua sahabat lainnya yang tidak turut serta dalam Perang Tabuk. Sejak saat itu, Ka'ab bin Malik semakin kuat imannya, semakin besar semangat jihadnya dan semakin kuat kejujurannya. ( )
Ka'ab bin Malik berkata: "Wahai Rasulullah , sesungguhnya Allah menyelamatkan aku dengan kejujuran, dan sesungguhnya termasuk taubatku bahwa aku tidak akan berbicara kecuali yang benar selama hidupku."
Ka'ab bin Malik juga berkata, "Maka demi Allah, Allah tidak pernah memberikan nikmat kepadaku selamanya, setelah memberikan petunjuk Islam kepadaku, yang lebih besar dalam diriku daripada kejujuranku kepada Rasulullah, bahwa aku tidak berbohong kepadanya, lalu (kalau aku berbohong) aku menjadi binasa sebagaimana binasanya orang-orang yang berdusta..."
Ayat yang turun kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم sebagai penerimaan Allah terhadap pertaubatan sahabat Ka'ab bin Malik ini adalah firman Allah berikut ini:
"Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.
Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah terasa sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah terasa sempit bagi mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (OS. At Taubah (9): 117-118)
Ketiga orang yang dimaksud di dalam ayat ini adalah Ka'ab bin Malik, Hilal bin Umayyah, dan Mararah bin Rabi. Mereka adalah tiga sahabat Rasulullah yang disalahkan karena tidak ikut berperang dalam Perang Tabuk.
Demikian kisah Ka'ab yang sangat indah untuk diteladani di tengah masyarakat. Pada umumnya manusia enggan mengakui kesalahan dan tidak mau bertaubat atas kesalahannya. Keengganan ini biasanya disebabkan rasa gengsi, atau hatinya buta akan kebenaran.
Tindakan berkelit dari kesalahan, merangkai dusta demi dusta dan menyulam kebohongan bisa saja dilakukan Ka'ab untuk menyelamatkan mukanya. Namun, beliau memilih bersikap jujur dan terbuka kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Berkat kejujurannya itu, Allah pun menerima taubatnya. Semoga kita tergolong orang-orang yang mengamalkan kejujuran. Aamiin!
( )
(rhs)