Kisah Sufi: Adakah Nilai Dalam Memuja Orang Suci?

Selasa, 24 November 2020 - 06:36 WIB
loading...
Kisah Sufi: Adakah Nilai Dalam Memuja Orang Suci?
Ilustrasi/Ist
A A A
Kisah-kisah berikut dinukil dari Idries Shah dalam bukunya yang berjudul The Way of the Sufi dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Joko S. Kahhar dan Ita Masyitha dengan judul "Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma'rifat". ( )

MEMUJA ORANG SUCI

Seorang Syaikh Sufi ditanya oleh seorang pengunjung:

"Adakah nilai dalam memuja orang suci?"

Ia menjawab, "Itu tidak masuk akal dan dilarang oleh Islam." Si penanya pun pergi, ia puas.

Seorang murid yang hadir berkata, "Tetapi jawaban Anda tidak mencakup maksud pertanyaan tadi."

Syaikh berkata padanya, "Penanya tadi berada pada tahap syari'at (agama konvensionalis). Caranya bertanya menunjukkan bahwa ada penentraman hati yang ia inginkan, dan ia mencarinya dariku, seseorang yang ia dengar sebagai sumber yang dapat dipercaya.

Bagaimanapun, terdapat jenis hubungan yang lain dengan orang suci, lebih dari sekadar pemujaan. Mengunjungi makam mereka terdapat kebaikan. Tetapi kebaikan ini hanya berlaku untuk mereka yang dapat menerimanya. Orang tadi bukan salah satu dari mereka, jadi aspek lain dari pertanyaannya tidak ada.



Seseorang yang bulan lalu bertanya tentang pembuktian fakta, bahwa 'obat yang ditulis melalui meditasi di tempat suci, sepenuhnya ditimbulkan oleh aspirasi, bukan orang suci'. Aku setuju dengannya. Ia tidak mempunyai kemampuan untuk pemikiran yang lebih kompleks; jadi, dengan kata lain, ini mungkin sebagai kebenaran pada beberapa peristiwa, keseluruhannya pada peristiwa lain, dan sebagainya.

Sudah menjadi ciri khas mereka yang buta, mereka dapat melihat hanya persoalan tertentu. Orang-orang suci adalah manusia, mengunjungi tempat suci bagi sebagian merupakan ikatan 'pemujaan orang suci', memuja orang suci itu bodoh. Oleh karena itu tidak ada keuntungan dalam pemujaan orang suci.

Satu dalam seribu, barangkali, yang mengunjungi tempat suci mengetahui dalam mata batinnya, mengapa ia di sana dan apa kebaikan alamiah yang ia peroleh. Sudah wajar kalau semua peziarah membayangkan bahwa mereka 'beriman' dan karena itu mereka semua menjalankan sesuatu yang sama. Tentu saja mereka tidak demikian. Pernahkah engkau mencoba menunjukkan orang yang salah jalan, bahwa pandangannya sempit? Secara fisik, ia mungkin mendengarkan. Tetapi untuk kepentingan harga dirinya ia akan menolak apa yang engkau maksudkan, jika tidak apa yang engkau katakan.



WAKTU BELAJAR

Guru dari Ascalon jarang sekali berbicara kepada muridnya. Jika bicara, mereka dikuasai oleh gagasan-gagasannya.

"Bolehkah kami mendapatkan pelajaran pada saat dimana kami dapat mengikutinya dengan baik?" tanya mereka, "karena pada waktu Anda bicara sebagian dari kami mendapat tugas keluarga dan tidak selalu dapat hadir."

"Kau harus mencari orang lain yang melakukan itu," jawabnya. "Karena mengingat aku hanya mengajar ketika aku tidak merasakan dorongan untuk mengajar, di luar ada beberapa yang dapat mengajar sesuai dengan siapa yang hadir pada saat yang tepat. Yaitu yang merasakan dorongan untuk mengajar, dan akibatnya hanya perlu membiasakan diri pada apa yang mereka katakan pada pendengar."

( )

JIKA AKU MINTA DAN MEREKA MENOLAK ...

Seorang darwis ditanya, "Mengapa engkau tidak minta sesuatu pada orang-orang, sehingga engkau memiliki makanan?" Jawabnya, "Jika aku minta pada mereka dan mereka menolakku, ada bahaya yang akan mereka derita. Nabi pernah berkata bahwa jika orang yang sangat membutuhkan meminta, mereka yang menolak untuk memberinya akan merana."

)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2634 seconds (0.1#10.140)