10 Sebab Datangnya Cinta Allah Ta'ala

Jum'at, 27 November 2020 - 09:01 WIB
loading...
10 Sebab Datangnya Cinta Allah Taala
Cinta yang dibangun karena Allah subhanahu wa ta’ala akan menghasilkan kebaikan yang sangat banyak dan berharga. Foto ilustrasi/ist
A A A
Cinta adalah anugerah Allah Ta'ala kepada hamba-Nya. Tanpa keberadaan cinta, orang menyebutnya sebagai perasaan hampa . Artinya, cinta merupakan fitrah alami manusia.

Dalam kehidupan manusia , cinta muncul dalam berbagai hal termasuk cinta kepada istri, anak, harta dan tahta dan sebagainya. Namun, Islam sebagai agama dan pembawa rahmat , Allah Ta'ala mengenalkan dan menghargai adanya cinta sesuai dengan yang dikehendaki sang Khalik.

(Baca juga : Nasehat Rasulullah untuk Kaum Perempuan )

Islam juga memandang perlu untuk menjaga perasaan cinta agar setiap muslim dan muslimah tidak salah arah ketika mencintai. Memang cinta banyak memberikan inspirasi dan pengorbanan akan tetapi cinta jugalah yang kadang membawa kesengsaraan bagi mereka yang merasakannya. Cinta yang salah akan berbuah bencana.

Seorang pezina dengan gampang tanpa diiringi rasa malu mengatakan , “Kami sama-sama cinta, suka sama suka.” Karena alasan cinta, seorang bapak membiarkan anak-anaknya bergelimang dalam dosa. Dengan alasan cinta pula, seorang suami melepas istrinya hidup bebas tanpa ada ikatan dan tanpa rasa cemburu sedikit pun.

(Baca juga : Sedekah Bisa Mengantarkan ke Neraka Karena Kesalahan Ini )

Demikianlah bila kebodohan telah melanda kehidupan dan kebenaran tidak lagi menjadi tolok ukur. Dalam keadaan seperti ini, setan tampil mengibarkan benderanya serta menabuh genderang penyesatan dengan mengangkat cinta sebagai landasan bagi pembolehan terhadap segala yang dilarang Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَ‍َٔابِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (QS Ali ‘Imran: 14)

(Baca juga : Belajar Kesabaran yang Seluas Samudera dari Sosok Siti Rahmah )

Asy-Syaikh ‘Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah dalam kitab tafsirnya mengatakan, “Allah subhanahu wa ta’ala memberitakan dalam surat Ali ‘Imran ayat 14 itu tentang keadaan manusia kaitannya dengan masalah lebih mencintai kehidupan dunia daripada akhirat. Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan pula perbedaan besar antara dua negeri tersebut. Allah subhanahu wa ta’ala memberitakan bahwa hal-hal tersebut (syahwat, wanita, anak-anak, dan sebagainya) dihiaskan kepada manusia sehingga membelalakkan pandangan mereka serta menanamkannya di dalam hati-hati mereka.

Jika terlalu cinta dunia maka semuanya berakhir pada segala bentuk kelezatan jiwa. Sayangnya, sebagian besar condong kepada perhiasan dunia tersebut dan menjadikannya sebagai tujuan terbesar dari cita-cita, cinta, dan ilmu mereka. Padahal semua itu adalah perhiasan yang sedikit dan akan hilang dalam waktu yang sangat cepat.”

(Baca juga : Prabowo Selamatkan Dua Hal Ini Jika Mundur dari Menhan )

Ulama ahli hikmah Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas. Bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas. (Berarti) definisinya adalah adanya cinta itu sendiri.” Penjelasan tersebut tertulis dalam kitab Madarijus Salikin.

Cinta yang dibangun karena Allah subhanahu wa ta’ala akan menghasilkan kebaikan yang sangat banyak dan berharga. Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Madarijus Salikin berkata, ”Sebagian salaf mengatakan bahwa suatu kaum telah mengaku cinta kepada Allah subhanahu wa ta’ala, lalu Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan ayat ujian kepada mereka:

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ

“Katakanlah, ‘Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian’.” (QS Ali ‘Imran: 31).

(Baca juga : Penghentian Ekspor Benih Lobster: Pendapatan Negara 'Setitik', Ramainya Se-Indonesia )

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu:

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ الْإِيْمَانِ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْأَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

“Tiga hal yang jika ketiganya ada pada diri seseorang niscaya dia akan mendapatkan manisnya iman: hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, hendaklah dia mencintai seseorang serta tidaklah dia mencintainya melainkan karena Allah, dan hendaklah dia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia dari kekufuran itu sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

(Baca juga : Anies Baswedan Raih Penghargaan Gubernur Terpopuler di Media Digital 2020 )

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa di antara sebab-sebab datangnya cinta Allah subhanahu wa ta’ala kepada seorang hamba ada sepuluh perkara, yakni :

1. Membaca Al-Qur’an, menggali dan memahami makna-maknanya serta apa yang dimaukannya
2, Mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan amalan-amalan sunnah setelah amalan wajib.
3. Terus-menerus berzikir dalam setiap keadaan.
4. Mengutamakan kecintaan Allah subhanahu wa ta’ala di atas kecintaanmu ketika bergejolaknya nafsu.
5. Hati yang selalu menggali nama-nama dan sifat-sifat Allah subhanahu wa ta’ala, menyaksikan dan mengetahuinya.
6. Menyaksikan kebaikan-kebaikan Allah subhanahu wa ta’ala dan segala nikmat-Nya.
7. Tunduknya hati di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala.
8. Berkhalwat (menyendiri dalam bermunajat) bersama-Nya ketika Allah subhanahu wa ta’ala turun (ke langit dunia).
9. Duduk bersama orang-orang yang memiliki sifat cinta dan jujur.
10. Menjauhkan segala sebab yang akan menghalangi hati dari Allah subhanahu wa ta’ala.

(Baca juga : Mike Tyson Menanti Kematian: Ya, Saya Tidak Takut! )

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيۡكُمُ ٱلۡإِيمَٰنَ وَزَيَّنَهُۥ فِي قُلُوبِكُمۡ

“Tetapi Allah menjadikan kamu mencintai keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu.” (QS Al-Hujurat: 7)

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ

“Dan orang-orang yang beriman lebih mencintai Allah.” (QS Al-Baqarah: 165)

فَسَوۡفَ يَأۡتِي ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ يُحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّونَهُۥٓ

“Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.” (QS Al-Maidah: 54)

(Baca juga : KH Miftachul Akhyar Pimpin MUI, Menag: Selamat, Mari Bumikan Islam Wasathiyah )

Dalam kitab Majmu’ Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah bahwa yang menggerakkan hati menuju Allah subhanahu wa ta’ala ada tiga perkara: cinta, takut, dan harapan. Yang paling kuat adalah cinta, dan cinta itu sendiri merupakan tujuan karena akan didapatkan di dunia dan di akhirat.”

Wallahu 'Alam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1876 seconds (0.1#10.140)