Sebaik-baiknya Pernikahan yang Paling Baik

Kamis, 03 Desember 2020 - 13:43 WIB
loading...
Sebaik-baiknya Pernikahan yang Paling Baik
Jika di dalam pernikahan tersebut ada kemudahan dan memudahkan, jauh dari berlebih-lebihan, maka ini penyebab-penyebab yang mendatangkan berkah dan terus-menerusnya kebaikan kepada suami istri tersebut. Foto ilustrasi/ist
A A A
Sebuah pernikahan sudah pasti adalah idaman setiap muslimah. Momen yang tidak akan pernah dilupakan dan ingin dilakukan sekali seumur hidupnya. Karena ingin berkesan , maka biasanya sebuah pernikahan dilakukan dengan meriah dan serba 'wah'.

(Baca juga : Ada Keutamaan Bila Menutupi Aib Orang Lain )

Namun sayangnya, kebanyakan dari perempuan jika ingin menikah, maka perhatiannya tertuju kepada dekorasi dan penampilan saja. Perhatiannya tertuju untuk menyerupakan kepada perempuan-perempuan sejenis dan yang semisalnya. Ada wanita yang begini dari orang-orang mengerjakan seperti ini, ada di dalam pernikahan si fulan melakukan seperti ini. Maka pandangannya tertuju kepada penampilan saja.

Menurut Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc, karena kebanyakan pernikahan memperhatikan penampilannya saja, maka terjadi perkara-perkara yang munkar dan banyak yang diharamkan. Pendahuluan seperti ini sebelum pernikahan menjadi sebab pendeknya keberkahan dan sedikitnya kebaikan di dalam pernikahan tersebut.

(Baca juga : Syarat dan Adab Berzikir yang Sering Terlewatkan )

Berbeda apabila seorang perempuan menjauhi akan hal itu. Kemudian keluarga dari perempuan tersebut juga menjauhi akan hal tersebut. Mereka menjauhkan dari sikap terlalu berlebih-lebihan, mereka menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat dan dosa, biaya pernikahan yang digunakan adalah biaya yang tidak memberatkan di dalamnya, tidak terlalu berlebih-lebihan, tidak terlalu menghambur-hamburkan. Maka di sinilah akan benar-benar terjadi kebaikan dan akan dirasakan keberkahan di dalam pernikahan tersebut.

Oleh sebab itulah terdapat di dalam hadis yang shahih dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa sallam, dari hadis sahabat Nabi ‘Uqbah bin Amir Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ النِّكَاحِ أَيْسَرُهُ

“Pernikahan paling baik adalah yang paling mudah.” (HR. Abu Dawud)

(Baca juga : Berakhlak yang Baik Menjadi Pemberat Timbangan )

Dan di dalam hadis yang lain:

أَعْظَمُ النِّسَاءِ بَرَكَةً أَيْسَرُهُنَّ مَئُونَةً

“Wanita paling besar berkahnya adalah yang paling mudah biaya pernikahannya.” (HR. Ahmad)

Ini, ditegaskan dai yang rajin mengisi ceramah di kanal jaringan dakwah muslim tersebut, menjadi pelajaran bagi para perempuan. Karena yang paling penting sebenarnya setelah menikah bagaimana bisa merasakan sakinah, mawaddah dan rahmah. Bukan hanya yang satu malam itu saja menghambur-hamburkan harta dan berfoya-foya. Tetapi bagaimana setelah pernikahan tersebut mendapatkan sakinah, mawaddah dan rahmah.

(Baca juga : Study Tour ke Jogja, Puluhan Guru MAN di Palmerah Positif Covid-19 )

Oleh sebab itulah, semestinya seorang perempuan, bapak dan ibu, hendaknya yang menjadi fokus pandangan mereka dalam masalah pernikahan dan di dalam resepsi pernikahan adalah kemudahan, bukan kesulitan, rendah hati, tidak menyombongkan diri, tidak menunjukkan sikap ketinggian saat melakukan pernikahan.

Karena sebagian orang kalau melakukan pernikahan kadang-kadang yang ada di dalam benaknya adalah gengsi. Gengsi kalau seandainya pernikahannya tidak mewah, gengsi kalau seandainya pernikahannya tidak meriah. Gengsi kalau seandainya anak perempuannya cuma diberi mahar sekian juta, tidak puluhan juta atau ratusan juta. Pemikiran seperti ini keliru.

(Baca juga : Bos BI Pede Kredit Bisa Tumbuh 9% di 2021 )

Dan yang ada dalam pikiran perempuan serta bapak dan ibu perempuan tersebut, hendaknya yaitu kemudahan, kesederhanaan, tidak berlebihan, tidak berfoya-foya. Maka ini perkara yang benar-benar memiliki pengaruh di dalam kehidupan berumah tangga. Seluruhnya, baik itu secara positif ataupun negatif sangat berpengaruh. Dari mulai pertama kita melakukan akad pernikahan kemudian dilanjutkan dengan resepsi pernikahan.

"Terutama kita di zaman pandemi covid-19 seperti ini, tidak terlalu perlu untuk menggelar pernikahan yang terlalu mewah, membuang-buang harta, habis ratusan juta bahkan mungkin sampai milyaran hanya dalam satu malamm"tegas Ustadz Ahmad Zainuddin.

(Baca juga : Ikuti PBB, Indonesia Didesak Lebih Terbuka soal Pemanfaatan Ganja untuk Medis )

Ada sebagian yang berpikir bahwasanya ini adalah sekali seumur hidup. Maka jawabannya iya betul sekali seumur hidup. Lalu apakah kalau begitu kita harus melaksanakannya dengan maksimal? Padahal yang paling utama adalah setelah pernikahan. Kalau seandainya satu malam habis satu miliar kemudian setelah tiga bulan atau satu tahun bercerai, apa gunanya? Kita harus melihat esensi yang ada di dalam sebuah pernikahan, bukan hanya sekadar dekorasi atau sekedar penampilan luarnya saja.

Jika di dalam pernikahan tersebut ada kemudahan dan memudahkan, jauh dari berlebih-lebihan, maka ini penyebab-penyebab yang mendatangkan berkah dan terus-menerusnya kebaikan kepada suami istri tersebut.

(Baca juga : Perasaan Tidak Adil Picu Kebersamaan Kolektif Berhimpun dalam Kelompok Alumni 212 )

Berbeda jika dimulai dengan berlebih-lebihan, berfoya-foya, menghambur-hamburkan harta, dan dimulai dengan maksiat, musik, tarian, membuka aurat dan berbagai macam jenis dosa, maka ini permulaan dari sebab-sebab dicabutnya keberkahan dari keluarga tersebut.

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1392 seconds (0.1#10.140)