Khubaib, Orang Pertama yang Mengerjakan Salat Sunnah Sebelum Dibunuh
loading...
A
A
A
Ada satu kisah sahabat yang wafat syahid di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau adalah Khubaib bin 'Adi radhiyallahu'anhu, sahabat Nabi (kaum Anshar) yang ditawan dan dibunuh oleh kaum musyrikin di tiang gantungan.
Beliaulah orang pertama yang mengerjakan salat sunnah 2 rakaat sebelum dibunuh. Riwayat lain mengatakan beliau adalah muslim pertama yang dieksekusi mati dengan cara digantung. (Baca Juga: Orang-orang yang Mati Syahid Menurut Hadis Nabi)
Dalam buku "37 Masalah Populer" karya Ustaz Abdul Somad (dai yang lulusan S3 Oumdurman Islamic University Sudan) diceritakan kisah sahabat yang mulia ini. Dari Abu Hurairah, ia berkata, " Rasulullah SAW mengutus utusan sebanyak sepuluh orang. Mereka dipimpin ‘Ashim bin Tsabit al-Anshari kakek ‘Ashim bin Umar bin al-Khaththab. Ketika mereka berada di al-Hadah lokasi antara 'Asafan dan Makkah.
Berita kedatangan mereka disampaikan ke satu kawasan dari Hudzail bernama Bani Lihyan, lalu dipersiapkan untuk menghadapi mereka hampir seratus orang pemanah. Pasukan musuh mengikuti jejak pasukan kaum muslimin hingga pasukan musuh mendapati makanan pasukan kaum muslimin yaitu kurma di tempat yang mereka diami.
Pasukan musuh berkata, "Ini kurma Yatsrib (Madinah)". Pasukan musuh terus mengikuti jejak pasukan kaum muslimin. Ketika 'Ashim dan para sahabatnya merasa bahwa mereka diikuti, mereka pun singgah di suatu tempat. Pasukan musuh mengelilingi mereka dan berkata, "Turunlah kalian, serahkan diri kalian. Bagian kalian perjanjian. Kami tidak akan membunuh seorang pun dari kalian". Ashim bin Tsabit berkata, "Wahai sahabat, aku tidak akan turun ke dalam perlindungan orang kafir. Ya Allah, beritahukan Nabi-Mu tentang kami". Pasukan musuh memanah pasukan kaum muslimin, mereka berhasil membunuh Ashim.
Tiga orang turun berdasarkan perjanjian, di antara mereka adalah Khubaib, Zaid bin ad-Datsinah dan seorang laki-laki. Ketika pasukan musuh dapat menguasai mereka, pasukan musuh melepaskan tali busur panah mereka dan mengikat pasukan kaum muslimin. Laki-laki yang ketiga itu berkata, "Demi Allah, inilah tipuan pertama, aku tidak akan bersama dengan kamu. Sesungguhnya aku suri tauladan bagi mereka", yang ia maksudkan adalah dalam hal pembunuhan.
Pasukan musuh terus menyeret dan mengajaknya, tapi ia tetap menolak untuk ikut bersama mereka. Lalu Khubaib dan Zaid bin ad-Datsinah dibawa hingga pasukan musuh menjual mereka berdua setelah perang Badar. Bani Al-Harits bin ‘Amir bin Naufal membeli Khubaib. Khubaib adalah orang yang membunuh Al-Harits bin 'Amir saat perang Badar. (Baca Juga: Sahabat Nabi yang Wafat karena Wabah Penyakit)
Khubaib menetap di negeri mereka sebagai tawanan hingga mereka berkumpul untuk membunuhnya. Khubaib meminjam pisau silet kepada salah seorang perempuan dari anak perempuan al-Harits, perempuan itu meminjamkannya. Perempuan itu memiliki seorang anak laki-laki, ketika perempuan itu lengah, anak laki-lakinya datang kepada Khubaib. Perempuan itu mendapati anak laki-lakinya berada di atas pangkuan Khubaib sedangkan pisau silet berada di tangan Khubaib.
Perempuan itu berkata, "Aku sangat terkejut". Khubaib menyadari hal itu, ia berkata, "Apakah engkau khawatir aku membunuhnya? Aku tidak mungkin melakukan itu”. Perempuan itu berkata, "Demi Allah aku tidak pernah melihat seorang tawanan sebain Khubaib. Demi Allah, suatu hari aku dapati Khubaib memakan setangkai anggur di tangannya, padahal ia terikat dengan besi, sedangkan di Makkah tidak ada buah-buahan. Itulah adalah rezeki yang diberikan Allah Ta'ala kepada Khubaib".
Ketika pasukan musuh membawa Khubaib keluar untuk dibunuh di tanah halal (luar tanah haram). Khubaib berkata kepada mereka, "Biarkanlah aku melaksanakan salat dua rakaat". Mereka pun membiarkannya. Lalu Khubaib melaksanakan salat dua rakaat. Khubaib berkata, "Demi Allah, andai kalian tidak menyangka bahwa aku berkeluh-kesah, pastilah aku tambah (jumlah rakaat)".
Kemudian Khubaib berkata, "Ya Allah, hitunglah jumlah mereka, bunuhlah mereka segera, jangan sisakan seorang pun dari mereka". Kemudian Khubaib bersyair: "Aku tidak peduli ketika aku terbunuh sebagai muslim. Di sisi apa pun bagi Allah kematianku. Itu semua pada Tuhan yang satu jika Ia berkehendak. Allah memberikan berkah pada setiap bagian tubuh yang terputus".
Lalu Abu Sirwa’ah 'Uqbah bin al-Harits tegak berdiri membunuh Khubaib. Khubaib adalah orang pertama yang men-sunnah-kan shalat (sunnat) bagi setiap muslim yang terbunuh dalam keadaan sabar. (HR. Al-Bukhari).
Sedemikian kokohnya iman Khubaib sehingga ketika ia diminta oleh kafir Quraisy berbalik dari Islam dan Nabi SAW , ia menjawab: "Jika semua yang ada di atas bumi menjadi milikku, niscaya aku tidak akan pernah berbalik dari Islam".
Subhanallah, inilah keimanan sahabat yang sangat menggetarkan hati. Meski Khubaib dihina dan dibunuh sadis oleh musuh Islam, beliau tetap berpegang teguh kepada tauhid dan wafat dalam keadaan syahid .
Salat Sunnah 2 Rakaat Sebelum Dibunuh
Adapun amalan salat sunnah 2 rakaat yang dikerjakan Khubaib bukanlah amalan biasa. Amalan ini tidak pernah dikerjakan oleh siapapun termasuk sahabat yang lain. (Baca Juga: Berdzikir di Antara Salat Tarawih, Ini Kata Ustaz Abdul Somad)
Menurut Ustaz Abdul Somad , amalan salat sunnah 2 rakaat itu tidak pernah diajarkan Rasulullah SAW . "Hai orang-orang beriman, jika kamu akan dibunuh, salat sunnahlah dua rakaat". Nabi tidak pernah mengatakan demikian.
Namun, salat sunnah dua rakaat ini murni inisiatif dari Khubaib. Maka Khubaib melakukan perbuatan yang tidak dilakukan, tidak diucapkan dan tidak diajarkan Rasulullah SAW . Kendati masuk kategori bid'ah, tapi inilah bid’ah hasanah. Setelah disampaikan kepada Rasulullah SAW , diakui beliau, amalan ini pun menjadi Sunnah Taqririyyah. (Baca Juga: Kisah Perbedaan Pendapat Sahabat Pada Masa Rasulullah SAW)
Wallahu A'lam
Beliaulah orang pertama yang mengerjakan salat sunnah 2 rakaat sebelum dibunuh. Riwayat lain mengatakan beliau adalah muslim pertama yang dieksekusi mati dengan cara digantung. (Baca Juga: Orang-orang yang Mati Syahid Menurut Hadis Nabi)
Dalam buku "37 Masalah Populer" karya Ustaz Abdul Somad (dai yang lulusan S3 Oumdurman Islamic University Sudan) diceritakan kisah sahabat yang mulia ini. Dari Abu Hurairah, ia berkata, " Rasulullah SAW mengutus utusan sebanyak sepuluh orang. Mereka dipimpin ‘Ashim bin Tsabit al-Anshari kakek ‘Ashim bin Umar bin al-Khaththab. Ketika mereka berada di al-Hadah lokasi antara 'Asafan dan Makkah.
Berita kedatangan mereka disampaikan ke satu kawasan dari Hudzail bernama Bani Lihyan, lalu dipersiapkan untuk menghadapi mereka hampir seratus orang pemanah. Pasukan musuh mengikuti jejak pasukan kaum muslimin hingga pasukan musuh mendapati makanan pasukan kaum muslimin yaitu kurma di tempat yang mereka diami.
Pasukan musuh berkata, "Ini kurma Yatsrib (Madinah)". Pasukan musuh terus mengikuti jejak pasukan kaum muslimin. Ketika 'Ashim dan para sahabatnya merasa bahwa mereka diikuti, mereka pun singgah di suatu tempat. Pasukan musuh mengelilingi mereka dan berkata, "Turunlah kalian, serahkan diri kalian. Bagian kalian perjanjian. Kami tidak akan membunuh seorang pun dari kalian". Ashim bin Tsabit berkata, "Wahai sahabat, aku tidak akan turun ke dalam perlindungan orang kafir. Ya Allah, beritahukan Nabi-Mu tentang kami". Pasukan musuh memanah pasukan kaum muslimin, mereka berhasil membunuh Ashim.
Tiga orang turun berdasarkan perjanjian, di antara mereka adalah Khubaib, Zaid bin ad-Datsinah dan seorang laki-laki. Ketika pasukan musuh dapat menguasai mereka, pasukan musuh melepaskan tali busur panah mereka dan mengikat pasukan kaum muslimin. Laki-laki yang ketiga itu berkata, "Demi Allah, inilah tipuan pertama, aku tidak akan bersama dengan kamu. Sesungguhnya aku suri tauladan bagi mereka", yang ia maksudkan adalah dalam hal pembunuhan.
Pasukan musuh terus menyeret dan mengajaknya, tapi ia tetap menolak untuk ikut bersama mereka. Lalu Khubaib dan Zaid bin ad-Datsinah dibawa hingga pasukan musuh menjual mereka berdua setelah perang Badar. Bani Al-Harits bin ‘Amir bin Naufal membeli Khubaib. Khubaib adalah orang yang membunuh Al-Harits bin 'Amir saat perang Badar. (Baca Juga: Sahabat Nabi yang Wafat karena Wabah Penyakit)
Khubaib menetap di negeri mereka sebagai tawanan hingga mereka berkumpul untuk membunuhnya. Khubaib meminjam pisau silet kepada salah seorang perempuan dari anak perempuan al-Harits, perempuan itu meminjamkannya. Perempuan itu memiliki seorang anak laki-laki, ketika perempuan itu lengah, anak laki-lakinya datang kepada Khubaib. Perempuan itu mendapati anak laki-lakinya berada di atas pangkuan Khubaib sedangkan pisau silet berada di tangan Khubaib.
Perempuan itu berkata, "Aku sangat terkejut". Khubaib menyadari hal itu, ia berkata, "Apakah engkau khawatir aku membunuhnya? Aku tidak mungkin melakukan itu”. Perempuan itu berkata, "Demi Allah aku tidak pernah melihat seorang tawanan sebain Khubaib. Demi Allah, suatu hari aku dapati Khubaib memakan setangkai anggur di tangannya, padahal ia terikat dengan besi, sedangkan di Makkah tidak ada buah-buahan. Itulah adalah rezeki yang diberikan Allah Ta'ala kepada Khubaib".
Ketika pasukan musuh membawa Khubaib keluar untuk dibunuh di tanah halal (luar tanah haram). Khubaib berkata kepada mereka, "Biarkanlah aku melaksanakan salat dua rakaat". Mereka pun membiarkannya. Lalu Khubaib melaksanakan salat dua rakaat. Khubaib berkata, "Demi Allah, andai kalian tidak menyangka bahwa aku berkeluh-kesah, pastilah aku tambah (jumlah rakaat)".
Kemudian Khubaib berkata, "Ya Allah, hitunglah jumlah mereka, bunuhlah mereka segera, jangan sisakan seorang pun dari mereka". Kemudian Khubaib bersyair: "Aku tidak peduli ketika aku terbunuh sebagai muslim. Di sisi apa pun bagi Allah kematianku. Itu semua pada Tuhan yang satu jika Ia berkehendak. Allah memberikan berkah pada setiap bagian tubuh yang terputus".
Lalu Abu Sirwa’ah 'Uqbah bin al-Harits tegak berdiri membunuh Khubaib. Khubaib adalah orang pertama yang men-sunnah-kan shalat (sunnat) bagi setiap muslim yang terbunuh dalam keadaan sabar. (HR. Al-Bukhari).
Sedemikian kokohnya iman Khubaib sehingga ketika ia diminta oleh kafir Quraisy berbalik dari Islam dan Nabi SAW , ia menjawab: "Jika semua yang ada di atas bumi menjadi milikku, niscaya aku tidak akan pernah berbalik dari Islam".
Subhanallah, inilah keimanan sahabat yang sangat menggetarkan hati. Meski Khubaib dihina dan dibunuh sadis oleh musuh Islam, beliau tetap berpegang teguh kepada tauhid dan wafat dalam keadaan syahid .
Salat Sunnah 2 Rakaat Sebelum Dibunuh
Adapun amalan salat sunnah 2 rakaat yang dikerjakan Khubaib bukanlah amalan biasa. Amalan ini tidak pernah dikerjakan oleh siapapun termasuk sahabat yang lain. (Baca Juga: Berdzikir di Antara Salat Tarawih, Ini Kata Ustaz Abdul Somad)
Menurut Ustaz Abdul Somad , amalan salat sunnah 2 rakaat itu tidak pernah diajarkan Rasulullah SAW . "Hai orang-orang beriman, jika kamu akan dibunuh, salat sunnahlah dua rakaat". Nabi tidak pernah mengatakan demikian.
Namun, salat sunnah dua rakaat ini murni inisiatif dari Khubaib. Maka Khubaib melakukan perbuatan yang tidak dilakukan, tidak diucapkan dan tidak diajarkan Rasulullah SAW . Kendati masuk kategori bid'ah, tapi inilah bid’ah hasanah. Setelah disampaikan kepada Rasulullah SAW , diakui beliau, amalan ini pun menjadi Sunnah Taqririyyah. (Baca Juga: Kisah Perbedaan Pendapat Sahabat Pada Masa Rasulullah SAW)
Wallahu A'lam
(rhs)