Memberontak, Putra Amr bin Al-Ash: Ayah Akan Berbaring Bersama Muawiyah di Neraka!

Selasa, 02 Februari 2021 - 05:00 WIB
loading...
Memberontak, Putra Amr bin Al-Ash: Ayah Akan Berbaring Bersama Muawiyah di Neraka!
Ilustrasi/Ist/mhy
A A A
SEHABIS pasukan " Jamal " terkalahkan, kini komplotan anti- Khalifah Ali bin Abu Thalib r.a. memusat ke Syam . Pimpinan Bani Umayyah, Muawiyah bin Abi Sufyan , lebih meningkatkan kegiatannya dalam usaha mencari dukungan dan mengerahkan orang-orang dalam rangka rencana perlawanan bersenjata yang hendak dilancarkan terhadap Khalifah Ali bin Abu Thalib r.a. di Kufah .

Buku " Sejarah Hidup Imam Ali ra " karya H.M.H. Al Hamid Al Husain memaparkan tidak sedikit dana dan tenaga yang dikeluarkan untuk kepentingan itu. Semangat mengejar kekayaan dan kedudukan yang sedang menguasai pikiran orang banyak, oleh Muawiyah dimanfaatkan sebaik-baiknya. Tanpa menghitung-hitung berapa banyaknya harta Baitul Mal yang harus dikeluarkan, dan tanpa memandang cakap atau tidaknya seseorang yang akan diangkat sebagai pejabat bawahan, Muawiyah menggunakan terus kekuasaannya sebagai penguasa daerah Syam, untuk menghimpun pengikut sebanyak mungkin.

Ia sangat menginginkan rencana perlawanannya terhadap Khalifah Ali bin Abu Thalib segera berhasil. Kepada Amr bin Al-Ash, Muawiyah menulis surat mengajak bekerja sama merebut kekuasaan dari tangan Khalifah Ali bin Abu Thalib.

Setelah Amr bin Al Ash membaca surat Muawiyah itu, ia tampak berpikir-pikir menghitung untung rugi. Ia memanggil dua orang anak lelakinya yang bernama Abdullah dan Muhammad untuk diminta pendapatnya.

Al Hamid Al Husain menyebutkan terhadap persoalan yang diajukan ayahnya, Abdullah menyarankan: "Ayah, Rasulullah SAW wafat dalam keadaan ridho terhadap ayah. Begitu juga Abu Bakar dan Umar, dua-duanya wafat dalam keadaan ridho terhadap ayah. Jika hanya karena ingin mendapat sedikit keutungan duniawi lalu ayah hendak merusak agama ayah sendiri, kelak ayah akan berbaring bersama Muawiyah dalam neraka!"

Dengan hati kecut, Amr menoleh kepada Muhammad sambil bertanya: "Bagaimana pendapatmu?"

"Ayah jangan sampai ketinggalan dalam urusan itu. Jadilah kepala lebih dulu sebelum menjadi ekor!" jawab Muhammad.

Amr tampak belum puas mendengar pendapat dua orang anaknya yang saling bertentangan itu. Ia masih bingung.

Keesokan harinya ia memanggil maulanya yang bernama Wardan, dan diperintahkan supaya mempersiapkan bekal perjalanan dan memuatkannya ke punggung unta. Tetapi baru saja selesai disiapkan, Wardan diperintahkan menurunkannya kembali. Ini terjadi berulang kali.

Akhirnya Wardan memberanikan diri untuk berbicara: "Hai Abu Abdullah, anda tampak bingung sekali! Jika anda membolehkan, aku bisa menebak apa yang sedang anda pikirkan."


"Baik, cobalah!" sahut Amr.

"Dunia dan akhirat sekarang dua-duanya sedang dihadapkan di depan hati anda," kata Wardan. "Tetapi rupanya hati anda menyatakan: Ali mendapat akhirat tanpa dunia, sedangkan Muawiyah mendapat dunia tanpa akhirat. Pendapat yang tepat ialah sebaiknya anda tinggal saja di rumah. Jika para pembela agama yang menang, anda akan hidup di bawah naungan mereka. Tetapi jika para pembela dunia yang menang, anda akan tetap dibutuhkan!"

Akan tetapi karena janji-janji yang telah diberikan Muawiyah untuk mengangkatnya kembali menjadi Gubernur Mesir, apabila kemenangan dapat diraih dalam perjuangan melawan Ali bin Abu Thalib r.a. sangat menggiurkan hati Amr bin Al Ash, maka akhirnya ia bertekad memenuhi ajakan Muawiyah dan orang-orang Bani Umayyah lainnya.

Amr bin Al Ash sebenarnya lebih cerdik, lebih tangkas serta lebih cermat berpikir dibanding dengan Muawiyah. Ia bekas panglima di masa Khalifah Umar Ibnul Khattab r.a. Ia juga bekas penguasa daerah Mesir dan ia sendirilah yang memimpin perlawanan pasukan muslimin mengusir kekuasaan Byzantium dari negeri itu.

Ia seorang ahli strategi dan taktik menurut ukuran zamannya. Dengan sendirinya ia seorang politikus dan diplomat.

Jadi tidaklah aneh, kalau bagi Ali bin Abu Thalib r.a., Amr bin Al Ash, sebenarnya lebih berbahaya dibanding dengan Muawiyah.

Menjadi pertanyaan: apakah ada faktor lain yang mendorong Amr bin Al Ash mau bekerjasama dengan Muawiyah? Dilihat dari kecenderungannya sejak dulu, ia memang dekat sekali hubungannya dengan para penguasa Bani Umayyah, terutama pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan r.a.

Benar, bahwa ia digeser dari kedudukannya sebagai penguasa Mesir oleh Khalifah Utsman r.a. dan digantikan dengan Abdullah bin Abi Sarah, tetapi Khalifah Utsman r.a. masih bertindak bijaksana terhadap Amr. Ia diberi kedudukan sebagai salah seorang penasehat dan memperoleh fasilitas-fasilitas tertentu.

Ketika itu memang ia agak jengkel terhadap Khalifah, tetapi ia tahu benar, bahwa tetap dekat dengan para penguasa Bani Umayyah akan lebih menguntungkan daripada menjauhi mereka. Harapan untuk bisa menjadi orang penting masih bisa digantungkan kepada orang-orang Bani Umayyah. Itulah pamrih keduniaan yang menyelinap di dalam benak Amr bin Al Ash, dan yang mendorongnya giat membantu Muawiyah melawan Ali bin Abu Thalib r.a.

Tetapi selain itu, masih ada hal lagi yang membuat Amr dekat kepada Muawiyah khususnya dan tokoh-tokoh Bani Umayyah pada umumnya. Yaitu adanya hubungan kekeluargaan yang misterius.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2716 seconds (0.1#10.140)