Kisah Ibnu Umar: Memiliki Libido Tinggi, Berbuka Puasa dengan Jimak
loading...
A
A
A
Imam ath-Thabarani meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Muhammad bin Sirin , beliau mengatakan, “Kadang-kadang Abdullah bin Umar buka puasa dengan menjima’i istrinya.”
Abdulah bin Umar atau Ibnu Umar adalah sahabat Nabi dan merupakan periwayat hadis yang terkenal. Ia adalah anak dari Umar bin Khattab .
Imam al-Dzahabi dalam Siyar A‘lamin Nubala juga meriwayatkan sebuah perkataan Ibnu Umar berikut ini:
لقد أعطيت من الجماع شيئا ما أعلم أحدا أعطيه إلا أن يكون رسول الله صلى الله عليه وسلم
Aku diberikan sedikit (kenikmatan) hubungan intim yang setahuku tidak ada orang lain yang diberikan itu kecuali Rasulullah SAW .
Libido Ibn Umar terkait hubungan intim sebagaimana diceritakannya sendiri itu memang sangat tinggi. Karenanya, wajar saja jika sewaktu-waktu ia berbuka puasa dengan langsung berhubungan intim dengan istrinya. Hal ini sebagaimana diriwayatkan Imam at-Tabrani di dalam kitab al-Mujamul Kabir dari Muhammad ibn Sirin berikut ini:
ربما أفطر ابن عمر على الجماع
Sering sekali ’Ibnu ‘Umar itu berbuka puasa dengan berjimak.
Menurut Imam Ibnu al-Haitsami dalam Majma’ az-Zawaid, asar ini memiliki sanad hasan yang dimungkinkan kebenaran informasinya. Selain itu, dalam bahasa Arab, adverbia ربما (rubbama) bisa berarti sering, dan bisa berarti terkadang, sebagaimana disebutkan dalam kitab Mughnil Labib.
Namun demikian, ada kemungkinan rubbama di sini berarti ‘sering’ karena melihat perkataan ’Ibnu ‘Umar sendiri yang mengakui bahwa dirinya memiliki libido yang sangat tinggi terkait jimak. Namun demikian, tidak ditemukan riwayat seberapa sering hal tersebut Ibnu Umar lakukan, apakah setiap hari selama bulan puasa, atau hanya beberapa kali dalam seminggu.
Terlepas dari itu, al-Qadhi Husain yang dikutip al-‘Aini dalam ‘Umdatul Qari mengatakan hal serupa seperti yang disebutkan di atas bahwa Ibnu Umar memiliki libido yang sangat tinggi, sehingga berbuka puasa dengan hubungan intim.
Al-Qadhi Husain menawarkan penafsiran kedua, tidak menutup kemungkinan juga ’Ibnu ‘Umar mencicipi makan-makanan juga saat berbuka puasa, baru berhubungan intim.
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi dalam bukunya berjudul Aneh dan Lucu, 100 Kisah Menarik Penuh Ibrah, mengomentari kisah ini mengatakan kisah ini menunjukkan bahwa “kuat syahwat” bukanlah sesuatu yang tercela, kecuali jika sampai dia tidak sabar yang menyebabkannya terjatuh dalam keharaman. Adapun apabila dia melampiaskan pada yang halal maka itu tidaklah tercela bahkan hal itu malah terpuji.
Meniru Rasulullah SAW
Lalu siapa sejatinya Ibnu Umar? Pria ini mulai mengikuti jejak Nabi Muhammad sejak usia 13 tahun. Di saat dia menemani ayahandanya Umar bin Khattab dalam Perang Badar. Namanya Abdullah bin Umar.
Suatu ketika anak ini berharap diizinkan mendapatkan posisi paling depan sebagai pejuang. Namun, ditolak oleh Rasulullah karena usianya yang masih muda.
Namun, Abdullah tak menyerah, dia tetap menemani ayahnya ketika hendak hijrah ke Madinah. Dia tetap menepati janjinya di jalan Allah hingga usia senja. Abdullah dikenal sebagai sosok peniru Rasulullah. Bahkan ketika hendak sholat, dia meniru gaya Rasulullah menunggangi unta.
Baru kemudian sholat dua rakaat seperti yang dilakukan Rasulullah. Aisyah, istri Rasulullah memuji kesetiaan Abdullah. Tak seorang pun mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW, di tempat-tempat pemberhentiannya, sebagai dilakukan oleh Ibnu Umar!
Abdulah bin Umar atau Ibnu Umar adalah sahabat Nabi dan merupakan periwayat hadis yang terkenal. Ia adalah anak dari Umar bin Khattab .
Baca Juga
Imam al-Dzahabi dalam Siyar A‘lamin Nubala juga meriwayatkan sebuah perkataan Ibnu Umar berikut ini:
لقد أعطيت من الجماع شيئا ما أعلم أحدا أعطيه إلا أن يكون رسول الله صلى الله عليه وسلم
Aku diberikan sedikit (kenikmatan) hubungan intim yang setahuku tidak ada orang lain yang diberikan itu kecuali Rasulullah SAW .
Libido Ibn Umar terkait hubungan intim sebagaimana diceritakannya sendiri itu memang sangat tinggi. Karenanya, wajar saja jika sewaktu-waktu ia berbuka puasa dengan langsung berhubungan intim dengan istrinya. Hal ini sebagaimana diriwayatkan Imam at-Tabrani di dalam kitab al-Mujamul Kabir dari Muhammad ibn Sirin berikut ini:
ربما أفطر ابن عمر على الجماع
Sering sekali ’Ibnu ‘Umar itu berbuka puasa dengan berjimak.
Menurut Imam Ibnu al-Haitsami dalam Majma’ az-Zawaid, asar ini memiliki sanad hasan yang dimungkinkan kebenaran informasinya. Selain itu, dalam bahasa Arab, adverbia ربما (rubbama) bisa berarti sering, dan bisa berarti terkadang, sebagaimana disebutkan dalam kitab Mughnil Labib.
Namun demikian, ada kemungkinan rubbama di sini berarti ‘sering’ karena melihat perkataan ’Ibnu ‘Umar sendiri yang mengakui bahwa dirinya memiliki libido yang sangat tinggi terkait jimak. Namun demikian, tidak ditemukan riwayat seberapa sering hal tersebut Ibnu Umar lakukan, apakah setiap hari selama bulan puasa, atau hanya beberapa kali dalam seminggu.
Terlepas dari itu, al-Qadhi Husain yang dikutip al-‘Aini dalam ‘Umdatul Qari mengatakan hal serupa seperti yang disebutkan di atas bahwa Ibnu Umar memiliki libido yang sangat tinggi, sehingga berbuka puasa dengan hubungan intim.
Al-Qadhi Husain menawarkan penafsiran kedua, tidak menutup kemungkinan juga ’Ibnu ‘Umar mencicipi makan-makanan juga saat berbuka puasa, baru berhubungan intim.
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi dalam bukunya berjudul Aneh dan Lucu, 100 Kisah Menarik Penuh Ibrah, mengomentari kisah ini mengatakan kisah ini menunjukkan bahwa “kuat syahwat” bukanlah sesuatu yang tercela, kecuali jika sampai dia tidak sabar yang menyebabkannya terjatuh dalam keharaman. Adapun apabila dia melampiaskan pada yang halal maka itu tidaklah tercela bahkan hal itu malah terpuji.
Meniru Rasulullah SAW
Lalu siapa sejatinya Ibnu Umar? Pria ini mulai mengikuti jejak Nabi Muhammad sejak usia 13 tahun. Di saat dia menemani ayahandanya Umar bin Khattab dalam Perang Badar. Namanya Abdullah bin Umar.
Suatu ketika anak ini berharap diizinkan mendapatkan posisi paling depan sebagai pejuang. Namun, ditolak oleh Rasulullah karena usianya yang masih muda.
Namun, Abdullah tak menyerah, dia tetap menemani ayahnya ketika hendak hijrah ke Madinah. Dia tetap menepati janjinya di jalan Allah hingga usia senja. Abdullah dikenal sebagai sosok peniru Rasulullah. Bahkan ketika hendak sholat, dia meniru gaya Rasulullah menunggangi unta.
Baru kemudian sholat dua rakaat seperti yang dilakukan Rasulullah. Aisyah, istri Rasulullah memuji kesetiaan Abdullah. Tak seorang pun mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW, di tempat-tempat pemberhentiannya, sebagai dilakukan oleh Ibnu Umar!