Ramadhan: 6 Tips Meniti Jalan Menuju Kesabaran di Tengah Covid-19

Selasa, 21 April 2020 - 19:11 WIB
loading...
A A A
Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu mengingatkan betapa pentingnya sikap sabar dalam menghadapi permasalah kehidupan, melalui ucapannya: “Ketahuilah bahwa sabar, jika dilihat dalam permasalahan seseorang, ibarat kepala dengan tubuh. Jika kepalanya hilang, maka seluruh bagian tubuh akan membusuk. Sama halnya dengan kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rumit dan sulit diselesaikan”.

Ketiga, optimistis akan adanya jalan keluar

Sikap optimistis akan menguatkan kesabaran, menghalau kecemasan dan keputusasaan ketika menghadapi musibah.

Optimisme inilah yang membuat Nabi Ya’qub Alaihi Salam tetap sabar setelah kehilangan putra yang sangat ia sayangi, Yusuf Alaihi Salam dan Benyamin.

فَصَبْرٌ جَمِيلٌ ۖ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَنِي بِهِمْ جَمِيعًا ۚ/ يوسف:٨٣

Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku”. (QS. Yusuf [12]: 83).

Keempat, meyakini bahwa kesabaran adalah kunci kesuksesan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ /ال عمران:٢٠٠

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. (QS. Ali Imran [3]: 200).

Pada ayat ini, Allah menginformasikan kepada orang-orang beriman bahwa kunci keberhasilan itu terletak pada empat hal, yaitu sabar, menguatkan kesabaran, bersiap siaga dan bertaqwa.

Said Hawa mengatakan bahwa sabar adalah sikap yang sangat penting yang harus dimiliki manusia. Manusia dilahirkan untuk diuji kualitas diri dan jiwanya. Sifat sabar adalah cara terbaik untuk menghadapi berbagai ujian hidup. Begitu pentingnya sifat sabar ini, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut tidak kurang dari 90 ayat dalam Al-Quran. Kesabaran akan menjadi jalan untuk meraih kemuliaan hidup.

Kelima, beriman kepada takdir Allah

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ /الحديد: ٢٢

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (QS. Al-Hadid [57]: 22).

Keenam, meneladani orang-orang yang bersabar. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَىٰ مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّىٰ أَتَاهُمْ نَصْرُنَا ۚ وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ۚ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ /الانعام:٣٤


“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu
”. (QS. Al-An’am [6]: 34)

Ayat ini merupakan sebagian ayat untuk menghibur Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang beriman bahwa pendustaan dan gangguan itu bukan hal yang baru dalam sejarah para Rasul dan penegak kebenaran. Dengan meneladani mereka yang bersabar, maka musibah yang menimpa akan terasa ringan dan kesabaran makin tertanam dalam jiwa.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3016 seconds (0.1#10.140)