Kaki Jasad Hamzah bin Abdul Muthalib Berdarah Saat Terkena Cangkul
loading...
A
A
A
Aku menetap di sana sampai Rasulullah menaklukkan Makkah, setelah itu aku melarikan diri ke Taif. Aku tinggal di sana sampai saat utusan dari Taif menemui Rasulullah untuk masuk Islam.
Semua jalan kemudian tertutup untukku dan aku berpikir, “Haruskah aku pergi ke Syam, ke Yaman, atau tempat lain?”
Demi Allah! Aku masih terpaku dengan pemikiran ini, ketika seseorang berkata kepadaku, “Betapa bodohnya engkau! (Apakah engkau masih belum tahu bahwa) Muhammad tidak pernah membunuh siapapun yang masuk ke agamanya dan mengucapkan kebenaran syahadat?”
Aku kemudian berangkat sampai aku menemui Rasulullah di Madinah. (Rasulullah tidak tahu tentang kedatanganku dan) tidak ada yang memberitahunya tentang kehadiranku sementara aku berdiri di hadapannya mengucapkan kebenaran syahadat.
Ketika beliau melihatku, Rasulullah bertanya, “Apakah engkau Wahsyi?”
“Ya, wahai Rasulullah,” jawabku.
Beliau kemudian berkata kepadaku, “Duduklah dan katakan kepadaku bagaimana engkau dapat membunuh Hamzah.”
Aku kemudian menceritakan kejadian itu kepada Rasulullah sebagaimana aku telah menceritakannya kepada kalian.
Setelah aku menyelesaikan kisahnya, Rasulullah berkata kepadaku, “Sembunyikan wajahmu dariku agar aku tidak harus melihatmu (jangan biarkan aku melihatmu karena itu mengingatkanku pada kematian pamanku).”
Aku kemudian terus menghindari tempat-tempat di mana Rasulullah berada sehingga beliau tidak perlu melihatku. Aku terus melakukan hal itu sampai Allah mencabut nyawa Rasulullah.
Ketika kaum Muslim berbaris untuk melawan Musailamah al-Kazzab (si pembohong besar) dari Yamamah, aku pergi bersama mereka. Aku membawa serta lembing yang sama yang aku gunakan untuk membunuh Hamzah.
Pertempuran kemudian dimulai. Meskipun aku (sebelumnya) tidak pernah mengenalnya, aku mengetahui Musailamah yang sedang berdiri dengan pedang di tangan. Saat aku bersiap untuk membunuhnya, seseorang dari Ansar juga bersiap untuk membunuhnya dari arah lain.
Aku kemudian menggoyang-goyangkan lembingku (mengambil ancang-ancang) sampai aku yakin (bahwa itu akan mengenai sasaran) dan kemudian melepaskannya untuk terbang. Saat lembingku menghantamnya, orang Ansar itu menyerangnya dan menebasnya dengan pedangnya.
Hanya Rabb-mu yang tahu siapa di antara kami yang telah membunuhnya. Jika aku yang telah membunuhnya, maka meskipun aku telah membunuh manusia terbaik setelah Rasulullah (yaitu Hamzah), aku juga telah membunuh manusia terburuk (yaitu Musailamah).
Singa Allah
Keberanian Hamzah bin Abdul Muthalib tercatat dalam lembaran emas sejarah Perang Islam. Paman Nabi ini adalah salah seorang Arab yang paling pemberani dan perwira Islam yang termasyhur.
Dialah yang secara sungguh-sungguh mendesak agar tentara Islam bertempur melawan kaum Quraisy di luar kota Madinah.
Hamzah juga yang melindungi Nabi di Makkah di saat-saat gawat, membalas penghinaan Abu Jahal terhadap Nabi dengan menghajar kepalanya di hadapan banyak Quraisy, dan tak ada seorang pun yang berani melawannya.
Ja’far Subhani,Ar-Risalah: Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW, memaparkan perwira senior inilah yang membunuh jagoan-jagoan Quraisy, Syaibah dan lain-lainnya, serta mencederai sekelompok musuh di Perang Badar. Tujuannya adalah membela kebenaran dan kebajikan serta memelihara kebebasan dalam kehidupan manusia.
Kepahlawanan Hamzah di Perang Uhud termasuk kepahlawanan yang paling mengagumkan di dunia kemiliteran. Kepahlawanan yang dia tunjukkan mencapai tingkatan tertinggi. Hamzah berperang layaknya singa yang kelaparan.
Semua jalan kemudian tertutup untukku dan aku berpikir, “Haruskah aku pergi ke Syam, ke Yaman, atau tempat lain?”
Demi Allah! Aku masih terpaku dengan pemikiran ini, ketika seseorang berkata kepadaku, “Betapa bodohnya engkau! (Apakah engkau masih belum tahu bahwa) Muhammad tidak pernah membunuh siapapun yang masuk ke agamanya dan mengucapkan kebenaran syahadat?”
Aku kemudian berangkat sampai aku menemui Rasulullah di Madinah. (Rasulullah tidak tahu tentang kedatanganku dan) tidak ada yang memberitahunya tentang kehadiranku sementara aku berdiri di hadapannya mengucapkan kebenaran syahadat.
Ketika beliau melihatku, Rasulullah bertanya, “Apakah engkau Wahsyi?”
“Ya, wahai Rasulullah,” jawabku.
Beliau kemudian berkata kepadaku, “Duduklah dan katakan kepadaku bagaimana engkau dapat membunuh Hamzah.”
Aku kemudian menceritakan kejadian itu kepada Rasulullah sebagaimana aku telah menceritakannya kepada kalian.
Setelah aku menyelesaikan kisahnya, Rasulullah berkata kepadaku, “Sembunyikan wajahmu dariku agar aku tidak harus melihatmu (jangan biarkan aku melihatmu karena itu mengingatkanku pada kematian pamanku).”
Aku kemudian terus menghindari tempat-tempat di mana Rasulullah berada sehingga beliau tidak perlu melihatku. Aku terus melakukan hal itu sampai Allah mencabut nyawa Rasulullah.
Ketika kaum Muslim berbaris untuk melawan Musailamah al-Kazzab (si pembohong besar) dari Yamamah, aku pergi bersama mereka. Aku membawa serta lembing yang sama yang aku gunakan untuk membunuh Hamzah.
Pertempuran kemudian dimulai. Meskipun aku (sebelumnya) tidak pernah mengenalnya, aku mengetahui Musailamah yang sedang berdiri dengan pedang di tangan. Saat aku bersiap untuk membunuhnya, seseorang dari Ansar juga bersiap untuk membunuhnya dari arah lain.
Aku kemudian menggoyang-goyangkan lembingku (mengambil ancang-ancang) sampai aku yakin (bahwa itu akan mengenai sasaran) dan kemudian melepaskannya untuk terbang. Saat lembingku menghantamnya, orang Ansar itu menyerangnya dan menebasnya dengan pedangnya.
Hanya Rabb-mu yang tahu siapa di antara kami yang telah membunuhnya. Jika aku yang telah membunuhnya, maka meskipun aku telah membunuh manusia terbaik setelah Rasulullah (yaitu Hamzah), aku juga telah membunuh manusia terburuk (yaitu Musailamah).
Singa Allah
Keberanian Hamzah bin Abdul Muthalib tercatat dalam lembaran emas sejarah Perang Islam. Paman Nabi ini adalah salah seorang Arab yang paling pemberani dan perwira Islam yang termasyhur.
Dialah yang secara sungguh-sungguh mendesak agar tentara Islam bertempur melawan kaum Quraisy di luar kota Madinah.
Hamzah juga yang melindungi Nabi di Makkah di saat-saat gawat, membalas penghinaan Abu Jahal terhadap Nabi dengan menghajar kepalanya di hadapan banyak Quraisy, dan tak ada seorang pun yang berani melawannya.
Ja’far Subhani,Ar-Risalah: Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW, memaparkan perwira senior inilah yang membunuh jagoan-jagoan Quraisy, Syaibah dan lain-lainnya, serta mencederai sekelompok musuh di Perang Badar. Tujuannya adalah membela kebenaran dan kebajikan serta memelihara kebebasan dalam kehidupan manusia.
Kepahlawanan Hamzah di Perang Uhud termasuk kepahlawanan yang paling mengagumkan di dunia kemiliteran. Kepahlawanan yang dia tunjukkan mencapai tingkatan tertinggi. Hamzah berperang layaknya singa yang kelaparan.